Water Station KAI: Kurangi Plastik Sekali Pakai, Dorong Transportasi Hijau

DI TENGAH tren global menuju transportasi berkelanjutan, PT Kereta Api Indonesia (Persero) mengambil langkah yang mungkin terlihat kecil, tapi punya dampak besar. Hingga Agustus 2025, KAI telah menyediakan 106 unit water station di 45 stasiun jarak jauh. Fasilitas ini memungkinkan pelanggan mengisi ulang air minum gratis hanya dengan membawa tumbler pribadi.

Langkah sederhana itu sejatinya menjawab dua tantangan sekaligus: mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dan membangun kebiasaan hidup sehat di ruang publik.

Dari Hemat Biaya ke Hemat Plastik

Menurut Vice President Public Relations KAI, Anne Purba, water station dirancang untuk memberi pengalaman perjalanan yang lebih hijau. “Cukup bawa tumbler, isi ulang kapan saja. Lebih hemat, sehat, sekaligus menjaga kelestarian lingkungan,” ujarnya.

Baca juga: Mobilitas Berkelanjutan Berpotensi Tekan Emisi Transportasi hingga 76%

Setiap isi ulang air berarti satu botol plastik tidak terpakai. Jika diasumsikan satu penumpang kereta jarak jauh membutuhkan dua botol plastik setiap perjalanan, potensi pengurangan sampah bisa mencapai jutaan botol per tahun. Dampaknya bukan hanya mengurangi beban TPA, tetapi juga menekan jejak karbon dari produksi plastik sekali pakai.

Jaminan Kualitas dan Keamanan

KAI menyadari, kunci keberhasilan program ini ada pada kepercayaan pelanggan terhadap kualitas air. Karena itu, seluruh unit diuji secara berkala melalui Water Quality Laboratory (WQL) dengan dukungan Coway International Indonesia dan Institut Teknologi Bandung (ITB).

Baca juga: Whoosh, Ketika Kecepatan Bertemu Kesadaran Iklim

Pendekatan berbasis sains ini memastikan air yang keluar dari mesin water station memenuhi standar higienitas. Dengan begitu, pelanggan tidak perlu ragu untuk menjadikannya alternatif sehat dibanding membeli air kemasan.

Kontribusi pada Net Zero Emission

Inovasi water station hanyalah satu bagian dari strategi besar KAI menuju Net Zero Emission (NZE). Data KAI Group menunjukkan, sepanjang Januari–Juli 2025, jumlah pelanggan mencapai 286,57 juta orang, tumbuh 9,04 persen dibanding tahun lalu. Semakin banyak orang beralih ke kereta, semakin besar pula kontribusi terhadap pengurangan emisi dibanding transportasi berbasis kendaraan pribadi.

Penumpang mengisi ulang tumbler di water station KAI. Program ini mendukung gaya hidup sehat sekaligus mengurangi sampah plastik sekali pakai. Foto: Humas Daop 6 PT KAI.

Selain water station, KAI juga meluncurkan program ramah lingkungan lain. Di antaranya face recognition boarding yang mengurangi penggunaan kertas, pemanfaatan PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) di sejumlah fasilitas, dan penggunaan kantong sampah berbahan daur ulang di dalam kereta.

Semua langkah ini membentuk ekosistem transportasi publik yang semakin rendah karbon, sekaligus mendukung agenda keberlanjutan global.

Lebih dari Sekadar Perjalanan

Anne menegaskan, membawa tumbler ke stasiun bukan hanya kebiasaan praktis, melainkan simbol kepedulian terhadap bumi. “Perjalanan bersama KAI bukan hanya tentang mobilitas yang aman dan nyaman, tetapi juga tentang menjaga bumi agar tetap hijau untuk generasi mendatang,” katanya.

Baca juga: MRT Jakarta dan Jalan Panjang Transportasi Berkelanjutan

Bagi para pengambil kebijakan dan praktisi keberlanjutan, inisiatif ini bisa menjadi studi kasus penting. Sebuah inovasi sederhana yang dapat direplikasi di sektor transportasi dan ruang publik lain. Dari bandara, terminal, hingga pusat perbelanjaan, water station bisa menjadi solusi praktis untuk memotong rantai konsumsi plastik sekali pakai.

Di era ketika konsep ESG (environmental, social, governance) menjadi acuan bisnis modern, langkah KAI menunjukkan bahwa transformasi hijau tak selalu harus dimulai dari teknologi mahal. Kadang, sebotol air isi ulang sudah cukup untuk membawa perubahan besar. ***

  • Foto: Dok. PT KAI – Kereta KAI melintas di tengah hamparan hijau. Selain menghadirkan perjalanan nyaman, KAI kini juga mendorong transportasi yang lebih ramah lingkungan.
Bagikan