Sinyal Krisis Iklim, Indonesia Hadapi Cuaca Ekstrem hingga 2100

INDONESIA menghadapi ancaman perubahan iklim yang semakin nyata. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memproyeksikan peningkatan intensitas curah hujan ekstrem saat musim hujan serta periode kekeringan yang lebih panjang pada musim kemarau hingga tahun 2100. Tren ini sejalan dengan temuan global yang menunjukkan bahwa perubahan iklim memperburuk kondisi cuaca ekstrem.

Hujan Lebih Deras, Kemarau Lebih Kering

“Hari-hari dengan curah hujan ekstrem di musim hujan akan semakin bertambah, sementara periode tanpa hujan di musim kemarau akan semakin panjang,” ungkap Direktur Informasi Perubahan Iklim BMKG, Fachri Radjab, dalam sebuah diskusi daring awal pekan ini.

Menurutnya, fenomena ini mencerminkan peningkatan tingkat ekstrem cuaca di Indonesia. Dengan kata lain, intensitas hujan deras akan terus meningkat, sementara musim kemarau akan semakin gersang.

2024, Tahun Terpanas dalam Sejarah

Dampak perubahan iklim juga terlihat dari peningkatan suhu rata-rata yang terus terjadi. “Tahun 2024 tercatat sebagai tahun terpanas sepanjang sejarah pengamatan suhu global, dengan kenaikan suhu mencapai 1,55 derajat Celsius,” jelas Fachri. Angka ini bahkan telah melampaui batas yang disepakati dalam Paris Agreement.

Baca juga: Perubahan Iklim Makin Parah, Siklus Banjir di Indonesia Kian Cepat

Di Indonesia, tren serupa terjadi. Suhu rata-rata nasional terus meningkat dalam beberapa dekade terakhir, dengan dampak langsung yang terasa pada pola cuaca. Peningkatan suhu ini menyebabkan siklus hidrologi berlangsung lebih cepat, memicu cuaca yang semakin tidak menentu.

Gas Rumah Kaca dan Siklus Cuaca Ekstrem

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menjelaskan bahwa ada hubungan erat antara peningkatan suhu udara dengan intensitas curah hujan di Indonesia. “Hujan ekstrem meningkat dalam hal intensitas, frekuensi, dan durasi. Ini berkaitan erat dengan kenaikan suhu permukaan dan konsentrasi gas rumah kaca,” ujarnya.

Perubahan iklim nyata: Hujan makin deras, kemarau makin panjang. Bagaimana Indonesia bersiap menghadapi cuaca ekstrem? Foto: Ilustrasi/ Adit Syahfiar/ Pexels.

Fenomena ini menunjukkan pola sebab akibat yang jelas. Emisi gas rumah kaca mempercepat pemanasan global, yang kemudian mempercepat siklus hidrologi. Akibatnya, musim hujan semakin basah dan musim kemarau semakin kering. Ini berisiko meningkatkan bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, serta kekeringan berkepanjangan.

Baca juga: Kerugian Ekonomi Akibat Perubahan Iklim, Ancaman Nyata bagi Indonesia

Kesiapan Indonesia Menghadapi Perubahan Iklim

Dengan proyeksi cuaca ekstrem hingga tahun 2100, Indonesia perlu meningkatkan strategi mitigasi dan adaptasi iklim. Langkah-langkah seperti pengelolaan sumber daya air yang lebih baik, pembangunan infrastruktur tahan bencana, serta pengurangan emisi karbon menjadi kunci menghadapi tantangan ini.

Baca juga: Perubahan Iklim, Ancaman Besar bagi Ekonomi 2025

Kebijakan yang berpihak pada energi terbarukan dan pengurangan deforestasi juga menjadi bagian penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Selain itu, peran masyarakat dalam menerapkan gaya hidup rendah emisi turut berkontribusi dalam memperlambat laju perubahan iklim.

Ancaman iklim bukan lagi sekadar teori. Proyeksi BMKG menegaskan bahwa cuaca ekstrem akan menjadi realitas yang harus dihadapi. Langkah konkret dari pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat menjadi krusial agar Indonesia lebih tangguh menghadapi masa depan yang semakin tidak menentu. ***

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *