‘Biggest Heist Ever’ dan Jejak Karbon Uang Digital

DI BALIK kisah cinta nyentrik dan skandal pencucian miliaran dolar dalam dokumenter Biggest Heist Ever di Netflix, ada dimensi lain yang jarang disorot, yakni jejak karbon dari kejahatan digital terbesar di era kripto.

Saat Ilya Lichtenstein dan Heather Morgan mencuri 119.754 Bitcoin dari platform Bitfinex pada 2016, sebagian besar publik hanya melihat nilai ekonomi dari pencurian tersebut. Tapi sedikit yang bertanya, berapa banyak energi dan emisi yang tersisa akibat peretasan itu?

Energi Besar di Balik Uang Digital

Bitcoin bukan sekadar angka di layar. Setiap transaksi, transfer, dan pencucian uang kripto membutuhkan proses verifikasi yang disebut mining, yakni penambangan digital menggunakan komputer superkuat yang mengonsumsi energi besar.

Menurut Cambridge Bitcoin Electricity Consumption Index, konsumsi energi tahunan jaringan Bitcoin bisa mencapai lebih dari 140 terawatt-jam, atau setara dengan kebutuhan listrik negara-negara kecil seperti Argentina atau Belanda. Artinya, ekosistem yang memungkinkan heist senilai USD 11 miliar itu juga menyisakan jejak karbon yang tak kalah mencolok.

Baca juga: “Buy Now”, Konspirasi Belanja Massal yang Mengancam Bumi

Dalam konteks Biggest Heist Ever, pencucian ribuan Bitcoin melalui jaringan gelap, dompet anonim, dan platform tidak teregulasi ikut menambah beban lingkungan. Transaksi yang terdesentralisasi dan tidak transparan membuat penghitungan emisi sulit, tapi bukan berarti tidak ada.

Kripto, Kebebasan, dan Dilema Ekologis

Kebebasan transaksi tanpa otoritas bank sentral adalah nilai utama kripto. Tapi, di sinilah letak dilema. Sistem ini kerap meminggirkan aspek keberlanjutan dan akuntabilitas lingkungan. Tak ada standar global untuk jejak karbon aset digital. Tak ada kewajiban offset emisi.

Cuplikan trailer Biggest Heist Ever di Netflix yang mengangkat kisah nyata pasangan dijuluki “Bitcoin Bonnie and Clyde” dalam peretasan kripto terbesar sepanjang sejarah. Video: Youtube/ Netflix.

Sebagian besar operasi penambangan masih bergantung pada listrik murah berbasis batu bara, terutama di negara berkembang. Tanpa intervensi, sistem ini menjadi penghisap energi yang tak terkendali. Semua demi “uang digital” yang bahkan bisa dicuri dan dicuci tanpa menyentuh dunia nyata.

Momentum untuk Regulasi Hijau Kripto

Biggest Heist Ever adalah pengingat bahwa era digital bukan berarti tanpa konsekuensi fisik. Transaksi kripto, sekecil apa pun, meninggalkan emisi. Dan ketika skala kejahatannya mencapai miliaran dolar, seperti dalam kasus Bitfinex, maka dampak lingkungannya pun ikut membengkak.

Bagi negara seperti Indonesia yang tengah mengembangkan ekosistem kripto dan transisi energi bersih, penting untuk mulai mendorong kerangka hukum yang tak hanya melindungi investor, tapi juga lingkungan.

Baca juga: 13 Juta Ponsel Dibuang Setiap Hari, ke Mana Semua Sampah itu Pergi?

Mulai dari audit energi untuk bursa kripto, insentif bagi mining berbasis energi terbarukan, hingga integrasi prinsip ESG ke dalam regulasi aset digital.

Dokumenter ini bukan hanya tontonan seru. Ini juga bahan refleksi. Jika uang di masa depan bisa mengalir lintas negara, lepas dari sistem keuangan formal, siapa yang memastikan ia tak menghancurkan planet?

Kejahatan kripto bukan cuma urusan hukum, tapi juga keberlanjutan. Karena pada akhirnya, kejahatan digital pun tetap meninggalkan jejak fisik di atmosfer bumi. ***

  • Foto: DS Stories/ Pexels Ilustrasi Bitcoin sebagai aset digital yang menyimpan jejak karbon besar. Kasus peretasan Bitfinex mengungkap tantangan keberlanjutan dalam sistem keuangan kripto global.
Bagikan

2 thoughts on “‘Biggest Heist Ever’ dan Jejak Karbon Uang Digital

    1. Thank you so much! We’re glad the post sparked some thoughts. Your feedback means a lot. Feel free to share your views anytime. Regards.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *