LAPORAN terbaru dari BloombergNEF memberikan gambaran tentang arah investasi energi global dalam transisi menuju sumber daya yang lebih bersih. Pada tahun 2024, total investasi global dalam energi rendah karbon telah melampaui angka signifikan, mencapai lebih dari US$ 2 triliun (sekitar Rp 32,62 kuadriliun).
Namun, meski ini angka yang menggembirakan, para ahli menyatakan bahwa ini masih jauh dari cukup untuk memenuhi target perubahan iklim yang diharapkan.
Ketidakcukupan Investasi dalam Transisi Energi
Meski tercatat pertumbuhan investasi transisi energi sebanyak 11% pada tahun lalu, angka ini masih jauh dari yang dibutuhkan. Menurut BloombergNEF, untuk mencapai target global nol emisi bersih pada pertengahan abad ini, diperlukan rata-rata investasi sebesar US$ 5,6 triliun (Rp 91,35 kuadriliun) per tahun dari 2025 hingga 2030. Dengan kata lain, investasi yang ada saat ini hanya mencakup 37% dari total yang dibutuhkan.
Baca juga: CIF Terbitkan Obligasi Iklim untuk Transisi Energi Bersih
Menurut Wakil Kepala Eksekutif BloombergNEF, Albert Cheung, energi terbarukan, jaringan listrik, dan investasi dalam transportasi serta penyimpanan energi telah memberikan kontribusi signifikan. Namun, sektor-sektor lain seperti dekarbonisasi industri dan pengembangan hidrogen masih tertinggal jauh dalam hal pembiayaan.
Mengutip laporan berbagai media, Cheung menambahkan, teknologi penangkapan karbon juga memerlukan perhatian lebih besar agar dapat berkembang dengan cepat.
Peran Besar Negara Besar dalam Investasi Energi
Pangsa pasar terbesar untuk investasi energi transisi berasal dari China, yang mengalokasikan sekitar US$ 818 miliar (Rp 13,34 kuadriliun) untuk transisi energi pada 2024. Angka ini mencatatkan kenaikan 20% dibandingkan tahun sebelumnya dan berkontribusi dua pertiga dari total peningkatan investasi global tahun ini.
Baca juga: China Kuasai 50% Energi Terbarukan Dunia pada 2030
Keberhasilan China dalam memimpin investasi transisi energi menunjukkan komitmen kuat negara tersebut dalam menghadapi tantangan iklim global.

Namun, perkembangan di wilayah lain tidak secerah di China. Di Amerika Serikat, misalnya, investasi transisi energi stagnan dengan total investasi mencapai US$ 338 miliar (Rp 5,51 kuadriliun) pada tahun 2024. Angka ini tidak menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Di Eropa, tren serupa terlihat, dengan investasi di Uni Eropa dan Inggris justru mengalami penurunan.
Investasi Energi Transisi di Pasar Muncul
Sementara pasar besar seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa menunjukkan hasil yang lebih bervariasi, negara-negara berkembang seperti India dan Kanada memperlihatkan potensi pertumbuhan yang signifikan. India mencatatkan kenaikan investasi sebesar 13%, sementara Kanada mengalami peningkatan lebih besar, mencapai 19%.
Baca juga: Indonesia Kunci Transisi Energi Asia Tenggara dengan Potensi Terbarukan Melimpah
Hal ini menggambarkan bahwa meskipun tantangan besar ada di depan, negara-negara berkembang juga memainkan peran penting dalam pertumbuhan investasi transisi energi global. Mereka juga harus beradaptasi dengan kebutuhan mendesak untuk mempercepat investasi di sektor energi bersih guna memenuhi target iklim.
Menyongsong Masa Depan Energi Berkelanjutan
Transisi menuju energi yang lebih bersih bukan hanya soal investasi finansial, tetapi juga soal perubahan besar dalam kebijakan, infrastruktur, dan teknologi. Untuk mencapai target iklim global dan memenuhi komitmen Perjanjian Paris, seluruh dunia harus bekerja lebih cepat. Pendanaan yang lebih besar untuk sektor-sektor seperti dekarbonisasi industri, teknologi hidrogen, dan penangkapan karbon sangat diperlukan.
Baca juga: Transisi Energi Berkeadilan, Indonesia dan Malaysia di Bayang-bayang Jepang?
Tidak hanya itu, di level nasional, pemerintah dan sektor swasta harus berkolaborasi dalam mengembangkan ekosistem yang mendukung pertumbuhan investasi ini. Indonesia, sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat, harus memanfaatkan momentum ini dengan memperkuat kebijakan energi terbarukan dan menciptakan peluang investasi yang menarik bagi pemain global.
Namun, investasi yang lebih besar saja tidak cukup. Infrastruktur yang adaptif, dukungan kebijakan yang pro-keberlanjutan, serta kerjasama internasional yang lebih kuat akan menjadi kunci untuk memastikan transisi energi yang adil dan berkelanjutan bagi semua. ***
- Foto: Ilustrasi/ Kindel Media/ Pexels.