INDONESIA menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan sampah. Kementerian Lingkungan Hidup memperingatkan bahwa tumpukan sampah di tempat pembuangan akhir (TPA) akan mencapai puncaknya dalam beberapa tahun ke depan.
Kapus Pengembangan Generasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan KLH, Luckmi Purwandari mengungkapkan, “Sampah basah dari dapur yang belum dipilah mencapai 40% dari total sampah yang dihasilkan. Ketika sudah tercampur dengan jenis sampah lainnya, solusinya menjadi sangat sulit.”
Data Mengkhawatirkan
Berdasarkan data terbaru, Indonesia menghasilkan sekitar 14 juta ton sampah setiap tahun. Sebanyak 40% dari jumlah tersebut berasal dari dapur rumah tangga, yang sering kali bercampur dengan sampah non-organik. Kondisi ini menimbulkan masalah serius dalam pengelolaan limbah.
“Solusi yang paling ideal adalah membangun kesadaran di level rumah tangga untuk memilah sampah sejak dari sumbernya,” tambah Luckmi, Selasa (29/10/2024).
Baca juga: Indonesia Perlu Lebih Serius Tangani Limbah Makanan
Hal ini bertujuan untuk mengurangi jumlah sampah yang perlu diangkut dan pada gilirannya, mengurangi emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari transportasi.
Food Loss dan Food Waste
Masalah ini semakin parah dengan tingginya angka food loss dan food waste. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) mencatat bahwa limbah makanan di Indonesia bisa memenuhi hampir setengah konsumsi masyarakat.
Baca juga: Circular Fashion: Gaya Keren Tanpa Limbah, Mungkinkah?
Studi Bappenas pada 2021 menunjukkan bahwa rata-rata setiap orang membuang 115-180 kilogram makanan per tahun. “Jika kita hitung dengan jumlah penduduk, food loss dan food waste ini setara dengan konsumsi pakan hampir setengah populasi kita,” jelas Ifan Martino, Koordinator Bidang Pangan Bappenas, dalam Festival Jejak Pangan Lestari di Jakarta (25/10).
Ancaman bagi Lingkungan dan Ekonomi
Sumber terbesar dari limbah makanan ini terjadi di tahap konsumsi. Secara spesifik, tanaman pangan seperti padi-padian menyumbang limbah terbesar. Ifan memperingatkan bahwa food loss dan food waste dapat mengancam banyak aspek kehidupan, mulai dari lingkungan hingga ekonomi.
Menurut catatan Bappenas, emisi karbon yang dihasilkan dari limbah makanan ini diperkirakan mencapai 1.702,9 juta ton antara tahun 2000 hingga 2019. Angka itu setara dengan 7,29% dari total emisi gas rumah kaca Indonesia. “Ini setara dengan kerugian finansial hampir Rp 500 triliun setiap tahunnya,” tambah Ifan.
Kesadaran dan Tindakan Kolektif
Menghadapi situasi yang mengkhawatirkan ini, penting bagi masyarakat untuk meningkatkan kesadaran terhadap pengelolaan sampah. Setiap individu memiliki peran dalam meminimalisir dampak buruk dari limbah.
Baca juga: Krisis Air Global, Ancaman Nyata yang Harus Ditangani Segera
Memilah sampah di rumah bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga kewajiban setiap warga negara. Melalui tindakan kecil ini, kita bisa mulai menciptakan perubahan besar.
Kesadaran yang meningkat terhadap masalah pengelolaan sampah dan limbah makanan akan membantu Indonesia bergerak menuju keberlanjutan. Dengan langkah-langkah nyata di tingkat rumah tangga dan dukungan dari berbagai pihak, krisis sampah ini dapat ditangani dengan lebih baik.
Mari kita mulai memilah, memanfaatkan, dan mengurangi sampah demi masa depan yang lebih baik. ***
- Foto: Ilustrasi/ Rachel Claire/ Pexels – Setiap WNI menyumbang 115-180 kg limbah makanan per tahun. Saatnya kita meningkatkan kesadaran dan mengurangi limbah.