Arsitektur Vernakular Indonesia, Inovasi Masa Lalu untuk Iklim Hari Ini

DI TENGAH geliat kota yang dipenuhi kaca dan beton, ada warisan arsitektur yang diam-diam menyimpan jawaban untuk tantangan iklim hari ini: rumah tradisional Indonesia. Dirancang oleh masyarakat lokal selama ratusan tahun, bangunan-bangunan ini bukan hanya simbol budaya, melainkan sistem yang selaras dengan alam tropis.

Arsitektur vernakular—istilah untuk bangunan tradisional yang berkembang dari kearifan lokal—tampil sebagai alternatif yang hemat energi, adaptif, dan lestari. Dari rumah panggung di Minangkabau, joglo di Jawa Tengah, hingga rumah panjang Dayak di Kalimantan, semuanya dirancang untuk merespons panas, lembap, dan curah hujan tinggi yang menjadi ciri khas Indonesia.

Merancang dengan Alam, Bukan Melawannya

Alih-alih menaklukkan alam, arsitektur lokal justru merangkulnya. Prinsip-prinsip desain pasif seperti ventilasi silang alami, atap tinggi, dan material organik menjadi standar sejak lama—jauh sebelum istilah “arsitektur hijau” populer.

“Bangunan tradisional itu sangat kontekstual. Mereka menyesuaikan bentuk, bahan, dan ruang dengan kondisi lingkungan dan sosial-budaya,” ujar Ir. Yandi Andri Yatmo, Ph.D., Guru Besar Arsitektur UI, dalam sebuah webinar.

Sebagai contoh, rumah panggung bukan hanya melindungi dari banjir dan binatang liar. Ruang bawahnya menciptakan aliran udara alami yang menurunkan suhu ruang di atasnya. Begitu juga penggunaan bahan seperti bambu, ijuk, dan rumbia yang memiliki kemampuan isolasi termal sekaligus rendah jejak karbon.

Material Lokal, Ekonomi Sirkular

Salah satu kekuatan utama arsitektur vernakular adalah penggunaan material lokal yang dapat diperbarui. Studi dalam Journal of Cleaner Production (2020) menyebutkan, material alami seperti kayu dan bambu mampu menekan emisi karbon hingga 40% dibanding beton dan baja.

Baca juga: Fusuma, Rahasia Pintu Geser Jepang yang Unik dan Berkelanjutan

Lebih dari itu, pendekatan ini memperkuat ekonomi sirkular. Masyarakat tidak perlu bergantung pada bahan impor atau proses industri berat. Semua material bisa diperoleh, diolah, bahkan didaur ulang secara lokal—meminimalkan limbah dan ongkos transportasi.

Rumah Joglo Jawa sebagai salah satu arsitektur vernacular Indonesia, mencerminkan harmoni antara budaya, iklim tropis, dan kearifan lokal dalam tata ruang hunian. Foto: Ist.

Mengatasi Stigma “Kuno”

Meski kaya nilai, arsitektur vernakular sempat terpinggirkan. Gaya hidup modern yang serba instan dan homogen membuat bentuk-bentuk rumah adat dianggap tak lagi relevan.

Namun kini, angin perubahan mulai terasa. Arsitek-arsitek muda Indonesia kembali melirik kearifan lokal, bukan sebagai ornamen, tapi sebagai prinsip.

“Banyak dari kita mulai menyadari, bahwa bentuk bukanlah satu-satunya hal penting dalam arsitektur. Nilai-nilai keberlanjutan dan relasi dengan konteks justru jauh lebih esensial,” kata Eko Prawoto, arsitek yang dikenal konsisten mengembangkan pendekatan lokal dalam desainnya.

Baca juga: Saat Kayu Jadi Masa Depan Arsitektur Ramah Lingkungan

Contoh konkret bisa dilihat di Sumba dan Nias, di mana pengembangan rumah tahan gempa tetap mengadopsi struktur panggung, material kayu, dan ventilasi alami, namun disempurnakan dengan teknologi struktur masa kini.

Solusi Teruji

Arsitektur vernakular bukan sekadar warisan. Ia adalah solusi yang sudah teruji, dan siap dikembangkan untuk masa depan. Tapi langkah itu butuh dukungan kebijakan. Pemerintah perlu memasukkan prinsip arsitektur lokal ke dalam regulasi pembangunan berkelanjutan.

Di sisi akademik, kurikulum arsitektur juga bisa lebih memberi ruang pada eksplorasi desain berbasis budaya dan iklim lokal. Hal ini sejalan dengan mandat UNESCO: pelestarian warisan budaya tidak hanya menyangkut bentuk fisik, tetapi juga pengetahuan dan nilai-nilai yang menyertainya.

Jika ingin menciptakan kota-kota yang berkelanjutan dan tangguh terhadap perubahan iklim, Indonesia sebenarnya tak perlu mencari terlalu jauh. Jawabannya sudah ada—di akar budaya kita sendiri. ***

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *