SEJAK resmi diluncurkan pada 26 September 2023, bursa karbon Indonesia, yang dikenal sebagai IDXCarbon, mulai mencatatkan kehadiran nyata dalam upaya pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK). Hingga 29 November 2024, jumlah pengguna jasa yang terdaftar di platform ini telah mencapai 94. Namun, di tengah optimisme ini, tantangan besar masih membayangi potensi besar yang dimiliki bursa karbon ini.
Harapan di Tengah Angka
Menurut Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon (PMDK), Inarno Djajadi, total volume karbon yang diperdagangkan di IDXCarbon mencapai 906.000 ton CO2 ekuivalen. Dengan nilai akumulasi sekitar Rp50,55 miliar. Kendati angka ini menjadi tonggak awal yang menjanjikan, skala perdagangan ini masih jauh dari potensi penuh yang dimiliki Indonesia sebagai salah satu negara penghasil dan penyerap karbon terbesar di dunia.
Baca juga: Indonesia, Pemain Kunci di Pasar Karbon Dunia
“Dengan total volume sebesar 906.000 ton CO2 ekuivalen dan akumulasi nilai Rp50,55 miliar, kami berharap IDXCarbon bisa terus berkembang menjadi platform utama perdagangan karbon di Indonesia,” ujar Inarno dalam konferensi pers pada Jumat (13/12/2024).
Bursa Karbon dan Peran Indonesia
Peluncuran IDXCarbon di bawah naungan Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan salah satu inisiatif pemerintah dalam mendukung komitmen Indonesia untuk mencapai Net Zero Emission pada 2060. Melalui perdagangan karbon, pelaku industri memiliki mekanisme untuk mengurangi emisi GRK sekaligus menciptakan nilai ekonomi dari aktivitas yang mendukung keberlanjutan.
Presiden kala itu, Joko Widodo, dalam peluncurannya menegaskan, Indonesia harus menjadi bagian aktif dalam upaya global mengatasi perubahan iklim. “Bursa karbon ini adalah salah satu langkah nyata kita,” kata Jokowi.
Baca juga: Mempercepat Ekonomi Karbon, Langkah Strategis Keberlanjutan Indonesia
Namun, keberhasilan bursa karbon tidak hanya bergantung pada jumlah transaksi atau nilai yang tercatat. Kesadaran industri, penguatan regulasi, dan pengawasan ketat terhadap kualitas kredit karbon yang diperdagangkan menjadi fondasi yang harus terus diperkuat.

Jalan Masih Panjang
Meski IDXCarbon membawa optimisme, angka-angka yang tercatat hingga akhir November 2024 menunjukkan bahwa jalan masih panjang. Dengan lebih dari 16 juta hektar hutan tropis dan potensi penyerap karbon yang besar, kontribusi Indonesia seharusnya bisa lebih signifikan dalam perdagangan karbon global.
Selain itu, berbagai tantangan lain masih mengemuka, seperti kurangnya literasi para pelaku pasar tentang perdagangan karbon dan kebutuhan untuk meningkatkan standar verifikasi kredit karbon agar memenuhi kriteria internasional. Transparansi dalam pencatatan karbon, edukasi pasar, serta dorongan dari pemerintah menjadi kunci agar IDXCarbon dapat bersaing dengan pasar karbon global seperti di Eropa atau Tiongkok.
Baca juga: Pasar Karbon, Kunci Pendapatan Besar Negara yang Terabaikan
Di sisi lain, keberhasilan IDXCarbon juga dapat memberikan dampak besar pada berbagai sektor lain. Perusahaan yang aktif terlibat dalam perdagangan karbon dapat memperbaiki citra bisnis, menarik minat investor asing, dan membuka peluang kolaborasi internasional di bidang keberlanjutan.
Bursa Saham yang Fluktuatif
Selain pembaruan terkait IDXCarbon, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga melaporkan performa pasar saham domestik yang menunjukkan pelemahan hingga akhir November 2024. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun sebesar 6,07% secara bulanan (mtd) ke level 7.114, sementara secara tahunan (ytd) melemah sebesar 2,18%.
Pelemahan ini, menurut pengamat pasar, dipengaruhi oleh arus keluar dana asing (net sell) sebesar Rp16,81 triliun secara bulanan, meski secara tahunan masih mencatatkan net buy Rp21,56 triliun.
Baca juga: 5 Sektor Emisi yang Menantang Perjalanan Net Zero Indonesia 2060
Namun, pelemahan di pasar saham tidak sepenuhnya mencerminkan kinerja IDXCarbon. Justru di tengah volatilitas pasar modal, perdagangan karbon dapat menjadi solusi yang lebih stabil, mengingat orientasi jangka panjangnya yang berkaitan langsung dengan upaya keberlanjutan.
IDXCarbon dan Masa Depan Keberlanjutan
IDXCarbon bukan sekadar platform perdagangan, melainkan bagian dari transformasi besar menuju masa depan yang lebih berkelanjutan. Pelaku usaha, regulator, dan masyarakat harus melihat bursa karbon ini sebagai peluang bersama untuk menjaga keseimbangan ekonomi dan lingkungan.
Baca juga: Dinamika Pajak Karbon Indonesia: Ambisi Besar, Langkah Tertahan
Dengan regulasi yang terus diperbaiki, peningkatan literasi pasar, serta dukungan pemerintah, IDXCarbon bisa menjadi garda terdepan dalam upaya global melawan perubahan iklim. Langkah kecil yang diambil hari ini akan menentukan arah besar Indonesia di masa depan. ***
- Foto: Ilustrasi/ Pixabay/ Pexels.