MUDIK Lebaran 2025 mencatat babak baru dalam perjalanan transisi energi Indonesia. Jumlah kendaraan listrik roda empat (EV) yang digunakan selama periode Ramadhan dan Idulfitri melonjak tajam hingga 460 persen dibanding tahun sebelumnya.
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), sebanyak 19.852 unit EV melintasi jalanan Indonesia sepanjang arus mudik dan balik tahun ini. Ini bukan sekadar angka, tetapi refleksi dari makin kuatnya kesadaran publik terhadap energi bersih.
Jakarta Jadi Poros Perubahan
Wilayah DKI Jakarta mencatat penggunaan EV tertinggi secara nasional. Tak mengejutkan, mengingat infrastruktur pengisian daya di ibu kota tergolong paling siap. Di sisi lain, Bengkulu, Gorontalo, dan Maluku Utara masih tertinggal dalam adopsi kendaraan listrik. Ketimpangan ini menyoroti tantangan pemerataan transisi energi lintas wilayah.
Baca juga: Lebaran di Era Kendaraan Listrik, Silaturahmi Bebas Emisi
Meski begitu, kabar baiknya, peta Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) menunjukkan tren positif. Pada periode Ramadan dan Idul Fitri 2025, jumlah SPKLU mencapai 3.558 unit—melonjak 274 persen dibanding tahun lalu. Lagi-lagi, Jakarta memimpin dengan jumlah SPKLU terbanyak. Kepulauan Riau menjadi wilayah dengan fasilitas paling minim.
Transaksi Pengisian Listrik Naik Tajam
Tak hanya dari sisi jumlah kendaraan, penggunaan SPKLU juga mengalami lonjakan signifikan. Total transaksi pengisian daya tercatat sebanyak 83.788 kali, terdiri dari 17.192 transaksi di ruas tol dan 66.596 di ruas non-tol. Angka ini menunjukkan kenaikan 490 persen dibanding tahun sebelumnya.
Baca juga: Hibah 14,7 Juta Euro, Dorongan Baru untuk Transisi Energi Indonesia
Puncak transaksi terjadi di Tol Jakarta-Cikampek, dengan 994 kali pengisian selama arus mudik. Total energi yang terpakai untuk mengisi kendaraan listrik selama periode RAFI 2025 mencapai 2.029.889 KWh, meningkat 581 persen dibanding tahun lalu.

Daya Jangkau Baterai
Peningkatan tajam ini memperlihatkan antusiasme publik terhadap kendaraan ramah lingkungan. Namun, muncul juga sejumlah catatan penting. Pertama, pembangunan SPKLU harus terus dikejar di wilayah luar Jawa agar adopsi EV tak hanya dinikmati masyarakat perkotaan.
Baca juga: Limbah Baterai Kendaraan Listrik, Tantangan Besar dalam Transisi Energi
Kedua, masih ada kekhawatiran soal daya jangkau baterai dan waktu pengisian ulang, terutama di tengah kondisi lalu lintas padat. Artinya, inovasi pada sektor teknologi baterai dan sistem manajemen lalu lintas menjadi krusial untuk memperlancar adopsi EV di masa depan.
Transisi Energi tak Bisa Ditunda
Fenomena mudik listrik ini menjadi bukti bahwa transformasi menuju mobilitas rendah karbon bukan lagi wacana. Dukungan infrastruktur, regulasi, dan insentif yang tepat mampu mempercepat adopsi EV secara nasional.
Baca juga: Jakarta Genjot Penggunaan Kendaraan Listrik Lewat Pajak 0%
Dari sisi kebijakan, pemerintah perlu memastikan harmonisasi lintas sektor—dari PLN, pemerintah daerah, hingga pengembang swasta—agar ekosistem kendaraan listrik tumbuh secara inklusif dan berkelanjutan.
Bagi praktisi dan pemerhati isu energi bersih, momen ini adalah alarm sekaligus peluang. Alarm bahwa perubahan sedang terjadi dan tak menunggu kesiapan semua pihak. Peluang untuk memperkuat kolaborasi, riset, dan edukasi publik demi mendukung net zero emission 2060.
- Foto: Ilustrasi/ Kindel Media.