90% Pemimpin Bisnis: AI Penentu Keberlanjutan Bisnis

TEKNOLOGI kini memegang peranan penting dalam perjalanan menuju keberlanjutan yang lebih baik. Dalam laporan terbaru IBM, State of Sustainability Readiness Report 2024, terungkap bahwa sebagian besar pemimpin bisnis di dunia melihat pentingnya teknologi untuk mendukung inisiatif keberlanjutan mereka.

Namun, meskipun ada kesadaran besar, banyak tantangan yang harus dihadapi, terutama dalam mengadopsi teknologi baru dan mengukur dampak keberlanjutan secara efektif.

Investasi Teknologi untuk Keberlanjutan, Tren yang Semakin Kuat

Laporan yang melibatkan lebih dari 2.700 pemimpin bisnis dari 15 sektor industri di sembilan negara ini mengungkapkan bahwa 88% pemimpin bisnis berencana untuk meningkatkan investasi teknologi terkait keberlanjutan dalam 12 bulan mendatang.

Baca juga: AI dan Energi Hijau, Sinergi Masa Depan Indonesia

Dalam hal ini, penggunaan kecerdasan buatan (AI) menjadi sorotan utama. Sebagaimana lansiran ESG News, sebanyak 90% dari para eksekutif yang disurvei percaya bahwa AI dapat menjadi kekuatan besar untuk mencapai tujuan keberlanjutan. Seperti pengurangan emisi karbon dan efisiensi energi. Namun, kenyataannya, hanya 44% organisasi yang sudah memanfaatkan teknologi ini untuk mendukung tujuan keberlanjutan mereka.

AI sebagai Katalisator Perubahan

Meski potensi AI besar, pengadopsian teknologi ini masih terbatas. Menurut Chief Sustainability Officer IBM, Christina Shim, AI berpotensi tidak hanya mengurangi dampak lingkungan, tetapi juga meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.

Namun, tantangan utama tetap pada biaya investasi. Sebanyak 48% dari pemimpin bisnis mengungkapkan bahwa masih ada anggapan investasi dalam solusi IT berkelanjutan sebagai pengeluaran sekali saja. Bukan sebagai bagian dari anggaran tahunan berkelanjutan.

Baca juga: Bank Dunia Beberkan Peluang Ekonomi Hijau Indonesia

“Perusahaan-perusahaan kini mulai menyadari bahwa keberlanjutan dan keuntungan finansial bisa berjalan seiring. Penggunaan AI untuk meningkatkan keberlanjutan sekaligus menekan biaya operasional adalah langkah strategis yang harus jadi pertimbangan dengan serius,” tambahnya.

Mengukur Keberlanjutan, Tantangan yang Tak Kunjung Usai

Mengukur dampak keberlanjutan tetap menjadi tantangan besar bagi banyak perusahaan. Lebih dari 50% pemimpin bisnis mengakui bahwa data yang belum matang menjadi hambatan utama dalam pengukuran keberlanjutan mereka.

Sebagian besar perusahaan masih kesulitan dalam mengumpulkan dan mengklasifikasikan data terkait indikator kinerja utama (KPI). Seperti data konsumsi energi terbarukan, tingkat daur ulang, dan total penggunaan energi.

Baca juga: Sustainability Branding, Tren atau Greenwashing?

VP di IBM, Kendra DeKeyrel, mengatakan mengumpulkan data dengan tepat adalah langkah pertama untuk memastikan bahwa penerapan praktik keberlanjutan benar-benar efektif. “Perusahaan perlu berinvestasi dalam teknologi yang dapat membantu mereka mengumpulkan data secara lebih akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.”

Kesenjangan Persepsi: Pemimpin vs. Karyawan

Laporan IBM juga mencatat adanya kesenjangan persepsi antara para pemimpin puncak dan manajer tingkat menengah mengenai inisiatif keberlanjutan. Sementara 67% pemimpin eksekutif menyatakan bahwa perusahaan mereka sangat proaktif dalam mengelola ketahanan iklim. Hanya 56% manajer di tingkat lebih rendah yang memiliki pandangan yang sama.

Kesenjangan ini berpotensi menciptakan ketidakselarasan dalam implementasi strategi keberlanjutan dan risiko dalam pengambilan keputusan yang tidak seragam.

Untuk itu, perusahaan perlu memperkuat komunikasi internal dan memastikan bahwa kebijakan keberlanjutan diterjemahkan dengan jelas di seluruh lini organisasi.

AI dan teknologi: Kunci keberlanjutan bisnis masa depan. Foto: Ilustrasi/ ThisIs Engineering/ Pexels.

Langkah Konkret untuk Pemimpin Bisnis

Laporan IBM memberikan beberapa rekomendasi yang dapat membantu perusahaan menavigasi perjalanan keberlanjutan mereka, antara lain:

  1. Investasi pada solusi AI yang menyesuaikan: AI generatif bisa membantu perusahaan dalam menemukan peluang untuk pengurangan karbon yang lebih baik.
  2. Perbaikan pengumpulan data: Menggunakan teknologi yang canggih untuk mengumpulkan data secara lebih terstruktur dan akurat dapat membantu perusahaan mengidentifikasi area yang perlu mendapat perbaikan dan memastikan bahwa strategi keberlanjutan berjalan dengan baik.
  3. Kolaborasi lintas departemen: Mengintegrasikan perspektif dari berbagai level dalam organisasi untuk menciptakan strategi keberlanjutan yang lebih holistik dan inklusif.

Organisasi yang sudah mengadopsi solusi otomatisasi untuk pelaporan ESG, seperti Ikano Group, telah menghemat waktu dan biaya dalam kepatuhan terhadap regulasi, sementara mengumpulkan ribuan titik data yang lebih efektif.

Menuju Masa Depan yang Berkelanjutan

Laporan ini menggambarkan peluang besar bagi perusahaan yang ingin mengubah ambisi keberlanjutan mereka menjadi kenyataan. Dengan investasi yang tepat pada teknologi dan pendekatan berbasis data, perusahaan dapat bergerak lebih cepat menuju masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.

Namun, untuk itu, perlu keterlibatan seluruh level organisasi dan keberanian untuk menghadapi tantangan dalam adopsi teknologi baru.

Sustainable technology bukan hanya pilihan lagi, melainkan kebutuhan. Bisnis yang mengabaikan potensi ini mungkin akan tertinggal dalam persaingan global yang semakin mengutamakan keberlanjutan. ***

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *