Freeport dan UNCEN, dari Tambang ke Ekosistem Talenta Papua

PAPUA punya banyak cerita tentang sumber daya alam, tapi jarang tentang sumber daya manusia. Di Jayapura, kisah itu bergeser, perlahan namun strategis.

Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas menyerahkan Gedung Pusat Sains dan Kemitraan Universitas Cenderawasih kepada Rektor UNCEN Dr. Oscar O. Wambrauw. Momentum ini bukan sekadar peresmian bangunan. Ini menunjukkan bagaimana perusahaan ekstraktif mulai membangun ekosistem pengetahuan di tanah yang kaya mineral, namun sering tertinggal dalam akses pendidikan.

“Papua harus maju melalui fasilitas pendidikan dan riset,” kata Tony. Ia menegaskan, gedung tiga lantai itu dipersembahkan sebagai jangkar pembelajaran sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM). Tujuannya: mencetak talenta Papua berkarakter kuat, kompetitif, dan siap bersaing di level global.

Baca juga: CEO Indonesia Kini Menempatkan ESG sebagai Strategi Inti Bisnis

Di dalamnya, strategi keberlanjutan perusahaan menemukan narasi baru. Hingga kini, 332 alumni UNCEN bekerja di Freeport. Sebanyak 255 mahasiswa menerima beasiswa, dan 51 masih aktif. Angka ini mungkin kecil jika dibandingkan dengan skala operasional tambang, tetapi cukup untuk menunjukkan arah bahwa investasi sosial yang tidak lagi hanya berupa infrastruktur, tetapi modal manusia.

Gedung Belajar sebagai Model Transisi

Gedung Pusat Sains UNCEN berdiri di atas lahan 4.800 meter persegi, dengan 2.800 meter persegi luas bangunan. Fasilitasnya modern. Ruang kelas berpendingin, sistem kuliah daring, auditorium 170 kursi, serta ruang publik seperti taman dan plaza. Namun satu elemen yang menarik perhatian adalah panel surya. Bukan hanya untuk menghemat energi, tetapi sebagai laboratorium hidup bagi mahasiswa energi terbarukan.

Atap Gedung Pusat Sains UNCEN dilengkapi panel surya yang menjadi laboratorium hidup bagi mahasiswa energi terbarukan. Contoh bagaimana infrastruktur pendidikan juga mengajarkan transisi energi secara aplikatif. Foto: Dok. PTFI.

Bangunan ini menggunakan pendekatan “belajar dari objek.” Rangka atap sebagian dibiarkan terbuka, memberi ruang bagi mahasiswa Teknik Sipil melihat konstruksi nyata. Interior auditorium memadukan tembaga, produk PTFI, dengan motif Kamoro dan Cenderawasih, simbol identitas Papua.

Di area void, mural berjudul “Tembaga untuk Kehidupan” menggambarkan cara industri tambang mengklaim kontribusinya bagi komunitas. Di sini, narasi material berjumpa dengan narasi sosial.

CSR yang Bertransformasi

Apa yang dilakukan PTFI memunculkan pertanyaan besar, apakah ini wajah baru tanggung jawab sosial korporasi? Jika dulu CSR identik dengan pembangunan jalan atau hibah rutin, model UNCEN memperlihatkan CSR berbasis ekosistem, menguatkan kapasitas kelembagaan dan transfer pengetahuan.

Rektor UNCEN Oscar Wambrauw menyebutnya sebagai pusat STEM, ruang kolaborasi industri–universitas, dan akses pendidikan inklusif bagi pemuda Papua. “Kami berharap ini menjadi sarana menciptakan karya terbaik untuk bangsa,” katanya.

Baca juga: PGN Pacu Pembangunan Desa Tertinggal Lewat Program Keberlanjutan

Untuk sebuah universitas di wilayah timur Indonesia, bangunan fisik dan fasilitas teknologi adalah penting. Namun dampak sesungguhnya harus diukur pada kualitas lulusan, riset yang dihasilkannya, dan kemampuannya memengaruhi kebijakan publik.

Mengaitkan Investasi Tambang dengan Masa Depan Papua

Papua menginginkan transformasi ekonomi. Freeport menghadirkan tambang, tetapi Papua butuh lebih dari itu. Talenta, inovasi, dan kelas menengah berbasis ilmu pengetahuan.

Gedung ini bisa menjadi studi kasus penting bagaimana perusahaan dengan jejak karbon dan sosial yang besar berupaya mendapatkan social license melalui investasi pengetahuan.

Namun pertanyaan kebijakannya tetap terbuka:
— Bagaimana memastikan program ini tidak berhenti pada pencitraan?
— Siapa yang memegang akuntabilitas atas kualitas output akademiknya?
— Bagaimana memastikan STEM membuka mobilitas sosial bagi anak-anak adat, bukan hanya mempersiapkan tenaga kerja untuk tambang yang sama?

Ini tantangan yang menarik bagi pemerintah pusat, Pemerintah Papua, dan publik.

Investasi infrastruktur pendidikan seperti UNCEN menunjukkan bahwa keberlanjutan bukan hanya soal energi atau emisi, tetapi akses terhadap ilmu pengetahuan. Di Papua, cerita itu baru dimulai. ***

Foto: Dok. PTFI – Gedung Pusat Sains dan Kemitraan Universitas Cenderawasih (UNCEN) di Jayapura, Papua, fasilitas modern hasil kolaborasi Freeport Indonesia untuk memperkuat ekosistem penelitian, pendidikan STEM, dan pengembangan talenta lokal.

Bagikan