PADA 2030, Indonesia menargetkan pencapaian ambisius: 100 persen akses air minum layak dan sanitasi bagi seluruh masyarakat. Komitmen ini ditegaskan oleh Menteri Pekerjaan Umum (PU), Dody Hanggodo, saat bertemu Utusan Khusus PBB untuk Isu Air, Retno Marsudi, di Jakarta (26/11/2024). Pertemuan ini menjadi momentum penting dalam menggarisbawahi peran strategis Indonesia dalam isu air bersih, sanitasi, dan keberlanjutan global.
“Melalui implementasi Inpres Nomor 1 Tahun 2024, kami berupaya mempercepat penyediaan air minum dan layanan pengelolaan air limbah domestik. Targetnya adalah akses penuh pada 2030,” ujar Dody.
Pernyataan ini didukung langkah konkret berupa pembangunan infrastruktur yang masif untuk mengatasi tantangan aksesibilitas dan ketahanan air.
Capaian Infrastruktur Air, Fondasi untuk Masa Depan
Dalam kurun waktu 2015-2024, Kementerian PU telah membangun sejumlah proyek besar. Hingga kini, tercatat 53 bendungan telah rampung (dari target 61 unit), 1.347 embung, 2.002 km pengendali banjir, hingga jaringan irigasi yang mencakup 1,15 juta hektar pembangunan baru dan 4,5 juta hektar rehabilitasi.
Selain itu, telah tersedia Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) dengan kapasitas 33.275 liter/detik, serta layanan sanitasi bagi 13,2 juta keluarga.
“Proyek-proyek ini tidak hanya meningkatkan ketahanan air, tapi juga memperkuat ketahanan pangan dan energi nasional,” lanjut Dody.
Dengan sinergi yang terus dijaga, diharapkan pembangunan infrastruktur ini mampu menjawab persoalan yang semakin mendesak, termasuk perubahan iklim yang berdampak pada ketersediaan air.
Dukungan PBB dan Momentum World Water Forum
Utusan Khusus PBB, Retno Marsudi, menyampaikan apresiasinya terhadap peran aktif Kementerian PU. Ia menyoroti kesuksesan Indonesia menjadi tuan rumah World Water Forum ke-10 di Bali pada Mei 2024 sebagai bukti kepemimpinan global.
Forum ini menghasilkan berbagai inisiatif, termasuk Compendium Projects, kumpulan aksi sukarela untuk menjawab tantangan air dunia. “Kami mendukung langkah konkret Kementerian PU, terutama dalam meningkatkan akses air bersih dan sanitasi,” kata Retno.
Baca juga: Krisis Air Global, Ancaman Nyata yang Harus Ditangani Segera
Ia juga mengungkapkan pentingnya sinergi berkelanjutan antara PBB dan Indonesia untuk memperkuat aksi kolaboratif.
Selain itu, Indonesia turut mengusulkan penetapan World Lake Day atau Hari Danau Dunia melalui mekanisme Sidang Umum PBB. Usulan ini diharapkan menjadi langkah strategis untuk menyoroti pentingnya pelestarian ekosistem air tawar di tengah ancaman degradasi lingkungan.

Peran Air dalam Pembangunan Berkelanjutan
Isu air bukan hanya soal akses, tapi juga keberlanjutan. Air minum layak dan sanitasi berperan penting dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Tanpa infrastruktur yang memadai, ancaman kesehatan, ekonomi, dan sosial bisa meluas. Oleh karena itu, percepatan pembangunan di sektor ini tak hanya menyasar target nasional, tapi juga menjawab komitmen global dalam Sustainable Development Goals (SDGs).
Baca juga: Setiap WNI Sumbang 115-180 Kg Limbah Makanan Setiap Tahun
Namun, mencapai target 2030 bukan tanpa tantangan. Masalah pendanaan, pengelolaan limbah, dan urbanisasi yang pesat menjadi hambatan utama. Dengan langkah strategis seperti Inpres Nomor 1 Tahun 2024, Indonesia menunjukkan komitmennya untuk mengatasi masalah ini melalui kolaborasi lintas sektor.
Air, Inti Pembangunan Berkelanjutan
Air adalah inti dari pembangunan berkelanjutan. Tanpa akses yang layak, kesenjangan sosial dan ekonomi akan terus melebar. Pembangunan infrastruktur air yang inklusif tidak hanya memberikan dampak langsung bagi masyarakat, tetapi juga menguatkan posisi Indonesia sebagai pemain global dalam isu lingkungan dan keberlanjutan.
Dengan visi 2030 yang ambisius, Indonesia berharap menjadi contoh bagi negara-negara berkembang lainnya. Percepatan pembangunan, kolaborasi internasional, dan komitmen terhadap aksi nyata adalah langkah utama menuju keberhasilan visi ini. ***
- Foto: Ilustrasi/ Pixabay/ Pexels – Air, inti masa depan berkelanjutan. Indonesia percepat akses 100% di 2030.