DI BALIK rimbunnya hutan bambu, tersembunyi kekayaan alam bernilai tinggi yang kini menjadi primadona ekspor Indonesia: tabasheer. Meski kurang dikenal dibandingkan gaharu atau cendana, residu silika alami dari ruas bambu ini terus menunjukkan peningkatan permintaan global, terutama dari industri farmasi dan kosmetik.
Dari Bambu ke Pasar Dunia
Tabasheer terbentuk secara alami ketika bambu menyerap mineral dari tanah. Saat tanaman ini menua atau mengalami stres lingkungan, zat tersebut mengkristal menjadi serpihan putih kebiruan. Dalam pengobatan Ayurveda dan tradisional Tiongkok, tabasheer telah digunakan selama berabad-abad sebagai bahan antiinflamasi, pereda panas, hingga penguat daya tahan tubuh.
Kini, dengan semakin besarnya tren produk berbasis herbal, tabasheer bukan lagi sekadar bahan tradisional. Industri farmasi global memanfaatkannya dalam suplemen kesehatan, sementara sektor kosmetik meneliti potensinya sebagai bahan anti-penuaan. Dengan manfaat yang luas, komoditas ini semakin diminati oleh berbagai negara.
Ledakan Ekspor, Tren yang Terus Meningkat
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor tabasheer Indonesia terus mengalami pertumbuhan pesat. Pada 2019, nilainya tercatat sebesar US$9,94 juta. Angka ini melonjak menjadi US$15,50 juta pada 2022 dan mencapai puncaknya di US$21,32 juta pada 2024. India menjadi pasar utama dengan nilai impor US$10,67 juta, diikuti oleh Amerika Serikat (US$5,18 juta), serta permintaan signifikan dari China, Republik Ceko, dan Jepang.
Baca juga: Panel Surya, Primadona Baru Ekspor Indonesia
Lonjakan ekspor ini menandakan perubahan pola konsumsi global yang semakin mengarah pada bahan alami. Industri kesehatan dan kecantikan di berbagai negara kini lebih memilih bahan baku yang ramah lingkungan dan memiliki khasiat medis yang terbukti.
Mengapa Tabasheer Indonesia Unggul?
Indonesia memiliki keunggulan dalam produksi tabasheer karena kondisi geografis dan keanekaragaman hayati yang mendukung pertumbuhan bambu berkualitas tinggi. Tanaman bambu di hutan tropis memiliki kandungan mineral yang lebih kaya dibandingkan negara lain, menghasilkan tabasheer dengan kemurnian lebih tinggi.

Selain faktor alam, proses ekstraksi dan pemurnian tabasheer di Indonesia semakin berkembang. Teknologi modern telah diterapkan untuk meningkatkan kualitas produk agar lebih kompetitif di pasar internasional. Baca juga: Ekspor Limbah Sawit Diperketat, Prioritas untuk Industri Domestik dan B40. Dengan kombinasi kualitas bahan baku dan teknologi pengolahan, tabasheer Indonesia mampu bersaing dengan produk serupa dari negara lain.
Bisa Jadi Komoditas Unggulan
Potensi tabasheer sebagai komoditas unggulan masih terbuka lebar. Seiring meningkatnya kesadaran akan kesehatan alami dan permintaan global terhadap produk herbal, permintaan tabasheer diprediksi akan terus naik. Namun, tantangan juga tetap ada. Persaingan dengan produsen dari negara lain serta fluktuasi harga di pasar internasional menjadi faktor yang perlu diantisipasi.
Baca juga: Tiga Protokol Diratifikasi, Apa Artinya bagi Ekonomi Indonesia?
Untuk menjaga momentum pertumbuhan ekspor, Indonesia perlu memastikan keberlanjutan pasokan dan menjaga kualitas produk. Riset lebih lanjut tentang manfaat tabasheer juga dapat membuka peluang baru dalam industri kesehatan dan kecantikan. Jika dikelola dengan baik, tabasheer bisa menjadi komoditas unggulan yang semakin mengukuhkan posisi Indonesia di pasar herbal dunia.
Dari bahan alami yang tersembunyi di dalam ruas bambu, tabasheer kini menjadi bintang di pasar global. Dengan manfaat kesehatan yang semakin diakui dan permintaan yang terus meningkat, komoditas ini berpotensi menjadi primadona ekspor Indonesia dalam industri herbal dan farmasi. Keunggulan kualitas, inovasi dalam pemrosesan, serta tren global yang mendukung menjadikan tabasheer sebagai peluang besar yang tak boleh dilewatkan. ***
- Foto: Ilustrasi/ Alex P/ Pexels.