JUST Energy Transition Partnership (JETP) yang dijanjikan oleh Amerika Serikat untuk membantu Indonesia dalam transisi energi hijau ternyata gagal memenuhi ekspektasi. Meskipun US$ 20 miliar telah dijanjikan untuk pendanaan proyek energi terbarukan di Indonesia, kenyataannya tidak ada dana yang dicairkan. Hal ini diungkapkan Utusan Khusus Presiden Bidang Iklim dan Energi, Hashim Djojohadikusumo, yang menyebutkan bahwa dana tersebut hingga kini masih belum terwujud.
Bagaimana kegagalan ini mempengaruhi upaya Indonesia dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan transisi energi yang berkelanjutan? Di sisi lain, apakah ada peluang dari negara-negara lain yang dapat menggantikan peran AS dalam mendanai proyek-proyek energi hijau?
Kurangnya Komitmen dari AS
Salah satu alasan utama kegagalan pendanaan JETP adalah kurangnya komitmen nyata dari Pemerintah Amerika Serikat. Dalam pertemuan di COP29 di Azerbaijan, Hashim Djojohadikusumo mengungkapkan bahwa meski AS sempat menyatakan akan mendanai Indonesia dalam program JETP, dana tersebut belum juga tercairkan. “Banyak omong kosong,” ujarnya, menggambarkan betapa besar ketidakpastian yang ada terkait pendanaan ini.
Baca juga: Apa yang Hilang dalam Investasi Transisi Energi US$ 2 Triliun?
Selain itu, masalah administratif dan prosedural dalam pencairan dana juga turut memperburuk situasi. Klausul yang menyatakan bahwa dana hanya dapat dicairkan jika tersedia secara langsung, ternyata justru menjadi penghambat utama. Pada akhirnya, Indonesia harus berhadapan dengan kenyataan bahwa pendanaan dari AS tidak dapat diandalkan dalam jangka pendek.
Pendanaan dari Negara-negara Asia
Meskipun AS tidak memberikan dukungan finansial seperti yang diharapkan, Indonesia tetap optimis. Hashim Djojohadikusumo menyatakan bahwa Indonesia tidak bergantung hanya pada pendanaan AS. “Pendanaan JETP ada dari Jepang, dari berbagai negara Asia,” ujarnya. Jepang, bersama negara-negara Asia lainnya, tetap berkomitmen mendukung Indonesia dalam upaya transisi energi bersih.
Baca juga: AS Mundur dari Perjanjian Paris, Dampak bagi Iklim dan Indonesia
Pendanaan dari Jepang menjadi salah satu solusi utama. Jepang dikenal sebagai negara yang memiliki komitmen kuat terhadap pengembangan energi terbarukan dan telah mengalihkan fokus pada proyek-proyek energi hijau di Indonesia. Selain itu, kerja sama dengan negara-negara Asia lainnya semakin menguat, menciptakan peluang bagi Indonesia untuk memastikan transisi energi tetap berjalan meskipun ada hambatan dari pihak AS.

Tren Positif dalam Pengembangan Energi Terbarukan di Indonesia
Sektor energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia menunjukkan tren positif meskipun terdapat ketidakpastian terkait pendanaan global. Sejak 2017, Indonesia telah berhasil mengembangkan berbagai proyek energi terbarukan, meskipun terdapat pergeseran kebijakan di tingkat internasional. Optimisme ini terlihat dalam pengembangan energi terbarukan yang semakin meningkat, yang diharapkan dapat memenuhi target pengurangan emisi Indonesia.
Baca juga: Listrik Hijau Semakin Menjadi Pilihan Industri Indonesia
Sebagai contoh konkret, proyek pensiun dini pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil juga didanai oleh Jepang. Eniya Listiani Dewi, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), menyatakan bahwa pendanaan yang agresif datang dari negara-negara Asia, yang semakin menunjukkan peran penting mereka dalam mendukung transisi energi Indonesia.
Indonesia Mencari Pendanaan Alternatif untuk Transisi Energi
Indonesia kini harus menghadapi kenyataan bahwa pendanaan JETP dari AS tidak terwujud sesuai harapan. Namun, optimisme tetap tumbuh berkat komitmen negara-negara Asia, terutama Jepang, yang aktif mendukung transisi energi hijau. Pendanaan ini bukan hanya penting untuk memenuhi target pengurangan emisi, tetapi juga untuk mempercepat perubahan sistem energi Indonesia.
Baca juga: COP30, Harapan Negara Berkembang untuk Pendanaan Iklim Lebih Adil
Dalam menghadapi kegagalan pendanaan dari AS, Indonesia harus semakin mengandalkan kerja sama dengan negara-negara Asia yang memiliki komitmen besar terhadap keberlanjutan dan energi hijau. Dengan pendekatan ini, Indonesia dapat memastikan bahwa transisi energi yang berkelanjutan tetap terjaga, meskipun ada tantangan dari negara-negara besar. ***
- Foto: Ilustrasi/ Quang Nguyen Vinh/ Pexels.