Indonesia – UEA Jalin Kemitraan Hijau dan Ekonomi Berkelanjutan

INDONESIA dan Uni Emirat Arab (UEA) semakin erat menjalin kerja sama di berbagai sektor strategis. Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan bertemu dengan Menteri Energi dan Infrastruktur UEA, Suhail Al-Mazroui, membahas sejumlah proyek penting yang berfokus pada keberlanjutan dan pertumbuhan ekonomi.

Salah satu poin utama adalah komitmen pendanaan sebesar US$ 50 juta (Rp 815 miliar) dari UEA untuk program reforestasi di Indonesia. Dana ini akan digunakan untuk menghijaukan kembali lahan hutan dan diharapkan cair saat kunjungan Royal Highness Mohammad Bin Zayed ke Indonesia.

“Komitmen ini menjadi langkah konkret dalam membangun ekonomi hijau yang berkelanjutan,” ujar Luhut dalam unggahan di Instagram @luhut.pandjaitan.

Dari Energi Hijau hingga Infrastruktur Modern

Selain reforestasi, UEA juga menunjukkan komitmennya dalam investasi energi hijau. Beberapa proyek yang tengah dijajaki meliputi:

  • Geothermal
  • Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)
  • Energi angin (wind power)
  • Panel surya

Kolaborasi ini sejalan dengan target Indonesia untuk meningkatkan bauran energi baru terbarukan (EBT) dan mengurangi emisi karbon.

Tak hanya di sektor energi, UEA juga berencana meningkatkan investasi di pengelolaan pelabuhan dan bandara di Jakarta dan Bali. Tujuannya adalah meningkatkan transparansi dan efisiensi dalam pengelolaan infrastruktur transportasi utama Indonesia.

Baca juga: CCS, Inovasi Canggih Atasi Krisis Karbon dan Wujudkan Indonesia Hijau

“UEA siap membantu pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok dan Makassar agar memenuhi standar internasional,” ungkap Luhut.

3 Juta Rumah dan Investasi di Perhotelan BUMN

Salah satu topik penting lainnya adalah pembangunan 3 juta rumah di Indonesia. UEA sepakat untuk membantu konstruksi dan pembiayaan proyek ini. Langkah ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam menyediakan hunian layak bagi masyarakat.

Baca juga: Mengalihkan Utang untuk Melindungi Terumbu Karang Indonesia

Di sektor pariwisata, UEA tertarik berinvestasi dalam bisnis perhotelan BUMN melalui skema joint venture. Hal ini diperkirakan akan mendorong pertumbuhan industri perhotelan nasional sekaligus meningkatkan daya saing Indonesia sebagai destinasi wisata unggulan.

Deforestasi menjadi salah satu komitmen pendanaan utama dalam upaya penghijauan kembali hutan Indonesia. Foto: Ilustrasi/ Matthias Behr/ Pexels.

Dari Pertahanan hingga Riset Mangrove

Tak hanya sektor ekonomi, pembahasan juga mencakup kerja sama di bidang pertahanan. UEA tertarik bermitra dalam produksi senjata ringan dan senapan serbu, membuka peluang baru dalam pengembangan industri pertahanan nasional.

Sementara itu, proyek RS Kardiologi Emirates-Indonesia di Surakarta dikabarkan hampir rampung. UEA juga mendukung pengembangan Bandara Bali Utara, proyek hilirisasi alumina, serta pendirian Financial Center di IKN.

Baca juga: Perlindungan Hiu dan Pari, Dukungan Inggris untuk Konservasi Laut Indonesia

Salah satu inisiatif menarik lainnya adalah pembangunan International Mangrove Research Center di Bali. Fasilitas ini akan menjadi pusat penelitian global untuk konservasi dan restorasi ekosistem mangrove, yang berperan penting dalam mitigasi perubahan iklim.

Mitra Strategis untuk Masa Depan Berkelanjutan

Beragam inisiatif ini mencerminkan komitmen kuat kedua negara dalam membangun masa depan yang lebih hijau, inklusif, dan berdaya saing tinggi.

“Kerja sama Indonesia – UEA bukan sekadar investasi, tetapi juga strategi jangka panjang untuk membangun ekosistem ekonomi yang lebih maju dan berkelanjutan,” kata Luhut.

Dengan terus berkembangnya kemitraan ini, Indonesia dan UEA semakin mengukuhkan diri sebagai mitra strategis dalam peta ekonomi global.

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *