PERUBAHAN lanskap di kawasan hulu Sungai Ciliwung memicu keprihatinan serius. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Hanif Faisol Nurofiq, mengungkapkan bahwa alih fungsi lahan di Puncak, Kabupaten Bogor, menjadi pemicu utama banjir di Jabodetabek.
Dari Resapan Air Menjadi Beton dan Ladang
Pada 2010, kawasan hulu Ciliwung memiliki 15.000 hektare area lindung yang mencakup taman nasional, badan air, dan hutan resapan. Namun, 12 tahun kemudian, lebih dari 8.000 hektare diubah menjadi kawasan pertanian. Dalam periode yang sama, area permukiman yang semula hanya 500 hektare meluas hingga 1.500 hektare.
“Lanskap kita rusak. Ini penyebab utama banjir di Jabodetabek,” kata Hanif saat meninjau kawasan Puncak, Bogor, Kamis (6/3).
Baca juga: Banjir Jabodetabek dan Ancaman Tata Ruang yang Terabaikan
Berkurangnya kawasan resapan mempercepat aliran air hujan ke hilir. Tanah yang dulu menyerap air kini tertutup bangunan dan lahan pertanian, menyebabkan banjir besar di Jakarta dan sekitarnya pada 2 Maret lalu.
Banjir Jakarta, Jejak Masalah di Hulu
Alih fungsi lahan yang agresif di kawasan hulu semakin menekan keseimbangan ekologi. Banyak bangunan permanen berdiri di daerah aliran sungai (DAS) Ciliwung, menghambat kemampuan tanah untuk menyerap air. Hujan yang turun di Puncak kini langsung mengalir deras ke Jakarta, meningkatkan volume dan kecepatan banjir.
“Kawasan ini seharusnya tidak boleh ada bangunan permanen. Wisata boleh, tapi harus terbatas,” tegas Hanif.
Baca juga: Kawasan Puncak di Ujung Evaluasi, Moratorium atau Revisi Tata Ruang?

Penyegelan dan Restorasi, Cukupkah?
Sebagai langkah awal, Kementerian LHK telah menyegel beberapa bangunan di kawasan DAS Ciliwung. Namun, tanpa kebijakan tata ruang yang lebih ketat, penegakan hukum yang konsisten, dan edukasi berkelanjutan, masalah ini hanya akan berulang.
Baca juga: Puncak Bogor Terancam Alih Fungsi Lahan dan Banjir
Solusi berkelanjutan perlu segera diterapkan, termasuk penghijauan kembali hutan yang hilang serta penerapan sistem pengelolaan air yang lebih baik. Reforestasi bisa membantu mengembalikan fungsi ekologi kawasan hulu, sementara regulasi pembangunan harus diperketat agar tidak ada lagi pelanggaran tata ruang.
Menyelamatkan Ciliwung, Menyelamatkan Kota
Perbaikan kondisi hulu Ciliwung bukan sekadar isu lingkungan, tetapi juga langkah strategis untuk melindungi Jakarta dan sekitarnya dari bencana berkepanjangan. Pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha harus bersinergi untuk memulihkan ekosistem sungai ini.
Baca juga: Kepala Daerah Jabodetabek Wajib Bereskan 5 Isu Lingkungan Ini
Tanpa tindakan konkret dan kesadaran kolektif, ancaman banjir Jabodetabek akan semakin besar. Saatnya bertindak sebelum semuanya terlambat.
- Foto: X/ Arryuban03.