LAUT Jawa sedang menghadapi krisis senyap. Stok ikan menurun drastis, sinyal jelas bahwa ekosistem laut di kawasan ini tengah sakit. Pakar kelautan IPB University, Yonvitner, menyebut kondisi ini bukan sekadar angka statistik, melainkan cermin rusaknya habitat laut dan kualitas lingkungan pesisir yang semakin memburuk.
Penurunan populasi ikan di Laut Jawa bukan datang tiba-tiba. Subsidence di pesisir, pencemaran plastik, hingga kekeruhan perairan telah merusak rantai kehidupan laut. Kualitas air di Teluk Jakarta yang terus menurun menambah beban ekosistem. Di sisi lain, tekanan akibat aktivitas perikanan yang tinggi membuat laju pemulihan sumber daya ikan semakin tertinggal.
“Penurunan stok ikan tidak bisa dilepaskan dari degradasi lingkungan. Saat habitat rusak, daya dukung perairan juga hilang,” kata Yonvitner, kepala Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL) IPB University.
Terumbu Karang dan Mangrove Terancam
Hasil studi PKSPL menunjukkan kualitas terumbu karang di Laut Jawa kini masuk kategori buruk dengan tutupan hanya 25 persen. Pada level ini, kepadatan ikan yang bergantung pada karang otomatis rendah. “Terumbu dengan tutupan kurang dari 25 persen memiliki kepadatan ikan yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan karang sehat di atas 50 persen,” jelas Yonvitner dikutip dari laman resmi IPB University.
Baca juga: Peneliti Temukan Cara Akurat Ukur Mikroplastik dalam Pangan Laut
Kerusakan juga merambah ekosistem mangrove yang daya dukungnya makin melemah. Hal ini sejalan dengan laporan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang menyebut hilangnya mangrove, rusaknya terumbu karang, dan sampah laut sebagai faktor utama menurunnya hasil tangkap nelayan di Laut Jawa.
Dampak pada Nelayan dan Ekonomi
Bagi nelayan tradisional, penurunan stok ikan berarti berkurangnya pendapatan harian. Mereka harus melaut lebih jauh dengan biaya lebih besar, namun hasil tangkapan tidak sebanding. Jika tren ini berlanjut, dampaknya bukan hanya pada ekonomi nelayan, tetapi juga ketahanan pangan nasional yang bertumpu pada protein ikan.

Yonvitner menegaskan pentingnya langkah strategis berbasis ekosistem. “Perlu ada perbaikan total ekosistem, tata kelola pesisir yang lebih baik, dan pengurangan sumber pencemar, baik terlarut maupun padat seperti plastik,” ujarnya.
Baca juga: MA Batalkan Ekspor Pasir Laut, Kemenangan untuk Ekosistem Pesisir
Sejak 2013, PKSPL IPB University sudah menjalankan sejumlah program rehabilitasi. Mulai dari transplantasi terumbu karang di Kepulauan Seribu, penanaman mangrove di Karawang, hingga kajian kerentanan pesisir di Pekalongan dan Jawa Tengah. Upaya ini membuktikan bahwa pemulihan bukan mustahil, asal ada dukungan kuat dari pemerintah, akademisi, masyarakat, dan sektor swasta.
Momentum Aksi Kolektif
Laut Jawa adalah jantung ekologi dan ekonomi pesisir Indonesia. Pemulihannya tidak bisa ditunda, sebab setiap kerusakan yang dibiarkan hari ini akan berlipat ganda dampaknya di masa depan. Perubahan iklim, pencemaran, dan eksploitasi berlebihan sudah cukup menjadi alarm.
Baca juga: Lautan Kian Gelap, Ekosistem di Ambang Krisis?
Kesehatan Laut Jawa bukan sekadar isu kelautan, melainkan soal keberlanjutan hidup jutaan orang yang menggantungkan hidupnya pada laut. Dari meja kebijakan hingga perahu nelayan, inilah saatnya bergerak bersama. ***
- Foto: Al Fariz/ Pexels – Deretan perahu nelayan di pesisir Pengandaran, Jawa Barat. Penurunan stok ikan akibat kerusakan terumbu karang, hilangnya mangrove, dan pencemaran laut kini menjadi ancaman serius bagi ekosistem dan mata pencaharian nelayan.