KETIKA bencana banjir semakin sering melanda akibat dampak perubahan iklim, solusi alami justru menjadi jawaban penting. Mangrove, ekosistem pesisir yang sering diabaikan, kini mendapat pengakuan sebagai pertahanan banjir yang tak ternilai. Sebuah studi terbaru dari Center for Coastal Climate Resilience di UC Santa Cruz menyoroti manfaat besar mangrove dalam melindungi masyarakat pesisir dan menghemat biaya penanganan banjir hingga $855 miliar.
Mangrove, Pelindung Alami yang Efisien
Laporan bertajuk “Building Coastal Resilience with Mangroves” ini mengungkapkan bahwa mangrove melindungi garis pantai dari banjir, gelombang badai, dan erosi. Studi ini menggunakan data global terbaru dari tahun 2020, mencakup 121 negara dengan lebih dari 700.000 kilometer garis pantai subtropis.
Peneliti menemukan bahwa sejak 1996 hingga 2020, manfaat perlindungan mangrove terhadap risiko banjir terus meningkat signifikan.
Antara tahun 1996 dan 2010, nilai perlindungan mangrove mencapai $130 miliar. Angka ini melonjak menjadi $502 miliar pada dekade berikutnya. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk dan infrastruktur yang bergantung pada keberadaan mangrove sebagai penyangga alami.
Baca juga: Jalan Melingkar Konservasi Alam Indonesia
Salah satu peneliti utama studi ini, Pelayo Menendez, menjelaskan, mangrove adalah aset alam yang tak ternilai. “Mangrove tidak hanya melindungi masyarakat pesisir tetapi juga mendukung kekayaan nasional dengan melindungi infrastruktur, kehidupan, dan mata pencaharian,” jelasnya.
Tantangan dan Peluang Konservasi
Meskipun manfaat mangrove semakin diakui, ancaman terhadap kelestariannya belum sepenuhnya hilang. Dari tahun 2010 hingga 2020, laju penurunan tutupan mangrove memang melambat hingga hanya 0,66 persen. Namun, ancaman seperti budidaya udang dan pembangunan pesisir masih menjadi tantangan besar.
Negara-negara seperti China, Vietnam, Australia, Amerika Serikat, dan India tercatat sebagai penerima manfaat terbesar dari perlindungan mangrove setiap tahunnya. Sebaliknya, Malaysia, Myanmar, dan Taiwan justru mengalami penurunan manfaat karena kerusakan mangrove yang terus berlangsung.
Baca juga: Mangrove, Penjaga Garis Pantai yang Kian Tergerus
Peneliti lain dalam studi ini, Michael W. Beck, menegaskan bahwa investasi dalam konservasi dan pemulihan mangrove adalah langkah strategis. “Melindungi dan memulihkan mangrove adalah solusi cerdas secara ekonomi dan lingkungan. Ekosistem ini menyediakan layanan tak ternilai yang meningkatkan ketahanan terhadap perubahan iklim,” ujarnya.

Manfaat Tambahan untuk Keberlanjutan
Tidak hanya sebagai pelindung alami, mangrove juga memberikan manfaat lingkungan dan ekonomi tambahan. Hutan mangrove membantu mengurangi emisi karbon, menjaga keanekaragaman hayati, dan mendukung aktivitas ekonomi masyarakat lokal seperti perikanan dan ekowisata.
Di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, misalnya, warga memanfaatkan hutan mangrove untuk kegiatan tambak ikan dan udang yang berkelanjutan. Ini menunjukkan bahwa mangrove tidak hanya menjaga garis pantai tetapi juga memutar roda ekonomi lokal.
Melihat Masa Depan dengan Optimisme
Studi ini memberikan pandangan baru tentang pentingnya mengintegrasikan solusi alami seperti mangrove ke dalam strategi adaptasi perubahan iklim. Dalam era di mana infrastruktur keras seperti tanggul kerap menjadi pilihan utama, mangrove membuktikan bahwa solusi berbasis alam bisa sama efektifnya—bahkan lebih hemat biaya.
Baca juga: Negara-negara Penjaga Oksigen Bumi
Namun, keberhasilan ini membutuhkan upaya bersama. Negara-negara perlu meningkatkan komitmen konservasi mangrove melalui kebijakan, pendanaan, dan edukasi masyarakat. Kolaborasi lintas sektor menjadi kunci untuk memastikan bahwa mangrove tetap menjadi pelindung alami yang dapat diandalkan di masa depan.
Mangrove bukan hanya sekadar pohon di tepi pantai. Pohon ini adalah garis pertahanan terakhir yang melindungi kita dari dampak perubahan iklim. Dengan melindungi mangrove, kita tidak hanya melestarikan alam tetapi juga menjaga masa depan generasi berikutnya. ***