Transisi Hijau, Sinergi Baru Indonesia-Inggris

KETIKA suhu global terus naik, Indonesia dan Inggris memperkuat langkah nyata dalam perjalanan menuju keberlanjutan lewat jalkur transisi hijau. Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, dan Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, bertemu di Downing Street 10, London, pada Kamis (21/10). Dalam pertemuan bilateral ini, keduanya mengukuhkan kerja sama dalam berbagai bidang yang berorientasi pada transisi hijau dan perlindungan lingkungan.

JETP: Mempercepat Pendanaan untuk Transisi Hijau

Komitmen paling menonjol dalam pertemuan ini adalah percepatan pencairan dana Kemitraan Transisi Energi yang Adil (Just Energy Transition Partnership/JETP). Melalui pernyataan bersama, Inggris menegaskan akan mendukung target net-zero Indonesia. Dana ini diharapkan menjadi katalis utama dalam mempercepat penggunaan energi terbarukan dan pengurangan ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Baca juga: Indonesia-Prancis Perkuat Transisi Energi Bersih

JETP tak sekadar janji, melainkan langkah strategis untuk menjaga agar target suhu global tidak melebihi 1,5 derajat Celsius. PM Starmer menyatakan, “Kami siap memperdalam kolaborasi dalam infrastruktur berkelanjutan, memastikan transisi ini berdampak positif bagi masyarakat Indonesia.”

Desain Harga Karbon dan Pasar Karbon

Indonesia dan Inggris juga sepakat menyelenggarakan dialog kebijakan tingkat tinggi untuk merancang sistem penetapan harga karbon. Tujuan utamanya adalah mendukung pengembangan pasar karbon di Indonesia. Pasar ini diharapkan menjadi alat penting untuk mendanai proyek hijau dan mendukung pencapaian target emisi karbon nasional.

Baca juga: Kolaborasi Indonesia-AS untuk Transisi Energi Bersih

Langkah ini memberikan angin segar bagi para pelaku bisnis yang ingin berinvestasi dalam ekonomi rendah karbon. Selain itu, keberadaan pasar karbon yang kuat di Indonesia akan mempertegas posisinya sebagai pemain penting dalam ekonomi hijau global.

Perlindungan Hutan dan Laut: Pilar Keberlanjutan

Dalam pertemuan tersebut, kedua negara menegaskan pentingnya menjaga keanekaragaman hayati melalui perlindungan hutan dan laut. Upaya ini tak hanya bertujuan untuk mengurangi emisi karbon, tetapi juga menjaga keseimbangan ekosistem dan mendukung mata pencaharian masyarakat lokal.

“Keberlanjutan bukan hanya tentang emisi, tetapi juga tentang melindungi kehidupan di darat dan laut,” ujar salah satu pejabat terkait. Dalam konteks ini, Indonesia berpotensi menjadi model global dalam konservasi ekosistem berbasis komunitas.

Presiden Prabowo dan Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, bertemu di 10 Downing Street, London, Inggris, Kamis (21/11/2024), membahas kolaborasi transisi hijau. Foto: Instagram/ @presidenrepublikindonesia.

Ambisi Baru untuk Target NDC

Indonesia juga berkomitmen untuk menyerahkan Kontribusi Nasional yang Ditetapkan (Nationally Determined Contributions/NDC) yang lebih ambisius pada Februari 2025. Langkah ini menunjukkan keseriusan Indonesia dalam menanggapi krisis iklim, sekaligus membuka peluang baru untuk kolaborasi internasional.

Baca juga: Indonesia Menuju Reaktor Nuklir, Energi Bersih Masa Depan

Melalui NDC, pemerintah berharap dapat menunjukkan transparansi dan akuntabilitas yang lebih besar dalam menjalankan target iklimnya. Hal ini juga menjadi dasar yang kuat untuk menarik lebih banyak investasi hijau dari negara-negara maju.

Menyempitkan Kesenjangan Digital untuk SDG

Tak hanya fokus pada lingkungan, kedua negara sepakat untuk mempercepat pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDG). Salah satu isu utama adalah mempersempit kesenjangan dalam bidang digital dan teknologi. Langkah ini dianggap penting untuk menciptakan ekonomi yang lebih inklusif dan merata.

Baca juga: Indonesia Tawarkan Investasi Hijau 75 GW di COP29

Melalui kolaborasi ini, diharapkan masyarakat di daerah terpencil juga dapat menikmati manfaat dari ekonomi digital yang berkembang pesat.

Perspektif untuk Masa Depan

Pertemuan ini mencerminkan tekad kuat Indonesia dan Inggris dalam menghadapi tantangan global bersama. Praktisi dan pemerhati keberlanjutan dapat melihat peluang besar dari kerja sama ini, baik dalam bentuk investasi, transfer teknologi, maupun penguatan kebijakan.

Langkah konkret seperti percepatan pendanaan JETP, perlindungan ekosistem, dan desain pasar karbon menunjukkan arah kebijakan yang progresif dan strategis. Namun, keberhasilan inisiatif ini tetap bergantung pada eksekusi yang tepat dan kolaborasi lintas sektor yang solid. ***

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *