Krisis Hulu DAS Bekasi: Hutan Menyusut, Risiko Bencana Meningkat

HULU daerah aliran sungai (DAS) Bekasi menghadapi ancaman serius. Dari total luas 145.000 hektare yang membentang dari hulu hingga hilir, hanya 4.000 hektare atau 3,35% yang masih berupa hutan. Angka ini jauh dari batas ideal 30% yang dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan hidrologis dan mencegah bencana ekologis seperti banjir.

Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq menyoroti keterkaitan antara kondisi landscape hulu DAS Bekasi dan banjir besar yang melanda Bekasi pada Maret 2025. Evaluasi KLH menunjukkan bahwa luas hutan yang terus menyusut mengurangi daya tampung air, meningkatkan risiko erosi, dan memperburuk limpasan permukaan.

“Kita harus melakukan pengawasan ketat dan mencari langkah terbaik untuk merevitalisasi fungsi ekologis hulu DAS Bekasi,” ujar Hanif di Bogor, Kamis 13 Maret 2025.

Pengawasan Ketat di Gunung Geulis dan Summarecon Bogor

Untuk mengendalikan dampak degradasi lingkungan, KLH telah memasang papan pengawasan di dua lokasi strategis: Gunung Geulis Golf & Resort dan Summarecon Bogor. Kedua kawasan ini berada di wilayah yang seharusnya menjadi penyangga ekologis, tetapi aktivitas pembangunan dan operasionalnya berpotensi mengganggu keseimbangan hidrologis.

Baca juga: Banjir Jabodetabek dan Ancaman Tata Ruang yang Terabaikan

Meski tetap diizinkan beroperasi, pengelola diharuskan mematuhi rekomendasi dari KLH dan para ahli lingkungan. Hanif menegaskan bahwa pendekatan ini bukan untuk menghentikan aktivitas, tetapi memastikan bahwa setiap kegiatan di kawasan tersebut tidak semakin memperburuk daya tampung air di hulu DAS.

“Jika wilayah ini seharusnya mampu menangkap sekian banyak air, maka teknologi budayanya harus diperketat untuk memastikan fungsinya berjalan dengan baik,” tambahnya.

Gunung Geulis Golf & Resort, salah satu kawasan di hulu DAS Bekasi yang mendapat pengawasan KLH. Alih fungsi lahan di area ini berisiko memperparah krisis lingkungan dan daya serap air. Foto: gununggeulis.com.

Menyelamatkan Hulu DAS, Jalan Panjang Revitalisasi

Minimnya tutupan hutan di hulu DAS Bekasi menjadi bukti bahwa tata kelola lingkungan masih menghadapi tantangan besar. Alih fungsi lahan yang masif, pembangunan yang tidak mempertimbangkan aspek ekologi, serta lemahnya regulasi membuat ekosistem DAS semakin terancam.

Baca juga: Banjir Jakarta dan Evaluasi Bendungan Ciawi-Sukamahi, Solusi atau Gagal Fungsi?

Revitalisasi hulu DAS Bekasi membutuhkan strategi jangka panjang yang mencakup:

  • Reforestasi dan penghijauan untuk meningkatkan daya serap air.
  • Perbaikan sistem drainase alami guna mengendalikan limpasan permukaan.
  • Penegakan aturan lingkungan yang lebih ketat agar keseimbangan ekosistem tetap terjaga.

Para praktisi dan pemerhati lingkungan kini dihadapkan pada tantangan besar: bagaimana menyeimbangkan kebutuhan pembangunan dengan konservasi ekologi? Hulu DAS Bekasi menjadi contoh nyata bahwa krisis lingkungan tidak bisa diabaikan dan harus ditangani dengan kebijakan yang berpihak pada keberlanjutan. ***

  • Foto: Perumda Tirtabhagasasi – DAS Bekasi.
Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *