Pulau Kelawasan, Oase Baru Orangutan di Jantung IKN

DI TENGAH geliat pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), hadir kabar menggembirakan bagi masa depan konservasi satwa liar Indonesia. Sebuah pulau kecil di Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur, bersiap menjadi rumah baru bagi para “raja hutan” yang tak lagi bisa kembali ke alam bebas—orangutan jantan dewasa dengan pipi lebar, simbol dominasi dan usia matang.

Pulau Kelawasan, seluas 14 hektare, resmi ditetapkan sebagai kawasan lindung dan akan dialihfungsikan menjadi Pulau Suaka Orangutan. Proyek ini merupakan hasil kolaborasi antara Otorita IKN, Kementerian Lingkungan Hidup, serta Yayasan Arsari Djojohadikusumo (YAD).

Langkah ini bukan sekadar simbolik. Ini menyuarakan satu hal penting: pembangunan ibu kota baru tidak boleh mengabaikan suara hutan dan penghuninya.

Suaka untuk yang Tak Bisa Pulang

Tidak semua orangutan bisa dilepasliarkan. Terutama yang telah terlalu lama hidup dalam perawatan atau mengalami trauma dan kehilangan keterampilan bertahan hidup. Di sinilah urgensi Pulau Kelawasan hadir.

“Kalau dilepas ke hutan, mereka tidak akan bertahan hidup. Maka, kita ciptakan habitat yang aman, terbuka, dan menyerupai alam mereka,” jelas Ketua YAD dan sosok di balik lahirnya gagasan ini, Hashim Djojohadikusumo.

Baca juga: Perlindungan Hiu dan Pari, Dukungan Inggris untuk Konservasi Laut Indonesia

Dengan kondisi ekologis yang masih terjaga dan keanekaragaman hayati yang tinggi, Kelawasan dianggap ideal untuk menjadi rumah baru orangutan jantan dewasa. Di sana, mereka akan hidup dalam suasana hutan tropis yang mirip dengan habitat aslinya, namun tetap dalam pengawasan manusia.

Bento, orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) yang kini dititiprawatkan di Pusat Suaka Orangutan (PSO) Arsari Djojohadikusumo, menjadi salah satu penghuni yang akan dipindahkan ke Pulau Suaka Orangutan di Kelawasan, wilayah IKN.. Foto: Instagram/ @bksda_kaltim dan yayasanarsari .

Fasilitas Penunjang Konservasi

Pulau Suaka ini tidak hanya menyediakan tempat tinggal. Ia dirancang sebagai sistem pendukung kehidupan yang holistik. Akan ada shelter untuk berlindung, feeding platform untuk makanan harian, kolam air minum, hingga fasilitas feeding plus sebagai ruang perawatan dan pemeriksaan medis.

Konsepnya tidak semata tempat penampungan, melainkan rumah penuh martabat bagi satwa ikonik Kalimantan itu. “Kami ingin mereka hidup nyaman di lingkungan yang menyerupai hutan asli,” tambah Hashim.

Komitmen Hijau IKN

Pulau Kelawasan kini menyandang status kawasan lindung. Ini menegaskan arah pembangunan IKN yang tidak hanya mengejar modernitas, tetapi juga menyematkan prinsip keberlanjutan dan pelestarian biodiversitas di dalamnya.

Kepala Otorita IKN, Basuki Hadimuljono, menyampaikan apresiasinya dalam acara syukuran pembangunan suaka yang digelar di Pusat Suaka Orangutan (PSO) Arsari, Sepaku, Penajam Paser Utara. “Kami sangat menghargai inisiatif ini. Semoga kerja sama ini bisa terus berlanjut,” ujarnya.

Baca juga: Kemenhut dan WWF Kembali Bersinergi untuk Konservasi

Pulau Suaka Orangutan menjadi pengingat bahwa pembangunan seharusnya berdampingan dengan konservasi. Ketika gedung-gedung pencakar langit menjulang, jangan sampai makhluk-makhluk sunyi dari hutan kehilangan tempat berpijak.

Inspirasi Kolaborasi Masa Depan

Kehadiran Pulau Suaka ini juga menjadi contoh sinergi lintas sektor antara negara, masyarakat sipil, dan pelaku usaha dalam menjaga satwa langka Indonesia. Di tengah tantangan deforestasi dan alih fungsi lahan, proyek ini adalah bukti bahwa konservasi bisa menemukan tempatnya, bahkan di jantung ibu kota baru.

Lebih dari sekadar proyek lingkungan, Pulau Suaka Orangutan adalah langkah awal membangun budaya keberlanjutan dalam setiap sendi pembangunan nasional. Semoga dari Kalimantan, inspirasi ini menyebar ke seluruh nusantara. ***

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *