Kolaborasi Baru Indonesia-Norwegia, dari Karbon hingga Mangrove

KERJA SAMA Indonesia dan Norwegia dalam isu lingkungan memasuki babak baru. Kedua negara sepakat memperluas kemitraan di berbagai sektor untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. Fokus utama kerja sama ini mencakup perdagangan karbon, penanganan pencemaran lingkungan, serta konservasi mangrove dan gambut.

Membangun Ekonomi Hijau Melalui Perdagangan Karbon

Indonesia dan Norwegia melihat perdagangan karbon sebagai peluang besar untuk mengurangi emisi sekaligus menciptakan manfaat ekonomi. Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Diaz Hendropriyono menegaskan bahwa kerja sama ini tidak hanya bertujuan untuk menekan emisi, tetapi juga membuka lapangan kerja hijau.

“Kami berkolaborasi dalam isu mangrove dan perubahan iklim, termasuk pengurangan emisi karbon. Dengan visi yang sama, kita dapat mencapai pembangunan berkelanjutan,” ujar Diaz dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (19/2).

Baca juga: Norwegia Hadiahi Indonesia $952 Juta untuk Pengurangan Emisi

Norwegia, yang selama ini menjadi mitra strategis Indonesia dalam pendanaan iklim, juga menekankan pentingnya keseimbangan antara pengurangan emisi dan pertumbuhan ekonomi. Menteri Iklim dan Lingkungan Norwegia, Andreas Bjelland Eriksen, menyebut bahwa kerja sama ini diharapkan dapat menciptakan nilai ekonomi bagi masyarakat di kedua negara.

“Selain mempercepat pengurangan emisi, kami ingin menciptakan peluang kerja dan nilai tambah yang bermanfaat bagi Indonesia dan Norwegia,” kata Andreas.

Konservasi Mangrove dan Gambut, Solusi Berbasis Alam

Mangrove dan lahan gambut memiliki peran vital dalam menyerap karbon dan melindungi ekosistem pesisir. Indonesia, dengan lebih dari 3 juta hektare mangrove, memiliki tanggung jawab besar dalam pelestarian ekosistem ini. Norwegia, yang memiliki pengalaman dalam mendanai proyek restorasi lingkungan, berkomitmen untuk mendukung upaya konservasi tersebut.

Kerja sama ini tidak hanya soal perlindungan ekosistem, tetapi juga bagaimana sektor ini bisa menjadi sumber ekonomi baru. Rehabilitasi mangrove berpotensi menciptakan lapangan kerja di sektor restorasi, ekowisata, dan perikanan berkelanjutan.

“Pemulihan ekosistem bisa menjadi sektor ekonomi baru yang memberikan dampak positif bagi masyarakat lokal,” tambah Diaz.

Indonesia dan Norwegia perkuat kemitraan hijau, fokus pada perdagangan karbon, konservasi mangrove, dan pengelolaan sampah untuk masa depan berkelanjutan. Foto: Ilustrasi/ Tom Fisk/ Pexels.

Skema Baru dalam Pengelolaan Sampah

Selain fokus pada pengurangan emisi, Indonesia menawarkan Norwegia untuk turut serta dalam pengelolaan sampah. Dengan produksi sampah nasional yang mencapai 68 juta ton per tahun, solusi inovatif dalam pengelolaan limbah menjadi kebutuhan mendesak.

“Kami juga menawarkan skema pengelolaan sampah dalam kerja sama ini,” ujar Diaz. Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah dalam mengurangi sampah plastik dan meningkatkan daur ulang.

Baca juga: Indonesia Dapat Dana 4,5 Juta Dolar, Mampukah Atasi Krisis Sampah Plastik?

Norwegia sendiri dikenal sebagai negara dengan sistem pengelolaan sampah yang efektif, terutama dalam daur ulang dan pengelolaan limbah energi. Jika skema kerja sama ini terealisasi, Indonesia dapat belajar dari pendekatan Norwegia dalam mengurangi dampak lingkungan dari sampah domestik.

Masa Depan Kemitraan Indonesia-Norwegia

Kerja sama ini bukan yang pertama antara Indonesia dan Norwegia dalam isu lingkungan. Sebelumnya, Norwegia telah mendukung program Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD+) di Indonesia. Kali ini, dengan cakupan yang lebih luas, kerja sama ini diharapkan mampu mempercepat transisi ke ekonomi hijau di kedua negara.

“Kami sangat menantikan peluang untuk memperluas kemitraan dengan Indonesia di masa depan,” ujar Andreas.

Baca juga: Jakarta Utara, Laboratorium Pengelolaan Sampah untuk Indonesia

Bagi Indonesia, keberlanjutan bukan lagi sekadar wacana, tetapi strategi jangka panjang. Dengan dukungan internasional, implementasi kebijakan hijau diharapkan semakin efektif, membawa manfaat ekonomi sekaligus menjaga kelestarian lingkungan. ***

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *