PEGUNUNGAN Alpen, yang dikenal sebagai lanskap alami nan megah, ternyata menyimpan ancaman tak kasat mata. Sebuah studi perintis menemukan bahwa partikel dari keausan ban kendaraan menjadi sumber polusi nanoplastik terbesar di wilayah ini. Temuan ini membuka mata para ilmuwan terhadap bahaya polusi plastik yang lebih kecil dari mikroplastik dan lebih sulit dideteksi.
Polusi Plastik yang tak Terlihat
Nanoplastik, partikel plastik berukuran lebih kecil dari mikroplastik, kini menjadi perhatian utama para peneliti. Ukurannya yang sangat kecil memungkinkan partikel ini terbawa angin hingga ke tempat-tempat terpencil, termasuk puncak Alpen yang jauh dari aktivitas manusia.
Dr. Dušan Materić dari Pusat Penelitian Lingkungan Helmholtz, Leipzig, Jerman, menegaskan pentingnya studi ini. “Ini adalah kajian global pertama tentang polusi nanoplastik. Dengan memahami penyebarannya hari ini, kita bisa mengevaluasi dampaknya beberapa dekade mendatang,” ujarnya.
Baca juga: 2035: Ancaman Iklim, Polusi, dan Risiko Teknologi Mengintai Dunia
Para ilmuwan mengumpulkan sampel dari 14 lokasi berbeda di Pegunungan Alpen Prancis, Swiss, dan Italia. Hasilnya mengejutkan: partikel ban menyumbang 41% dari total polusi nanoplastik yang terdeteksi, disusul oleh polistirena (28%) dan polietilena (12%).
Sumber Utama, Keausan Ban Kendaraan
Ban kendaraan, yang selama ini jarang diperhitungkan sebagai penyebab polusi, ternyata menjadi sumber utama nanoplastik di atmosfer. Studi sebelumnya mengungkap bahwa setiap ban pada 1,6 miliar kendaraan di dunia dapat kehilangan sekitar 4 kg material selama masa pakainya. Partikel kecil ini kemudian tersebar oleh angin dan terakumulasi di lingkungan, termasuk di pegunungan yang jauh dari pusat perkotaan.
Baca juga: Polusi Udara, Ancaman Tersembunyi untuk Kesehatan Mental di Indonesia
Lebih mengkhawatirkan lagi, penelitian terpisah pada 2022 menyatakan bahwa polusi dari ban bisa mencapai 2.000 kali lebih tinggi dibandingkan emisi knalpot kendaraan. Ini menunjukkan bahwa masalah polusi plastik tidak hanya datang dari sampah yang kasat mata, tetapi juga dari partikel yang tak terlihat di udara.

Ancaman bagi Kesehatan
Nanoplastik tidak hanya mencemari lingkungan, tetapi juga menimbulkan risiko kesehatan serius. Berbeda dengan mikroplastik, partikel ini cukup kecil untuk menembus membran sel, masuk ke dalam tubuh manusia, bahkan mencapai aliran darah.
Baca juga: Biaya Polusi Udara Jakarta: Rp52 T Setiap Tahun
“Nanoplastik dapat masuk ke paru-paru saat kita menghirup udara dan menyebar ke organ tubuh lainnya,” jelas Prof. Andreas Stohl dari Universitas Wina, Austria. Studi laboratorium menunjukkan bahwa mikroplastik dapat merusak sel manusia dan dikaitkan dengan risiko penyakit kardiovaskular seperti stroke dan serangan jantung. Namun, dampak jangka panjang dari nanoplastik terhadap kesehatan manusia masih belum sepenuhnya dipahami.
Tantangan dalam Pemantauan dan Solusi
Mengidentifikasi dan mengukur nanoplastik bukanlah tugas mudah. Partikel ini begitu kecil sehingga sulit dideteksi dengan teknologi konvensional. Materić menekankan bahwa penelitian lanjutan sangat diperlukan untuk memetakan penyebaran polusi nanoplastik secara global.
Namun, ada tantangan lain. Sampel dalam studi ini dikumpulkan pada musim panas, saat salju mencair. Proses ini dapat mempengaruhi jumlah nanoplastik yang ditemukan, entah dengan mengumpulkannya di suatu area atau justru membawanya ke tempat lain.
Baca juga: Uni Eropa di Persimpangan, Menjaga Regulasi Hijau atau Menyederhanakan Aturan?
Dari sisi mitigasi, pengurangan penggunaan plastik sekali pakai tidak cukup. Regulasi terkait material ban dan inovasi teknologi dalam industri otomotif menjadi langkah penting dalam mengatasi polusi plastik yang tak terlihat ini.
Bahaya Tak Kasat Mata yang Harus Diwaspadai
Studi ini menjadi peringatan bahwa polusi plastik tidak hanya berasal dari sampah di laut atau sungai, tetapi juga dari partikel kecil yang bertebaran di udara. Nanoplastik dari keausan ban telah mencapai wilayah yang jauh dari aktivitas manusia, membuktikan bahwa polusi plastik kini menjadi ancaman global yang harus ditangani dengan serius.
Dunia membutuhkan solusi sistemik untuk mengurangi pelepasan nanoplastik ke lingkungan, baik melalui inovasi industri, regulasi yang lebih ketat, maupun kesadaran akan dampaknya bagi kesehatan manusia dan ekosistem.
- Foto: Sergey Guk/ Pexels – Gunung Alpen di Austria.