Perubahan Iklim Bayang-bayangi Indonesia

INDONESIA bersiap menghadapi musim kemarau yang semakin kering di tengah ancaman global water hotspot atau kelangkaan sumber daya air. Fenomena ini dipicu oleh peningkatan suhu global yang berdampak langsung pada ketersediaan air dan ketahanan pangan nasional. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat bahwa perubahan iklim bukan lagi ancaman masa depan, melainkan kenyataan yang sudah di depan mata.

El Nino, La Nina, dan Dampaknya pada Indonesia

Tahun 2023 ditandai sebagai tahun fenomena El Nino, sementara 2024 diprediksi menjadi masa transisi menuju La Nina. Kedua fenomena ini merupakan perubahan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik yang memengaruhi pola cuaca global.

El Nino ditandai dengan suhu laut yang lebih hangat, memicu kekeringan. Sementara La Nina menghadirkan suhu yang lebih dingin, sering kali diikuti curah hujan tinggi.

Namun, dalam kondisi El Nino yang saat ini terjadi, Indonesia menghadapi risiko kekeringan yang semakin parah. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengungkapkan bahwa suhu global yang terus meningkat memperburuk situasi. “Perubahan iklim global diindikasikan oleh kenaikan suhu yang terus melaju itu benar-benar telah terjadi,” ujarnya.

Baca juga: Bumi Mengering, Ancaman Kekeringan Permanen Menanti Dunia

Meskipun Indonesia belum masuk dalam kategori zona kritis krisis air, kondisi ini sudah menjadi ancaman serius. Terutama bagi kelompok petani yang sangat bergantung pada ketersediaan air untuk bercocok tanam.

Ketahanan Pangan di Tengah Perubahan Iklim

Ketersediaan air yang terbatas tidak hanya memengaruhi sektor pertanian, tetapi juga mengancam ketahanan pangan nasional. Petani kecil, yang merupakan tulang punggung sistem pangan Indonesia, kini berada di garis depan dampak perubahan iklim. Dalam kondisi ini, adaptasi menjadi kunci utama.

Baca juga: Peringatan Global, Perubahan Iklim Percepat Pengeringan Sungai

BMKG telah merancang program seperti Sekolah Lapang Iklim untuk memberikan pelatihan kepada petani. Program ini bertujuan membantu mereka mengelola sumber daya air dan menyesuaikan pola tanam agar lebih efektif. Dengan memanfaatkan informasi iklim yang lebih akurat, petani dapat memitigasi risiko yang timbul akibat perubahan cuaca ekstrem.

Baca juga: Kekeringan, Ancaman Global yang Jadi Normal Baru

Menurut Dwikorita, kolaborasi lintas sektor sangat penting untuk menghadapi tantangan ini. “Pentingnya kolaborasi lintas sektor dan penggunaan informasi iklim yang lebih akurat untuk mitigasi risiko,” katanya.

Kekeringan mengintai: Petani Indonesia dihadapkan pada tantangan perubahan iklim yang mengancam ketersediaan air dan ketahanan pangan.Foto: Ilustrasi/ Mike Tyurin/ Pexels.

Krisis Air Global, Apa yang Bisa Dilakukan?

Ancaman global water hotspot yang dihadapi dunia harus menjadi alarm bagi Indonesia untuk bertindak lebih serius. Tidak hanya pemerintah, masyarakat, sektor swasta, dan akademisi harus bersama-sama mencari solusi. Pengelolaan sumber daya air yang bijak dan investasi pada teknologi berkelanjutan menjadi langkah penting.

Penggunaan informasi iklim yang tepat guna juga harus terus diperluas. BMKG berharap lebih banyak pihak dapat memanfaatkan data iklim dalam perencanaan kegiatan agrikultur, perkotaan, hingga industri. Dengan kesadaran dan aksi nyata, Indonesia dapat memperkuat ketahanan pangan yang berkelanjutan, meskipun tantangan perubahan iklim semakin berat.

Baca juga: Krisis Air Global, Ancaman Nyata yang Harus Ditangani Segera

Indonesia menghadapi dilema besar: bagaimana menjaga ketahanan pangan di tengah ancaman perubahan iklim yang kian nyata? Jawabannya ada pada tindakan kolektif yang berkelanjutan. Dari petani kecil hingga pembuat kebijakan, semua memiliki peran penting dalam menciptakan masa depan yang lebih tahan terhadap dampak perubahan iklim.

Dwikorita menyimpulkan bahwa peningkatan kesadaran akan perubahan iklim menjadi kunci dalam menghadapi masa depan. “Kesadaran dan tindakan nyata sangat penting untuk mewujudkan ketahanan pangan yang berkelanjutan demi mencapai keinginan bersama,” tutupnya. ***

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *