INDONESIA kaya akan rempah dan tanaman herbal bernilai ekonomi tinggi. Salah satunya adalah daun jeruk, yang lazim digunakan dalam kuliner Nusantara seperti rendang dan soto. Namun, siapa sangka daun jeruk juga menjadi komoditas ekspor yang diminati dunia?
Sayangnya, meski permintaan global tetap tinggi, tren ekspor daun jeruk Indonesia justru mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir.
Ekspor Menurun, Permintaan Tetap Tinggi
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor daun jeruk Indonesia pada 2023 hanya mencapai US$3,26 juta atau sekitar Rp53 miliar. Angka ini menurun dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai US$4,10 juta. Jika dibandingkan dengan 2019, penurunannya semakin signifikan, mengingat kala itu ekspor daun jeruk masih menyentuh angka US$4,78 juta.
Baca juga: Tabasheer Indonesia, Harta Karun dari Bambu yang Melesat di Pasar Global
Padahal, pasar utama seperti Malaysia dan Jepang masih menunjukkan permintaan yang stabil. Malaysia tetap menjadi importir terbesar dengan nilai transaksi US$913,32 ribu, disusul Jepang dengan US$690,75 ribu. Selain dua negara tersebut, ekspor juga menjangkau Iran, India, dan Belanda, meski dalam volume lebih kecil.
Penyebab Penurunan
Penurunan ekspor daun jeruk bukan karena berkurangnya minat pasar, melainkan dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal dan internal. Salah satunya adalah pandemi Covid-19 yang sempat menghambat distribusi global dan meningkatkan biaya logistik. Kebijakan impor yang lebih ketat di beberapa negara tujuan juga turut mempersulit ekspor.

Selain itu, persaingan semakin ketat. Thailand dan Vietnam mulai memasok daun jeruk ke pasar global dengan harga yang lebih kompetitif. Produk mereka juga dinilai lebih stabil dalam kuantitas dan kualitas, sehingga menjadi pesaing serius bagi Indonesia.
Baca juga: Hutan Mahasiswa UGM, Laboratorium Hidup untuk Masa Depan
Di sisi lain, standar ketat yang diberlakukan Uni Eropa dan Jepang terkait residu pestisida serta kualitas produk juga menjadi tantangan tersendiri. Banyak eksportir Indonesia yang belum bisa memenuhi persyaratan tersebut, sehingga kehilangan peluang di pasar premium.
Strategi untuk Meningkatkan Daya Saing
Meski menghadapi berbagai tantangan, prospek ekspor daun jeruk Indonesia masih menjanjikan. Untuk kembali meningkatkan daya saing di pasar global, beberapa langkah strategis perlu dilakukan:
- Peningkatan Kualitas Produk Standarisasi budidaya dan penerapan sistem pertanian berkelanjutan harus menjadi prioritas. Penggunaan pestisida yang ramah lingkungan dan sertifikasi produk organik dapat membantu menembus pasar yang lebih ketat.
- Diversifikasi Pasar Mengandalkan Malaysia dan Jepang sebagai pasar utama bisa menjadi risiko jangka panjang. Eksportir perlu menjajaki negara-negara baru, termasuk di Timur Tengah dan Eropa Timur yang mulai menunjukkan minat terhadap produk herbal.
- Efisiensi Rantai Pasok Biaya logistik yang tinggi sering menjadi kendala utama ekspor Indonesia. Optimalisasi sistem distribusi dan kerja sama dengan pelaku logistik bisa menekan biaya sekaligus meningkatkan daya saing harga.
- Promosi dan Branding Daun jeruk Indonesia memiliki keunikan tersendiri, terutama dari segi aroma dan kandungan nutrisinya. Branding yang kuat melalui pameran dagang internasional dan strategi pemasaran digital bisa menjadi kunci memperluas pasar.
Baca juga: Panel Surya, Primadona Baru Ekspor Indonesia
Ekspor daun jeruk Indonesia sedang menghadapi tantangan besar, tetapi bukan tanpa solusi. Dengan strategi yang tepat, mulai dari peningkatan kualitas hingga efisiensi rantai pasok, Indonesia masih berpeluang menjadi pemain utama di pasar global. Yang dibutuhkan bukan hanya kebijakan yang mendukung, tetapi juga kesiapan eksportir untuk beradaptasi dengan tuntutan pasar internasional.
- Foto: Instagram/ @bakwanninna.