MASA depan pekerjaan global akan mengalami pergeseran besar pada 2030. Laporan The Future of Jobs 2025 dari World Economic Forum (WEF) mengungkap, pekerjaan yang berfokus pada iklim dan teknologi akan tumbuh pesat. Perubahan ini didorong oleh dua kekuatan utama: kebutuhan mendesak untuk mitigasi perubahan iklim dan perkembangan teknologi mutakhir.
Menurut laporan tersebut, 47 persen pemberi kerja global sudah merencanakan transformasi besar pada peran yang terkait iklim. Pekerjaan yang sebelumnya jarang dikenal, seperti insinyur energi terbarukan dan ilmuwan perubahan iklim, kini menjadi kunci. Profesi ini termasuk dalam kategori green jobs, pekerjaan yang berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan.
Green Jobs, Jawaban atas Tantangan Iklim
Tuntutan global untuk transisi energi terbarukan mendorong lahirnya pekerjaan baru di sektor keberlanjutan. Pembangkit listrik tenaga surya, angin, dan inovasi energi hijau lainnya akan membutuhkan tenaga kerja ahli. Dalam waktu dekat, green jobs tidak lagi sekadar tren tetapi menjadi kebutuhan utama. Terutama bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia yang memiliki potensi energi terbarukan melimpah.
Baca juga: Energi Terbarukan Menciptakan Jutaan Pekerjaan
Namun, peluang ini tidak datang tanpa tantangan. Keahlian yang relevan masih menjadi kendala utama. Sebagian besar pekerja saat ini belum memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk mengisi peran-peran baru tersebut.
Teknologi Mengubah Peta Kerja
Selain green jobs, teknologi juga akan menjadi motor perubahan besar. WEF memproyeksikan bahwa 60 persen bisnis global akan mengalami transformasi digital hingga 2030. Perusahaan akan semakin membutuhkan keahlian seperti big data, kecerdasan buatan (AI), dan keamanan siber.
Transformasi ini didorong oleh perkembangan teknologi yang pesat. Sayangnya, 39 persen keahlian saat ini diperkirakan akan usang pada 2030. Untuk itu, perusahaan harus memprioritaskan pelatihan keterampilan baru. Laporan WEF menyebutkan, 85 persen industri akan fokus pada pengembangan keahlian tenaga kerja mereka.
Keahlian yang akan menonjol di masa depan adalah kemampuan analitis, ketahanan, dan fleksibilitas. Kriteria ini menunjukkan bahwa tenaga kerja tidak hanya dituntut memiliki keahlian teknis, tetapi juga kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan cepat di lingkungan kerja.
Peran AI dalam Masa Depan Kerja
Perkembangan kecerdasan buatan (AI) menjadi salah satu katalis terbesar perubahan ini. Sebanyak 70 persen pemberi kerja berencana untuk merekrut pekerja dengan keahlian AI. Teknologi ini bukan hanya untuk efisiensi, tetapi juga untuk mendukung keberlanjutan, seperti pengelolaan energi atau analisis data iklim.

Di sisi lain, penerapan AI di berbagai sektor berpotensi menghilangkan beberapa jenis pekerjaan tradisional. Menurut laporan WEF, dari 2025 hingga 2030, dunia akan menyaksikan penciptaan 170 juta pekerjaan baru. Namun, angka tersebut akan diimbangi dengan hilangnya 92 juta pekerjaan.
Baca juga: Spesialis Keberlanjutan, Karier Hijau yang Melesat di Era AI
Implikasi bagi Indonesia
Bagaimana tren ini memengaruhi Indonesia? Dengan populasi besar dan ekonomi yang terus berkembang, Indonesia harus siap menghadapi perubahan ini. Peluang besar terbuka di sektor energi terbarukan dan keberlanjutan, mengingat Indonesia memiliki potensi besar dalam energi surya, angin, dan panas bumi.
Namun, langkah strategis diperlukan untuk mengatasi tantangan keterampilan. Pemerintah, perusahaan, dan lembaga pendidikan harus berkolaborasi untuk menyediakan pelatihan yang relevan. Inisiatif seperti program pelatihan AI, pengelolaan energi, atau keterampilan big data akan menjadi investasi penting untuk mempersiapkan tenaga kerja menghadapi masa depan.
Baca juga: Profesional Muda, Pilar Keberlanjutan yang Harus Diberdayakan
Meskipun transformasi ini menghadirkan tantangan, peluang yang tercipta jauh lebih besar. Dengan mengintegrasikan keberlanjutan dan teknologi, dunia kerja masa depan akan lebih ramah lingkungan dan efisien.
Bagi praktisi dan pemerhati keberlanjutan, tren ini adalah momen penting untuk mendorong agenda hijau di sektor bisnis. Mengutamakan green jobs dan teknologi keberlanjutan bukan hanya tentang efisiensi ekonomi, tetapi juga tentang masa depan bumi. ***
- Foto: Cottonbro/ Pexels.