Kota di jantung Amazon ini tak hanya menjadi tuan rumah negosiasi iklim global, tapi juga menampilkan wajah baru diplomasi lewat seni, sejarah, dan semangat keberlanjutan.
KETIKA para pemimpin dunia berkumpul di Belém untuk COP30 pada November 2025, sorotan dunia tidak hanya tertuju pada ruang negosiasi iklim. Kota di jantung Amazon itu juga sedang menyiapkan wajah lain, panggung budaya global yang memadukan seni, warisan, dan keberlanjutan.
Dari 10 hingga 21 November, Belém hidup dalam ritme musik, warna, dan suara yang merefleksikan keragaman Amazon. Di bawah inisiatif COP30 Cultural Program, publik diundang menjelajahi teater, museum, galeri, hingga ruang publik yang berubah menjadi arena dialog antara manusia dan alam. Seni tak hanya ditampilkan, tapi juga dijadikan medium refleksi tentang masa depan hutan terbesar di dunia.
Kota Warisan yang Bertransformasi Hijau
Belém memiliki sejarah panjang sebagai kota dagang yang tumbuh pesat di era kejayaan karet. Jejak kejayaannya masih tampak pada arsitektur bergaya Eropa yang kini direstorasi dengan sentuhan hijau. Salah satunya adalah proyek revitalisasi Pasar São Brás, pasar tradisional yang kini memanfaatkan energi surya dan teknologi ramah lingkungan sebagai simbol transisi menuju kota berkelanjutan.
Baca juga: Curupira dan Diplomasi Hijau Brasil di COP30
Namun, permata baru kota ini adalah Museu das Amazônias (Museum of the Amazons) di kawasan Porto Futuro II. Museum ini dirancang sebagai pusat ilmu pengetahuan, seni, dan pengetahuan tradisional. Di dalamnya, pengunjung diajak menelusuri “berbagai Amazon”. Dari hutan, permukiman sungai, hingga ruang urban yang terus berevolusi. Dengan pameran imersif dan interaktif, museum ini menjadi simbol penting bagaimana warisan budaya dan sains dapat berkolaborasi membentuk narasi baru tentang keberlanjutan.

Seni sebagai Bahasa Diplomasi Hijau
Program budaya COP30 juga akan menampilkan Theatro da Paz, salah satu ikon arsitektur bersejarah Belém, dengan rangkaian konser dan opera bertema alam. Di tepi Sungai Guamá, instalasi terapung AquaPraça akan menghadirkan pengalaman multisensorial yang menghubungkan seni dengan ekosistem air.
Tak ketinggalan, Banco da Amazônia Cultural Center dan Museum of the State of Pará akan menjadi ruang temu antara seniman, ilmuwan, dan masyarakat adat.
Baca juga: Belem, Kota Sejarah dan Keberlanjutan yang Siap Menjadi Tuan Rumah COP30
Di tengah agenda global tentang iklim dan pembangunan berkelanjutan, Belém menampilkan dirinya sebagai kota yang bukan hanya menjadi tuan rumah, tapi juga bagian dari pesan yang ingin disampaikan: bahwa masa depan bumi harus melibatkan seni, budaya, dan identitas lokal. Di sinilah diplomasi hijau bertemu ekspresi kreatif, dalam harmoni yang hanya bisa lahir dari tanah Amazon.
Program budaya ini menegaskan bahwa COP30 bukan sekadar pertemuan teknis, melainkan momen peradaban. Belém menjadi contoh nyata bagaimana kota dapat menyatukan warisan dan inovasi, sains dan seni, global dan lokal, untuk merajut kisah baru tentang manusia dan planet yang sama-sama ingin bertahan. ***
- Foto: COP30 – Para seniman lokal Amazon menampilkan tarian dan busana tradisional di depan bangunan bersejarah di pusat Kota Belém, Brasil. Program budaya COP30 menghadirkan beragam ekspresi seni untuk menegaskan peran budaya dalam diplomasi iklim dan keberlanjutan global.


