LAUT bukan sekadar bentang alam, tetapi juga sumber daya yang menopang kehidupan jutaan manusia. Namun, eksploitasi berlebihan dan perubahan iklim menuntut paradigma baru dalam pengelolaan sumber daya kelautan dan perairan. Inilah yang menjadi landasan bagi ASEAN Blue Innovation Expo and Business Matching, sebuah ajang inovasi ekonomi biru yang akan digelar pada 19 Februari 2025 di Menara Mandiri, Jakarta.
Diselenggarakan oleh UNDP Indonesia bersama mitra regional, acara ini bukan sekadar pameran, tetapi juga panggung bagi inovasi dan kolaborasi lintas sektor untuk membangun ekonomi berbasis kelautan yang berkelanjutan. Para pelaku bisnis, investor, startup, pembuat kebijakan, dan akademisi akan berkumpul untuk mengeksplorasi solusi inovatif dalam memanfaatkan sumber daya laut secara bijak.
Ekonomi Biru, Gelombang Baru Perekonomian ASEAN
Konsep ekonomi biru kian mendapat perhatian global. Menurut proyeksi, pada 2030, sektor ini akan berkontribusi hingga 3 triliun dolar AS bagi ekonomi dunia dan menciptakan 43 juta lapangan kerja baru. Bagi negara-negara ASEAN dan Timor-Leste yang memiliki garis pantai luas dan populasi pesisir yang besar, ekonomi biru menawarkan peluang besar untuk pertumbuhan inklusif.
Baca juga: Bank Dunia Beberkan Peluang Ekonomi Hijau Indonesia
Namun, potensi ini hanya bisa terwujud jika ada investasi dalam inovasi yang dapat menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dengan pelestarian ekosistem laut dan air tawar. ASEAN Blue Innovation Expo hadir untuk mempertemukan para pemangku kepentingan dan mempercepat penerapan solusi konkret di lapangan.

Dari Akuakultur Digital hingga Konservasi Karbon Biru
Ajang ini akan menampilkan 60 inovasi terpilih dari lebih dari 1.300 aplikasi yang masuk. Inovasi-inovasi ini terbagi dalam empat sektor utama:
- Perikanan dan akuakultur berkelanjutan: Teknologi digital untuk meningkatkan efisiensi budidaya ikan tanpa merusak ekosistem.
- Solusi polusi plastik: Alternatif bahan ramah lingkungan untuk mengurangi ketergantungan pada plastik sekali pakai.
- Mitigasi perubahan iklim: Model bisnis berbasis karbon biru yang memanfaatkan hutan mangrove dan lamun sebagai penyerap emisi.
- Pariwisata berkelanjutan: Inisiatif yang mendukung ekowisata berbasis masyarakat tanpa mengorbankan keseimbangan ekologi.
Selain itu, acara ini juga akan menjadi panggung peluncuran ASEAN Blue Economy Innovation (ABEI), proyek kolaboratif antara UNDP Indonesia, Sekretariat ASEAN, dan Misi Tetap Jepang untuk ASEAN, yang didukung pendanaan dari Pemerintah Jepang. Baca juga: Kebijakan Emisi Karbon Nol Bakal Bebani Biaya Pangan di Asia Tenggara. Proyek ini berperan penting dalam mempercepat penerapan ASEAN Blue Economy Framework 2023, yang menekankan pemanfaatan sumber daya air secara inklusif dan berkelanjutan.
Membuka Akses untuk Inovator dan Investor
Lebih dari sekadar pameran, ASEAN Blue Innovation Expo menawarkan berbagai sesi interaktif, termasuk 60 presentasi inovasi, diskusi panel, serta bincang-bincang inspiratif bersama investor dan pemimpin bisnis yang telah berhasil menerapkan model ekonomi biru.
Baca juga: Segitiga Terumbu Karang, Langkah 6 Negara Selamatkan Ekosistem Laut
Bagi startup dan UMKM, acara ini menjadi kesempatan emas untuk mendapatkan dukungan dari investor serta mengembangkan jaringan bisnis di kawasan ASEAN. Sementara bagi investor, ini adalah momentum strategis untuk berinvestasi dalam sektor yang tidak hanya menguntungkan secara ekonomi tetapi juga berdampak positif bagi lingkungan dan masyarakat.
Dengan meningkatnya tantangan seperti kenaikan permukaan air laut dan overfishing, inovasi di bidang ekonomi biru bukan lagi sekadar pilihan, tetapi kebutuhan. ASEAN dan Timor-Leste memiliki peluang untuk menjadi pusat pertumbuhan ekonomi berbasis kelautan, dan ASEAN Blue Innovation Expo adalah langkah awal menuju masa depan yang lebih berkelanjutan. ***
- Foto: Ilustrasi/ Zs Lin/ Pexels.