Masa Depan Energi Nuklir, Rekor Baru di Depan Mata

SEKTOR energi nuklir kembali menjadi sorotan. Dengan pertumbuhan kebijakan, proyek, dan teknologi yang signifikan, energi ini kembali mendapatkan momentumnya. Namun, seperti dua sisi mata uang, peluang besar ini juga diiringi dengan tantangan yang harus diatasi.

Dalam laporan terbarunya, The Path to a New Era for Nuclear Energy, Badan Energi Internasional (IEA) memaparkan prospek, tantangan, dan perubahan peta global energi nuklir. Direktur Eksekutif IEA, Fatih Birol, menyatakan optimisme terhadap kebangkitan nuklir. “Pada tahun 2025, energi nuklir akan mencapai rekor produksi listrik baru,” ujarnya, seperti dikutip dari Power Engineering International.

Kebangkitan Energi Nuklir, Momentum Baru

Lebih dari 70 GW kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) sedang dirancang di seluruh dunia, angka tertinggi dalam tiga dekade terakhir. Tak kurang dari 40 negara berencana memperluas peran nuklir dalam sistem energinya.

Permintaan listrik global yang meningkat pesat menjadi salah satu pendorong utama. Hal ini didorong oleh perkembangan teknologi seperti pusat data dan kecerdasan buatan yang haus daya. Bahkan, beberapa raksasa teknologi telah menandatangani perjanjian pembelian daya langsung dengan pengembang PLTN.

Baca juga: Energi Nuklir, Solusi Bersih Indonesia untuk 2032

Namun, tantangan utama yang dihadapi adalah kebutuhan investasi besar untuk memenuhi infrastruktur skala besar. IEA mencatat, agar era baru energi nuklir berhasil, investasi tahunan harus berlipat ganda hingga mencapai 120 miliar dolar AS pada 2030.

Peta Global Nuklir yang Berubah

Jika di masa lalu PLTN didominasi oleh negara maju seperti AS, Jepang, dan Eropa, kini dominasi beralih ke Asia. Rusia dan China memimpin, baik dalam pembangunan proyek maupun inovasi teknologi.

Baca juga: Kolaborasi Indonesia-AS untuk Transisi Energi Bersih

Sejak 2017, dari 52 reaktor baru yang mulai dibangun, 25 di antaranya menggunakan rancangan China, sementara 23 lainnya adalah rancangan Rusia. Menurut prediksi IEA, dalam lima tahun ke depan, China diperkirakan akan menyalip Eropa dan AS, menjadi kekuatan nuklir terbesar di dunia.

PLTN modern tengah mencatat sejarah baru. Dengan proyek ambisius di berbagai negara, energi nuklir kembali menjadi andalan dalam memenuhi kebutuhan listrik global. Foto: Ilustrasi/ Kelly/ Pexels.

Namun, dominasi ini juga memunculkan tantangan baru, terutama terkait konsentrasi pasar. Produksi dan pengayaan uranium global saat ini sangat terpusat, dengan Rusia menguasai 40% kapasitas pengayaan dunia. Hal ini menjadi risiko geopolitik yang perlu dikelola, terutama dalam memastikan diversifikasi pasokan energi.

Tantangan Teknologi dan Infrastruktur

Selain dominasi pasar, teknologi nuklir juga membutuhkan dukungan infrastruktur yang matang. Proyek PLTN membutuhkan waktu pembangunan yang lama, biaya besar, dan kerangka kebijakan yang stabil.

Baca juga: Indonesia Pertimbangkan 29 Lokasi PLTN untuk Energi Bersih

Insentif pemerintah menjadi kunci untuk menarik minat investor sektor swasta. Dengan meningkatnya urgensi transisi energi, investasi di sektor nuklir harus diarahkan untuk memastikan keberlanjutan energi yang bersih, aman, dan andal.

Apa Artinya Bagi Indonesia?

Bagi Indonesia, kebangkitan energi nuklir global ini menyajikan peluang sekaligus pelajaran. Dengan kebutuhan listrik yang terus meningkat, terutama untuk mendukung industrialisasi dan digitalisasi, energi nuklir dapat menjadi opsi strategis. Namun, langkah ini membutuhkan komitmen besar dalam pengembangan teknologi, infrastruktur, dan sumber daya manusia.

Baca juga: Indonesia Menuju Reaktor Nuklir, Energi Bersih Masa Depan

Diversifikasi sumber energi juga menjadi tantangan tersendiri. Dengan posisi geopolitik yang strategis, Indonesia perlu menciptakan ekosistem kebijakan yang mendukung agar tidak hanya menjadi pengguna, tetapi juga pemain dalam sektor ini.

Menuju Era Baru Energi

Di tengah upaya global mengurangi emisi karbon, energi nuklir menawarkan solusi berdaya besar dan rendah emisi. Namun, keberhasilannya sangat bergantung pada kerjasama internasional, diversifikasi teknologi, dan kesiapan infrastruktur.

Bagi dunia, kebangkitan nuklir adalah peluang untuk menciptakan sistem energi yang lebih berkelanjutan. Bagi Indonesia, ini adalah momentum untuk memetakan ulang strategi energi nasional demi masa depan yang lebih hijau. ***

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *