Abu Dhabi Bangun PLTS Terbesar Dunia, Simbol Transformasi Energi Global

ABU DHABI tak lagi sekadar kota minyak. Dalam beberapa tahun ke depan, ibu kota Uni Emirat Arab itu akan menjadi rumah bagi pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terbesar di dunia. Proyek ini menjadi penanda penting pergeseran energi dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan—dan dunia menyimak.

Masdar, perusahaan energi milik negara, bersama Emirates Water and Electricity Company, memimpin proyek ambisius ini. PLTS berkapasitas 5,2 gigawatt (GW) akan berdiri megah di tengah padang pasir. Proyek ini tak hanya soal ukuran. Lebih dari itu, ini adalah pertaruhan teknologi, lingkungan, dan arah masa depan.

Lebih dari Sekadar Panel Surya

Proyek ini bukan sekadar deretan panel surya. Mengutip New Atlas, PLTS raksasa ini dilengkapi Sistem Penyimpanan Energi Baterai (Battery Energy Storage System/BESS) berkapasitas 19 gigawatt jam (GWh). Kombinasi ini menjadikannya fasilitas fotovoltaik pertama di dunia yang mampu memasok listrik siang dan malam secara berkelanjutan.

Baca juga: Abu Dhabi Luncurkan Program MRV untuk Transisi Karbon

Dengan kapasitas itu, PLTS ini bisa menghasilkan hingga 1 GW listrik setiap hari—cukup untuk memenuhi kebutuhan sekitar 750.000 rumah tangga. Sebagai pembanding, dibutuhkan hampir 10 juta panel surya untuk mencapai daya sebesar ini. Lahan yang diperlukan pun tidak main-main: sekitar 52 kilometer persegi. Setara dengan 10.000 lapangan sepak bola.

Investasi Hijau Bernilai Strategis

Nilai proyek mencapai 6 miliar dolar AS. Namun, ini bukan sekadar investasi energi. Ini adalah taruhan strategis terhadap masa depan UEA. Sebagai negara penghasil minyak, UEA membaca tanda zaman: ketergantungan pada energi fosil harus dikurangi. Targetnya jelas: net zero emission pada tahun 2050.

Baca juga: Transisi Energi Indonesia, Tantangan Komitmen atau Keterbatasan Anggaran?

Masdar menyatakan bahwa sistem integrasi canggih akan memungkinkan PLTS ini bekerja 24 jam penuh. Teknologi ini bukan hanya menjawab tantangan ketergantungan pada cahaya matahari, tetapi juga membuktikan bahwa energi terbarukan kini sudah menandingi—bahkan mengungguli—model energi konvensional.

Menantang Dominasi Energi Fosil

Abu Dhabi bukan satu-satunya kota yang bergerak ke arah ini. Tapi proyek ini adalah simbol penting. Ini adalah bentuk nyata transisi energi di pusat ekonomi Teluk. Wilayah yang selama ini identik dengan minyak kini menjadi pelopor dalam energi bersih.

Proyek pembangunan PLTS berkapasitas 5,2 GW di Abu Dhabi akan menjadi pembangkit listrik tenaga surya terbesar di dunia dan simbol transisi energi bersih global. Foto: Ilustrasi/ James Guetschow/ Pexels.

Dibandingkan dengan proyek serupa di China yang memiliki kapasitas 3,5 GW, fasilitas ini jelas melampaui. Tak hanya dari sisi daya, tetapi juga dalam konteks inovasi teknologi dan skala integrasi sistem.

Pelajaran untuk Indonesia dan Dunia

Apa yang bisa dipelajari Indonesia dari proyek Abu Dhabi ini? Banyak. Pertama, energi surya adalah sumber daya besar yang belum sepenuhnya digarap. Indonesia punya potensi 207,9 GW dari tenaga surya, namun baru sebagian kecil yang dimanfaatkan.

Baca juga: PLTSa di 12 Kota Masih Mandek, Evaluasi Jadi Kunci Percepatan

Kedua, proyek ini menunjukkan pentingnya kemitraan strategis antara negara dan sektor energi. Tanpa visi kebijakan yang kuat, sulit membangun proyek berkelanjutan berskala besar. Ketiga, sistem penyimpanan energi adalah masa depan. Investasi di sektor ini harus segera menjadi prioritas.

Masa Depan Energi adalah Sekarang

Tahun 2027, proyek ini direncanakan mulai beroperasi penuh. Ketika dunia mencari cara untuk bertahan di tengah krisis iklim dan ketidakpastian energi, Abu Dhabi menunjukkan bahwa masa depan bisa dibangun dari sekarang.

PLTS ini bukan hanya fasilitas energi. Ia adalah pernyataan. Bahwa transformasi besar bisa dimulai dari gurun pasir, dan menjadi inspirasi global—termasuk bagi Indonesia. ***

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *