Norwegia Hadiahi Indonesia $952 Juta untuk Pengurangan Emisi

INDONESIA kembali mencetak langkah besar dalam upaya penurunan emisi global. Pada Selasa (11/12), pemerintah Indonesia bersama Norwegia meluncurkan tahap keempat kerja sama pendanaan berbasis kontribusi hasil (Result-Based Contribution/RBC) senilai 60 juta dolar AS atau sekitar Rp 952 miliar. Dana ini diberikan atas keberhasilan Indonesia menekan emisi dari deforestasi selama periode 2019-2020, berdasarkan hasil verifikasi yang telah dilakukan.

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Hanif Faisol Nurofiq, menegaskan bahwa kolaborasi ini adalah salah satu wujud nyata implementasi Pasal 5 Perjanjian Paris. “Ini adalah cerita sukses dari upaya kita untuk menjaga bumi. Kerja sama ini juga memperlihatkan bahwa kemitraan global bisa memberikan hasil nyata,” kata Hanif di Jakarta.

Komitmen Deforestasi di Tengah Tekanan Global

Dengan total kontribusi Norwegia mencapai 216 juta dolar AS sejak kerja sama ini dimulai, dukungan tersebut menjadi bukti pengakuan internasional atas capaian Indonesia. Sebagai negara dengan hutan hujan tropis terbesar ketiga di dunia, Indonesia memainkan peran penting dalam pengurangan emisi global.

Baca juga: Reforestasi 12,7 Juta Hektar Hutan Indonesia Memikat Dunia

Hanif menjelaskan bahwa dokumen Enhanced Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia telah menetapkan target ambisius: pengurangan emisi hingga 31,89 persen dengan upaya mandiri, dan 43,2 persen jika didukung oleh kerja sama internasional. “Dengan adanya Second NDC yang akan segera diluncurkan, target ini dapat semakin diperkuat,” tambahnya.

REDD+ dan Masa Depan Hutan Indonesia

Program REDD+ (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation) menjadi inti dari kerja sama ini. Dengan pendanaan berbasis hasil, setiap langkah nyata Indonesia dalam menekan deforestasi memberikan dampak ganda: secara lokal melalui perlindungan lingkungan, dan secara global melalui pengurangan emisi.

Baca juga: Hutan Adat: Menyelamatkan Bumi, Melindungi Hak Leluhur

Menteri Kehutanan, Raja Juli Antoni, menyebut kerja sama ini sebagai wujud nyata pendekatan berbasis akar rumput. Implementasi program Indonesia FOLU Net Sink 2030—upaya memastikan bahwa penyerapan karbon di sektor kehutanan dan penggunaan lahan lebih besar daripada emisinya—menjadi langkah strategis dalam mencapai target tersebut.

“Indonesia dan Norwegia memberikan contoh nyata bagaimana dua negara dapat bekerja bersama untuk menghadapi tantangan iklim. Kami akan terus memperkuat kolaborasi ini,” ujar Raja Juli.

Air terjun di tengah hutan lebat Bali, simbol penting pelestarian alam. Upaya seperti ini mendukung pengurangan emisi dan menjaga keseimbangan ekosistem. Foto: Oliver Sjöström/ Pexels.

Tantangan dan Harapan Masa Depan

Namun, perjalanan ke depan tidak akan mudah. Isu deforestasi masih menjadi tantangan besar, terutama karena tekanan ekonomi, eksploitasi lahan, dan perubahan iklim yang terus memperburuk situasi. Dukungan internasional seperti dari Norwegia memberikan harapan, tetapi keberhasilan sejati bergantung pada komitmen lokal dan kebijakan yang berkelanjutan.

Kerja sama ini juga menjadi momentum bagi Indonesia untuk memperkuat tata kelola kehutanan. Pelibatan masyarakat adat, pengembangan teknologi hijau, hingga peningkatan transparansi dalam pemantauan deforestasi menjadi beberapa aspek penting yang perlu diprioritaskan.

Baca juga: Jalan Melingkar Konservasi Alam Indonesia

Di sisi lain, Norwegia menegaskan komitmennya untuk mendukung upaya Indonesia. “Kami sangat menghargai langkah konkret Indonesia dalam menangani perubahan iklim. Pendanaan ini adalah bentuk apresiasi sekaligus investasi untuk masa depan bersama,” kata perwakilan pemerintah Norwegia yang hadir.

Masa Depan Hijau untuk Generasi Mendatang

Kolaborasi Indonesia-Norwegia memberikan contoh nyata bahwa kerja sama lintas negara mampu menghasilkan solusi berkelanjutan untuk tantangan global. Dalam konteks iklim, setiap langkah kecil menjadi sangat berarti.

Baca juga: ADB Genjot Pinjaman Iklim Demi Masa Depan Asia

Bagi Indonesia, kerja sama ini lebih dari sekadar aliran dana. Ini adalah pengakuan global atas komitmen bangsa dalam menjaga hutan sebagai paru-paru dunia. Dengan langkah berani dan kolaborasi kuat, Indonesia bisa menjadi teladan global dalam pengelolaan lingkungan hidup.

Menyelamatkan hutan bukan hanya tugas pemerintah atau komunitas lokal, tetapi tanggung jawab bersama. Karena, pada akhirnya, yang kita jaga bukan hanya hutan, tetapi masa depan kita semua. ***

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *