Whoosh, Ketika Kecepatan Bertemu Kesadaran Iklim

SEJAK resmi beroperasi pada 17 Oktober 2023, Kereta Cepat Whoosh terus melaju, bukan hanya di rel fisik, tapi juga di jalur transformasi mobilitas hijau Indonesia. Hingga akhir April 2025, tercatat 9 juta penumpang telah menggunakan moda transportasi modern ini.

Angka ini bukan sekadar statistik. Ini menjadi sinyal kuat bahwa publik mulai berpaling dari kendaraan pribadi dan beralih ke pilihan yang lebih efisien dan berkelanjutan. Dalam konteks keberlanjutan, Whoosh bukan sekadar proyek strategis nasional—ini adalah simbol transisi.

Mengurangi Emisi, Mengubah Kebiasaan

Menurut studi dari Polar UI (Universitas Indonesia), Whoosh hanya menghasilkan 6,9 gram CO₂ per penumpang per kilometer. Bandingkan dengan kendaraan pribadi yang rata-rata menyumbang 12,7 gram CO₂ untuk jarak yang sama. Artinya, kereta cepat ini mampu memangkas jejak karbon hingga 54 persen.

Baca juga: Terobosan Dunia, Kereta Serat Karbon Pertama dari China

Dampaknya tidak berhenti di situ. Moda transportasi ini juga mempercepat adopsi gaya hidup rendah emisi di kalangan masyarakat urban, khususnya di koridor Jakarta–Bandung.

“Dengan pertumbuhan jumlah penumpang yang terus meningkat, kami melihat tren positif dari masyarakat yang semakin sadar akan pilihan transportasi berkelanjutan,” ujar General Manager Corporate Secretary KCIC, Eva Chairunisa.

Konektivitas, Akses, dan Daya Tarik Wisata

Apa yang membuat Whoosh begitu cepat diterima publik? Bukan hanya kecepatannya. KCIC menggarap seluruh aspek pengalaman penumpang—dari peningkatan jumlah perjalanan menjadi 62 trip per hari, hingga kemudahan akses antarmoda di stasiun.

Baca juga: Kereta Hidrogen, Babak Baru Transportasi Berkelanjutan di India

Inisiatif seperti integrasi dengan destinasi wisata, peluncuran kartu Frequent Whoosher, dan tarif dinamis semakin mendorong loyalitas pelanggan. Di sisi lain, Whoosh turut menggerakkan sektor pariwisata. Banyak wisatawan—domestik maupun internasional—menggunakan Whoosh untuk menjangkau kota-kota dengan lebih cepat dan nyaman.

KA Cepat Whoosh hadir sebagai wajah baru transportasi publik Indonesia yang cepat, nyaman, dan ramah lingkungan. Foto: Dok. KCIC

Tak kurang dari 361 ribu penumpang mancanegara telah mencoba Whoosh. Ini menjadikannya bagian dari daya tarik wisata Indonesia yang tak lagi hanya berbasis alam atau budaya, tapi juga teknologi dan infrastruktur modern.

Pilar Baru dalam Mobilitas Berkelanjutan

Jika melihat lebih luas, Whoosh telah menjelma menjadi lebih dari sekadar layanan transportasi. Ia menjadi pilar baru dalam visi Indonesia menuju pembangunan berkelanjutan.

Mobilitas rendah emisi adalah komponen penting dalam strategi pengurangan karbon nasional. Apalagi, sektor transportasi menyumbang hampir 30 persen emisi gas rumah kaca di perkotaan. Dalam konteks ini, keberadaan moda cepat seperti Whoosh adalah bagian dari solusi.

Baca juga: Swiss Ubah Rel Kereta Jadi Sumber Energi Hijau

Ke depan, tantangannya adalah menjaga kesinambungan. Infrastruktur harus terus diperluas. Integrasi harus diperkuat. Inovasi layanan harus tetap berjalan. Dan, yang tak kalah penting, edukasi publik harus dilanjutkan untuk memperkuat kesadaran akan pentingnya memilih transportasi hijau.

Whoosh Bukan Akhir, tapi Awal

Apa yang dilakukan KCIC melalui Whoosh adalah bukti nyata bahwa infrastruktur bisa—dan harus—berjalan seiring dengan komitmen lingkungan. Dari pengurangan jejak karbon, peningkatan mobilitas, hingga penguatan ekonomi lokal, dampaknya sudah mulai terasa.

Namun, ini bukan garis akhir. Justru sebaliknya, Whoosh membuka jalan bagi lahirnya sistem transportasi baru di Indonesia yang ramah lingkungan, terintegrasi, dan berpihak pada masa depan.

Sebagai negara kepulauan yang tengah tumbuh, Indonesia tak bisa menunggu lebih lama. Keberlanjutan bukan lagi wacana. Ia harus hadir dalam rel, roda, dan setiap perjalanan kita menuju esok yang lebih hijau. ***

  • Foto: Dok. KCIC.
Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *