DI TENGAH krisis iklim global, janji pendanaan sebesar 12 miliar dollar AS (sekitar Rp 191 triliun) mencuri perhatian dunia. Komitmen ini disampaikan pada hari kedua Conference of the Parties ke-16 (COP16) Konvensi PBB untuk Mengatasi Penggurunan (UNCCD) di Riyadh, Arab Saudi, Selasa (3/12/2024). Dana ini dialokasikan untuk berbagai inisiatif, termasuk pemulihan lahan, penanggulangan degradasi, dan penguatan ketahanan terhadap kekeringan.
Namun, di balik angka besar itu, muncul pertanyaan: cukupkah langkah ini menghadapi tantangan global yang begitu mendesak?
Pendanaan Arab Jadi Pilar Utama
Arab Coordination Group, forum negara-negara kawasan Arab, menjadi donatur utama dengan menyumbang 10 miliar dollar AS melalui Riyadh Global Drought Resilience Partnership. Kemitraan ini diluncurkan sehari sebelumnya pada pembukaan COP16 Riyadh.
Selain itu, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Bank Pembangunan Islam masing-masing berkomitmen memberikan 1 miliar dollar AS. Pendanaan ini diharapkan menjadi langkah awal memperkuat kolaborasi global dalam memerangi kekeringan yang meluas.
Deputi Menteri Lingkungan Hidup, Air, dan Pertanian Arab Saudi sekaligus Penasihat Presidensi UNCCD COP16, Osama Faqeeha, menyatakan bahwa besarnya komitmen dana ini harus menjadi pemicu kontribusi lebih lanjut dari sektor publik dan swasta.
“Saya berharap ini hanyalah permulaan. Kita butuh lebih banyak dukungan dari mitra internasional untuk memastikan keberlanjutan inisiatif pemulihan lahan yang vital,” ujar Faqeeha.
Tantangan Besar Kesenjangan Pendanaan
Meski tampak optimistis, laporan UNCCD yang dirilis pada COP16 memaparkan kenyataan pahit: dunia masih menghadapi kesenjangan pendanaan besar. Untuk memenuhi target UNCCD pada 2025–2030, diperlukan investasi tahunan sebesar 355 miliar dollar AS. Namun, saat ini, proyeksi investasi hanya mencapai 77 miliar dollar AS per tahun.
Artinya, ada kebutuhan dana tambahan sebesar 278 miliar dollar AS per tahun yang belum terpenuhi.
Selain itu, keterlibatan sektor swasta dalam pendanaan masih sangat minim, hanya menyumbang 6% dari total pendanaan global. Padahal, potensi ekonomi dari pemulihan lahan sangat besar. UNCCD memperkirakan bahwa investasi terhadap pemulihan lebih dari 1 miliar hektar lahan dapat menghasilkan hingga 1,8 triliun dollar AS per tahun.
“Kita perlu mengalihkan lebih banyak dana bantuan pembangunan resmi untuk memerangi degradasi lahan dan kekeringan, terutama di negara-negara paling terdampak,” tambah Faqeeha.
Arab Coordination Group menyumbang $10 miliar untuk pemulihan lahan, didukung tambahan $2 miliar dari OPEC dan Bank Pembangunan Islam di COP16 Riyadh. Foto: X/ @Cop16Riyadh.
Investasi untuk Masa Depan
Pemulihan lahan tidak hanya menjadi tanggung jawab negara-negara berkembang. Ini adalah upaya kolektif global yang membutuhkan sinergi antara pemerintah, organisasi internasional, dan sektor swasta.
Meningkatkan keterlibatan sektor swasta menjadi prioritas penting. Selain potensi ekonomi, partisipasi mereka juga membuka jalan untuk solusi berbasis teknologi dan inovasi yang lebih efektif.
UNCCD menekankan bahwa kolaborasi lintas sektor sangat penting untuk menutup kesenjangan pendanaan ini. Langkah-langkah seperti insentif investasi hijau, kemitraan publik-swasta, dan pendekatan berbasis komunitas perlu diprioritaskan.
Apa Langkah Selanjutnya?
Konferensi COP16 di Riyadh memberikan momentum penting, tetapi ini baru permulaan. Komitmen pendanaan harus diiringi dengan langkah nyata, mulai dari implementasi proyek hingga pengawasan yang transparan.
Indonesia, sebagai salah satu negara yang rentan terhadap dampak perubahan iklim, juga dapat belajar dari inisiatif ini. Pemulihan lahan kritis di berbagai daerah bisa menjadi fokus utama, terutama dengan melibatkan masyarakat lokal dalam program konservasi.
Dalam menghadapi ancaman perubahan iklim, waktu bukanlah sekutu. Dengan potensi kerugian ekonomi yang mencapai triliunan dollar, dunia tidak bisa menunda upaya pemulihan ini lebih lama lagi.
Foto: X/ @Cop16Riyadh– Delegasi negara-negara di COP16 Riyadh berkomitmen mendanai upaya pemulihan lahan dan ketahanan terhadap kekeringan dengan total pendanaan $12 miliar.