27 Persen Rumah Tangga Indonesia Terancam Air Terkontaminasi Septic Tank

KETERSEDIAAN air minum bersih dan aman masih menjadi tantangan besar di Indonesia. Di tengah pembangunan infrastruktur yang pesat, realitas menunjukkan bahwa air yang kita anggap layak konsumsi dapat menjadi ancaman kesehatan jika tidak dikelola dengan baik. Data terbaru dari publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) bertajuk Indikator Perumahan dan Lingkungan 2024 mengungkapkan fakta mencemaskan tentang kondisi sumber air minum di sejumlah rumah tangga di Indonesia.

Fakta Jarak Dekat dengan Septic Tank

Berdasarkan laporan tersebut, 27,07 persen rumah tangga di Indonesia menggunakan sumber air utama untuk minum, seperti sumur, pompa, atau mata air, yang berjarak kurang dari 10 meter dari tempat penampungan limbah atau septic tank. Situasi ini meningkatkan risiko kontaminasi bakteri berbahaya dari kotoran manusia ke dalam sumber air, yang pada akhirnya dapat membahayakan kesehatan manusia.

Provinsi seperti DKI Jakarta dan Aceh menjadi sorotan dengan persentase rumah tangga dalam kategori ini mencapai lebih dari 40 persen. Kondisi ini mencerminkan tantangan besar dalam pengelolaan lingkungan dan sanitasi di daerah perkotaan dan pedesaan. Sementara itu, sebanyak 65,16 persen rumah tangga dilaporkan memiliki jarak lebih dari 10 meter antara sumber air utama dan septic tank, sedangkan 7,77 persen responden menyatakan tidak tahu mengenai jarak tersebut.

Risiko Kesehatan yang Mengintai

Dekatnya jarak antara septic tank dan sumber air minum membuka peluang besar bagi kontaminasi air oleh bakteri seperti Escherichia coli (E. coli) dan patogen lainnya. Kontaminasi ini dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti diare, kolera, tifus, dan infeksi saluran pencernaan.

Baca juga: Tingginya Kontaminasi E. Coli pada Air Minum Isi Ulang di Indonesia

Bahkan, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lebih dari 2 miliar orang di dunia mengonsumsi air minum yang tercemar feses. Situasi ini tidak hanya berdampak pada kesehatan individu, tetapi juga memengaruhi kualitas hidup dan produktivitas masyarakat.

Ketimpangan Sanitasi dan Infrastruktur

Data ini juga menunjukkan kesenjangan dalam akses terhadap infrastruktur sanitasi yang memadai. Wilayah perkotaan seperti Jakarta, meskipun memiliki akses lebih baik terhadap fasilitas air bersih, tetap menghadapi tantangan besar dalam menjaga jarak aman antara septic tank dan sumber air. Hal ini sering kali disebabkan oleh padatnya permukiman yang tidak memungkinkan ruang cukup untuk memenuhi standar jarak aman.

Baca juga: Krisis Air Tanah dan Banjir Rob, Ancaman Serius Jakarta 2030

Sementara itu, di wilayah pedesaan, keterbatasan fasilitas dan kurangnya edukasi mengenai pentingnya sanitasi menjadi faktor utama yang memperburuk situasi. Ketiadaan kebijakan yang terintegrasi untuk mendukung pembangunan sanitasi di wilayah terpencil memperburuk masalah ini.

27% Rumah tangga di Indonesia berisiko mengonsumsi air minum yang tercemar septic tank, memperburuk ancaman kesehatan masyarakat. Foto: Ilustrasi/ Abhishek Goel/ Pexels.

Langkah yang Perlu Diambil

Meningkatkan akses terhadap air minum bersih dan aman harus menjadi prioritas nasional. Beberapa langkah strategis yang dapat diambil antara lain:

  1. Edukasi Sanitasi:
    Masyarakat perlu diedukasi mengenai pentingnya jarak aman antara septic tank dan sumber air. Program kampanye sanitasi dapat menjangkau wilayah pedesaan dengan dukungan pemerintah dan organisasi non-pemerintah.
  2. Pembangunan Infrastruktur Sanitasi:
    Pemerintah daerah perlu mempercepat pembangunan fasilitas sanitasi yang sesuai standar. Fasilitas ini harus dirancang untuk mendukung pemukiman padat dan wilayah terpencil.
  3. Monitoring dan Regulasi:
    Diperlukan sistem monitoring yang ketat untuk memastikan kepatuhan terhadap standar jarak aman antara septic tank dan sumber air. Pemerintah harus mengeluarkan regulasi yang tegas terkait hal ini.
  4. Pemanfaatan Teknologi:
    Teknologi pengolahan air dan limbah harus diperkenalkan di masyarakat, terutama di wilayah pedesaan. Sistem pengolahan air yang ramah lingkungan dapat membantu mengurangi risiko kontaminasi.

Menjaga Masa Depan yang Lebih Sehat

Air adalah kebutuhan dasar manusia, tetapi kualitasnya harus dijaga agar tidak menjadi sumber penyakit. Laporan BPS ini menjadi pengingat bahwa keberlanjutan tidak hanya berbicara tentang lingkungan yang hijau, tetapi juga tentang akses masyarakat terhadap kebutuhan dasar yang layak.

Baca juga: Misi Besar Indonesia, 100% Air dan Sanitasi Layak 2030

Mengatasi tantangan ini memerlukan kerja sama semua pihak, mulai dari pemerintah, masyarakat, hingga pelaku bisnis, untuk menciptakan sistem yang mendukung sanitasi dan akses air bersih yang lebih baik. Dengan langkah yang tepat, kita dapat mewujudkan Indonesia yang lebih sehat dan berkelanjutan. ***

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *