Salju Turun di Gurun Atacama, Bukti Nyata Bumi Sedang Kacau

GURUN Atacama dikenal sebagai salah satu tempat paling kering di planet ini. Namun pekan terakhir Juni 2025, lanskap tandus di utara Chili itu berubah dramatis. Salju turun, menyelimuti wilayah yang biasanya menerima kurang dari satu inci hujan setiap tahun.

Fenomena ini bukan sekadar keajaiban cuaca. Ini datang dengan konsekuensi nyata. Operasional ilmiah di Atacama Large Millimeter/submillimeter Array (ALMA), salah satu observatorium radio paling canggih di dunia, dihentikan sementara. Para ilmuwan menyebut ini sebagai tanda peringatan di tengah ancaman krisis iklim yang kian tak terduga.

Gangguan tak Terduga di Pusat Astronomi Dunia

ALMA berdiri di Dataran Tinggi Chajnantor, sekitar 5.100 mdpl di wilayah Antofagasta. Jaringan 66 antena radio ini merupakan proyek kolaborasi internasional dan menjadi tulang punggung observasi langit dalam spektrum gelombang milimeter dan submilimeter.

Namun badai salju pekan ini tak hanya menyentuh dataran tinggi. Salju turun hingga ke markas utama ALMA di ketinggian sekitar 2.900 meter, wilayah yang bahkan tak mencatat salju selama lebih dari satu dekade.

Baca juga: Selatan Beku, Utara Terpanggang: Krisis Iklim Semakin Nyata di Dua Belahan Dunia

“Hujan salju di dataran tinggi sekitar 5.000 meter masih tergolong rutin. Tapi di bawah 3.000 meter, ini sangat langka,” jelas Raúl Cordero, klimatolog dari University of Santiago, mengutip Live Science.

Pemandangan kontras Gurun Atacama yang diselimuti salju, fenomena langka yang menandai perubahan cuaca ekstrem di salah satu wilayah paling kering di dunia. Foto: M. Aguirre,  S. Donaire, ALMA (ESO/NOAJ/NRAO).

Protokol Bertahan Hidup Diaktifkan

Badai datang bersama suhu ekstrem, angin kencang 80–100 km/jam, dan udara dingin hingga -12°C. ALMA mengaktifkan survival mode, mengarahkan semua antena besar agar sejajar arah angin untuk menghindari kerusakan. Seluruh operasional dihentikan sementara.

“Begitu badai reda, tim pembersih akan mengecek setiap antena secara visual. Ironisnya, kondisi terbaik untuk observasi justru hadir setelah badai salju, karena kelembapan udara sangat rendah,” ujar perwakilan ALMA.

Baca juga: Es Abadi Puncak Jayawijaya akan Punah 2026, Alarm Krisis Iklim

Namun hingga 4 Juli, badai belum sepenuhnya berlalu. Peringatan salju dan angin ekstrem masih berlaku untuk wilayah Antofagasta dan sekitarnya.

Cuaca Ekstrem Semakin tak Terduga

Direktorat Meteorologi Chili melaporkan fenomena ini dipicu oleh inti udara dingin yang melintas utara Chili. Hasilnya bukan hanya salju, tetapi hujan lebat yang menyebabkan sungai meluap, longsor, pemadaman listrik, bahkan penutupan sekolah. Meski tak ada korban jiwa, dampaknya nyata dan luas.

Kondisi normal Gurun Atacama di sekitar San Pedro, Antofagasta—kering, tandus, dan nyaris tanpa hujan sepanjang tahun. Kontras mencolok dengan fenomena salju yang baru-baru ini melanda wilayah ini, memicu kekhawatiran akan perubahan pola iklim ekstrem. Foto: Eleanore Stohner/ Pexels.

Cordero menyebut cuaca ekstrem ini sebagai bagian dari dinamika atmosfer yang makin tak terprediksi. Meski belum bisa disimpulkan sebagai dampak langsung dari perubahan iklim, ia memperingatkan bahwa model iklim global menunjukkan tren peningkatan curah hujan, bahkan di gurun seperti Atacama.

“Kita belum bisa menyatakan tren ini sudah dimulai. Tapi potensi ke arah itu jelas ada,” ujarnya.

Isyarat untuk Dunia

Bagi para pemerhati iklim dan keberlanjutan, salju di Atacama bukan sekadar anomali. Ini adalah tanda peringatan. Bahwa bahkan tempat yang paling stabil cuacanya pun kini mulai menunjukkan gejala gangguan.

Baca juga: Gletser Dunia Terus Menyusut, Sinyal Darurat Perubahan Iklim

ALMA, dengan teknologinya yang canggih dan desain tahan cuaca ekstrem, tetap harus tunduk pada kenyataan bahwa lingkungan global sedang berubah cepat. Sebuah pelajaran penting: bahkan pusat ilmu pengetahuan pun tidak kebal terhadap krisis iklim. ***

  • Foto: M. Aguirre, S. Donaire, ALMA (ESO/NOAJ/NRAO) – Salju menyelimuti kompleks markas utama Observatorium ALMA di Gurun Atacama, Chili—wilayah yang dikenal sebagai salah satu tempat paling kering di Bumi. Cuaca ekstrem ini memaksa penghentian sementara seluruh aktivitas ilmiah.
Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *