Krisis Iklim Ancam Olimpiade, Atlet Global Tuntut Perubahan

DUNIA olahraga kini semakin terhimpit oleh ancaman krisis iklim. Sebanyak 451 atlet dari 91 negara, termasuk Indonesia, menyerukan tindakan nyata kepada Komite Olimpiade Internasional (IOC) untuk memperkuat aksi mitigasi iklim. Mereka khawatir, tanpa langkah serius, masa depan olahraga global bisa terancam.

Perubahan iklim bukan lagi ancaman di masa depan. Fenomena ini telah mengganggu jadwal kompetisi, mempengaruhi kesehatan atlet dan penonton, serta mengancam lokasi ikonik Olimpiade. Kebakaran hutan di Los Angeles, yang akan menjadi tuan rumah Olimpiade 2028, menjadi alarm bahaya terbaru. Dengan suhu bumi yang terus meningkat, keberlanjutan penyelenggaraan Olimpiade semakin dipertanyakan.

Baca juga: Sepak Bola dan Keberlanjutan, Kompetisi Hijau di Luar Lapangan

Dua atlet panjat tebing Indonesia, Veddriq Leonardo dan Rajiah Sallsabillah, turut menandatangani surat terbuka yang mendesak IOC untuk bertindak. Mereka menyoroti bagaimana suhu ekstrem dan cuaca yang semakin tidak menentu bisa mempengaruhi performa atlet serta keselamatan kompetisi.

Empat Tuntutan Atlet

Dalam suratnya, para atlet mengajukan empat tuntutan utama:

  1. Penguatan komitmen IOC dalam memangkas emisi karbon dari setiap aspek penyelenggaraan Olimpiade.
  2. Dorongan keberlanjutan bagi kota tuan rumah, memastikan bahwa infrastruktur dan operasional Olimpiade ramah lingkungan.
  3. Standarisasi sponsor Olimpiade, agar hanya melibatkan perusahaan yang berkomitmen terhadap keberlanjutan dan tidak berkontribusi pada pencemaran.
  4. Pemanfaatan platform IOC untuk mengadvokasi aksi perlindungan lingkungan secara global.

Baca juga: Era Baru Formula 1, Mercedes Perkenalkan Serat Karbon Ramah Lingkungan

Hannah Mills, peraih dua medali emas Olimpiade untuk cabang olahraga berlayar, menegaskan bahwa aksi kolektif ini adalah yang terbesar dalam sejarah atlet. “Kita berada di persimpangan jalan. Kebakaran di Los Angeles menjadi peringatan bahwa kita harus memilih jalur menuju masa depan yang lebih aman dan berkelanjutan,” ujarnya.

Para atlet dunia, termasuk dua atlet panjat tebing Indonesia, menyerukan aksi nyata IOC dalam mitigasi krisis iklim demi masa depan olahraga yang berkelanjutan. Foto: Ilustrasi/ Mathias Reding/ Pexels.

Masa Depan Olahraga di Tengah Krisis Iklim

Tantangan bagi IOC semakin besar. Jika krisis iklim tidak segera ditangani, banyak cabang olahraga yang bergantung pada kondisi cuaca tertentu bisa mengalami perubahan drastis. Dari maraton hingga olahraga musim dingin, semuanya rentan terhadap perubahan lingkungan.

Atlet India, Saina Nehwal, yang telah mewakili negaranya dalam tiga Olimpiade, menekankan pentingnya kepemimpinan IOC dalam isu ini. “Sebagai atlet, kami berusaha menjadi yang terbaik. Tapi kami juga harus memastikan bumi tempat kami bertanding tetap sehat dan layak huni.”

Baca juga: Indonesia vs Australia, Duel Sengit di Stadion Ramah Lingkungan

Para atlet kini menunggu tanggapan IOC. Mereka juga meminta pertemuan langsung dengan presiden IOC untuk membahas langkah konkret yang bisa diambil guna memastikan Olimpiade tetap bisa berlangsung dengan aman dan berkelanjutan.

Olahraga dan lingkungan tidak bisa dipisahkan. Jika ingin tetap menjadi panggung olahraga terbesar di dunia, Olimpiade harus beradaptasi dan mengambil peran aktif dalam mitigasi krisis iklim. Permintaan 451 atlet ini bukan hanya tentang keberlanjutan Olimpiade, tetapi juga tentang masa depan generasi atlet berikutnya. ***

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *