Pascabanjir Jabodetabek, Reboisasi Puncak Jadi Langkah Pemulihan

PUNCAK, Bogor, kembali menjadi sorotan. Kali ini, bukan karena padatnya wisatawan, melainkan aksi nyata penghijauan. Kementerian Kehutanan (Kemenhut) menyiapkan 50 ribu bibit pohon untuk reboisasi di kawasan Naringgul dan lahan PT Perkebunan Negara (PTPN) di Puncak, Bogor, Jawa Barat. Langkah ini menjadi bagian dari strategi jangka panjang dalam menangani bencana hidrometeorologis dan meredam dampak perubahan iklim.

Pascapenertiban, Reboisasi Jadi Langkah Lanjutan

Setelah banjir besar yang melanda Jabodetabek awal 2025, pemerintah gencar melakukan penertiban lahan kritis dan penyegelan bangunan ilegal di kawasan Puncak. Langkah ini diambil untuk mengembalikan fungsi ekologis daerah hulu yang telah mengalami degradasi parah akibat alih fungsi lahan.

Namun, penertiban saja tidak cukup. Reboisasi menjadi solusi utama untuk mengembalikan keseimbangan ekosistem. Puncak, Cisarua, merupakan daerah hulu yang vital. Kawasan ini menjadi sumber air bagi Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten. Sayangnya, alih fungsi lahan terus menggerus ekosistemnya. Akibatnya, daya dukung lingkungan melemah, meningkatkan risiko banjir dan longsor di daerah hilir.

Baca juga: Banjir Jakarta Bermula di Puncak, Krisis Tata Ruang yang Terabaikan

Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni menegaskan pentingnya aksi cepat. “Bibit yang sudah disiapkan sebanyak 50 ribu, yang bisa meng-cover sekitar 200-300 hektare, bergantung pada pola tanamnya,” ujarnya. Upaya ini diharapkan mampu memperbaiki daya serap tanah dan mengurangi erosi.

Tanggapan terhadap Bencana Hidrometeorologis

Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan peningkatan signifikan jumlah bencana hidrometeorologis dalam lima tahun terakhir. Pada 2024 saja, lebih dari 5.500 kejadian bencana tercatat. Awal 2025, banjir dan longsor kembali melanda berbagai wilayah, termasuk Jabodetabekjur (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan Cianjur).

Baca juga: Puncak Bogor Terancam Alih Fungsi Lahan dan Banjir

Salah satu penyebab utama adalah degradasi daerah aliran sungai (DAS). Alih fungsi lahan memperparah ketidakseimbangan ekosistem. Reboisasi di hulu DAS menjadi langkah strategis untuk memulihkan kondisi ini. Selain di Puncak, penghijauan juga dilakukan di DAS Ciliwung, Kali Bekasi, dan Hulu Cisadane.

Pohon yang Dipilih, Fungsi Ekologis dan Ekonomi

Jenis pohon yang ditanam bukan sekadar pilihan acak. Mahoni, salam, jambu, dan manglid dipilih karena memiliki sistem perakaran dalam. Karakteristik ini membantu meningkatkan penyerapan air, mencegah erosi, dan memperbaiki keseimbangan hidrologis.

Reboisasi di Puncak, Bogor, untuk memulihkan ekosistem hulu DAS dan mengurangi risiko bencana hidrometeorologis. Foto: Ilustrasi/ Tom Fisk/ Pexels 

Tak hanya itu, manfaat ekonomi juga dipertimbangkan. Beberapa jenis pohon yang ditanam dapat memberikan hasil panen jangka panjang bagi masyarakat sekitar. Pendekatan ini mengintegrasikan konservasi dan kesejahteraan ekonomi dalam satu paket solusi.

Baca juga: Gugatan Perdata KLH, Langkah Tegas Pulihkan DAS Ciliwung dan Bekasi

Reboisasi ini tidak berdiri sendiri. Program penghijauan ini melibatkan pemerintah pusat, daerah, serta komunitas dan perusahaan. Pendekatan kolaboratif ini diharapkan mempercepat pemulihan ekosistem yang rusak.

Penghijauan akan dilakukan secara simultan sepanjang tahun, menyesuaikan dengan pola musim dan kondisi tanah. Dengan strategi yang terencana, manfaatnya dapat dirasakan dalam jangka panjang.

Memperkokoh Ekosistem Hulu DAS

Reboisasi bukan solusi instan, tetapi langkah awal yang krusial. Dengan ekosistem hulu yang lebih sehat, bencana hidrometeorologis dapat diminimalkan. Jakarta dan wilayah sekitarnya pun dapat menikmati sistem tata air yang lebih stabil.

Langkah ini menjadi pengingat bahwa menjaga lingkungan bukan sekadar tugas pemerintah. Setiap individu memiliki peran dalam memastikan kelestarian alam bagi generasi mendatang. ***

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *