Efisiensi Energi Jadi Senjata Baru Dunia Usaha Hadapi Krisis Iklim

EFISIENSI energi tak lagi sekadar jargon hijau. Tapi, telah berubah menjadi strategi bisnis utama.
Buktinya? Lebih dari seratus perusahaan dunia yang tergabung dalam program EP100 berhasil mencetak penghematan fantastis sebesar 164 juta dolar AS hanya dalam satu tahun.

Pencapaian ini bukan sekadar catatan keuangan. Namun, mencerminkan arah baru dunia usaha dalam menghadapi krisis iklim—dengan efisiensi sebagai porosnya.

EP100, Komitmen Bisnis untuk Masa Depan Rendah Emisi

EP100 adalah inisiatif global dari Climate Group, organisasi nirlaba yang mendorong transisi menuju emisi nol bersih. Dalam program ini, perusahaan diberi tiga jalur komitmen:

  • Net-zero operasional pada 2030,
  • Menggandakan produktivitas energi dalam 25 tahun, atau
  • Menerapkan sistem manajemen energi dalam 10 tahun.

Tujuan utamanya sederhana tapi berdampak: menjadikan efisiensi energi sebagai bagian inti operasional bisnis.

Baca juga: Finlandia Tutup PLTU Terakhir, Awal Baru Energi Bersih Eropa

Dan hasilnya mulai terlihat. Menurut laporan terbaru bertajuk Energy Unleashed, perusahaan-perusahaan anggota EP100 mencatat peningkatan produktivitas energi tahunan rata-rata 8%. Ini jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata global yang hanya 1%.

Dari Mesin Pendingin ke Manajemen Energi

Sejumlah perusahaan menunjukkan kinerja luar biasa pada 2024.
Beko dan Mahindra Holidays memenuhi komitmen efisiensinya.
Mitie sukses menggandakan produktivitas energi.
Sementara TCC Group melaporkan kenaikan 50% produktivitas energi setelah menerapkan sistem manajemen energi.

Angka-angka ini menunjukkan bahwa langkah kecil seperti mengganti sistem pendingin, hingga kebijakan besar seperti digitalisasi energi, mampu berdampak signifikan.

“Efisiensi adalah cara tercepat dan termurah untuk memangkas ketergantungan pada bahan bakar fosil,” kata Direktur Energi Climate Group, Sam Kimmins.

Baca juga: Rekor Energi Bersih Tercapai, tapi Emisi Listrik Dunia Justru Naik

Lebih Hemat, Lebih Rendah Emisi

Tahun 2023 menjadi momen penting. Para anggota EP100 sukses menghindari emisi sebesar 55,1 juta metrik ton CO2e—setara dengan konsumsi listrik 11,4 juta rumah tangga di Amerika Serikat.

Lebih dari itu, langkah-langkah efisiensi ini juga memberikan nilai tambah finansial. Hemat energi artinya hemat biaya. Dan dalam skala besar, nilainya mencapai ratusan juta dolar.

Langkah efisiensi energi menjadi kunci bagi banyak perusahaan global untuk menekan emisi dan menghemat biaya operasional secara berkelanjutan.Foto: Ilustrasi/ Tom Fisk/ Pexels.

Kumulatif, sejak awal program berjalan, perusahaan EP100 telah menghemat 1,7 miliar dolar dan menghindari 450 juta ton emisi karbon.

Target Global Masih Jauh dari Harapan

Namun tak semua kabar membawa optimisme. Menurut Badan Energi Internasional (IEA), target global untuk menggandakan efisiensi energi hingga 4% per tahun pada 2030 masih jauh dari kenyataan.

Pada 2023, peningkatannya hanya 1,3%. Penyebabnya: lonjakan aktivitas industri pasca-pandemi yang tidak diimbangi upaya efisiensi.

IEA mengingatkan, jika tren ini berlanjut, dunia tidak akan mampu memenuhi peta jalan nol emisi pada 2050.

Mengubah Jalur Lewat Kebijakan dan Kolaborasi

Climate Group menyadari bahwa komitmen sukarela tidak cukup. Untuk mempercepat transisi, mereka mulai mendorong perubahan di level kebijakan nasional.

Salah satunya lewat advokasi terhadap regulasi seperti kode bangunan yang lebih ketat, standar efisiensi minimum, dan insentif fiskal bagi perusahaan.

Baca juga: Inggris Cetak Rekor Energi Listrik Terbersih Sepanjang 2024, Apa Rahasianya?

CEO Climate Group, Helen Clarkson, menekankan pentingnya keberanian dalam menuntut dukungan kebijakan.
“Bisnis sudah punya teknologi dan keahlian. Pemerintah kini harus hadir sebagai mitra strategis.”

Indonesia, Siapkah Menyusul?

Meski belum banyak perusahaan Indonesia tergabung dalam EP100, peluang terbuka lebar.
Dengan potensi efisiensi besar di sektor industri, energi, dan bangunan, Indonesia dapat menjadikan efisiensi sebagai jembatan antara pembangunan ekonomi dan keberlanjutan lingkungan.

Langkah awal bisa dimulai dari regulasi, edukasi, dan insentif. Karena pada akhirnya, efisiensi bukan hanya soal hemat energi. Tapi juga tentang masa depan bisnis yang lebih cerdas, bersih, dan berdaya saing. ***

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *