Indonesia Pertimbangkan 29 Lokasi PLTN untuk Energi Bersih

INDONESIA sedang berada di persimpangan penting dalam transisi energi. Dengan kebutuhan energi yang terus meningkat dan komitmen global untuk menekan emisi karbon, pemerintah mulai memandang tenaga nuklir sebagai solusi strategis.

Dalam upaya ini, Dewan Energi Nasional (DEN) telah mengusulkan 29 lokasi di seluruh kepulauan untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). Lokasi ini tersebar dari Sumatera Utara hingga Papua Barat, menjangkau wilayah strategis seperti Selat Malaka dan perairan Indonesia Timur.

Langkah ini bukan tanpa tantangan. Anggota DEN, Agus Puji Prasetyono, menegaskan bahwa tenaga nuklir kini menjadi kebutuhan yang tidak bisa dihindari. “Kita perlu memastikan sumber energi yang andal sekaligus mengurangi emisi karbon,” ujar Agus kepada ABC Australia.

Rencana Besar di Balik Nuklir

Indonesia, yang kaya akan sumber energi fosil, perlahan menyadari pentingnya diversifikasi energi. Pada September 2024, Duta Besar Indonesia untuk Austria dan perwakilan di Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), Damos Dumoli Agusman, mengungkapkan bahwa pemerintah sedang mempersiapkan peta jalan komprehensif. Peta jalan ini akan mencakup aspek keselamatan, keamanan, teknologi, hingga strategi implementasi PLTN.

“Nuklir adalah langkah logis untuk memastikan pasokan listrik yang andal dan berkontribusi pada pengurangan emisi gas rumah kaca. Ini bagian dari komitmen kami untuk masa depan yang lebih berkelanjutan,” kata Agusman.

Baca juga: Indonesia Menuju Reaktor Nuklir, Energi Bersih Masa Depan

Menurut Badan Energi Internasional (IEA), teknologi seperti nuklir berpotensi mengurangi emisi karbon Indonesia hingga 5% pada tahun 2050. Namun, teknologi ini masih tergolong baru dan belum tersedia secara komersial di Indonesia, sehingga membutuhkan investasi besar dan transfer teknologi dari luar negeri.

Dukungan Global dan Kemitraan Strategis

Indonesia tidak berjalan sendiri dalam pengembangan PLTN. Pada Maret 2023, Amerika Serikat memberikan hibah untuk mendukung penerapan reaktor modular kecil (SMR) di Kalimantan Barat. SMR dinilai cocok untuk negara kepulauan karena lebih fleksibel dan mudah diintegrasikan dibandingkan PLTN konvensional.

Baca juga: Era Minyak Meredup, Energi Listrik Bersinar

Tidak hanya AS, Denmark melalui empat perusahaan juga telah menandatangani nota kesepahaman untuk membangun fasilitas SMR yang akan menghasilkan amonia dengan emisi rendah. Sementara itu, Rusia menawarkan solusi PLTN terapung, yang dianggap sangat relevan untuk negara dengan lebih dari 17.000 pulau. Pendekatan ini mencakup pembiayaan, pengembangan tenaga kerja, hingga pemasangan reaktor.

Indonesia mengusulkan 29 lokasi PLTN untuk menciptakan energi rendah emisi. Langkah ini mendukung masa depan energi berkelanjutan di tanah air. Foto: Kyle Miller/ Pexels.

Kehadiran investor asing menjadi kunci utama karena pemerintah belum memiliki cukup dana untuk membangun PLTN secara mandiri. Agus Puji Prasetyono mengakui perlunya kerja sama dengan pihak internasional, termasuk perusahaan dari Tiongkok dan Rusia, untuk merealisasikan proyek ini.

Mengintegrasikan Nuklir ke Dalam Bauran Energi

Pemerintah Indonesia telah mengategorikan nuklir sebagai bagian dari energi baru, bersama dengan hidrogen dan amonia. Ini menjadi bagian penting dalam strategi menuju emisi nol bersih pada 2060. PLN bahkan memproyeksikan bahwa listrik dari PLTN akan mulai masuk ke jaringan sebelum tahun 2040.

Baca juga: Target Bauran Energi Terbarukan Indonesia Menjadi 72% pada 2060

Meski begitu, masih ada pekerjaan rumah besar, mulai dari mengedukasi masyarakat tentang keselamatan nuklir, memperkuat regulasi, hingga memastikan aspek keberlanjutan teknologi yang digunakan. Di sisi lain, Indonesia harus membangun kepercayaan publik bahwa tenaga nuklir tidak hanya aman tetapi juga mampu memberikan manfaat jangka panjang bagi perekonomian dan lingkungan.

Pilihan yang Tak Terhindarkan

Dalam lanskap energi global, Indonesia kini melihat nuklir bukan sebagai pilihan terakhir, tetapi sebagai langkah strategis. Dengan permintaan energi yang terus meningkat, ketergantungan pada bahan bakar fosil harus dikurangi. Tenaga nuklir hadir sebagai solusi, bukan hanya untuk memastikan pasokan listrik yang stabil tetapi juga untuk menjawab tantangan perubahan iklim.

Namun, perjalanan ini tidaklah mudah. Dukungan kebijakan, kolaborasi internasional, dan komitmen jangka panjang menjadi kunci keberhasilan transisi ini. Indonesia, dengan ambisinya, tidak hanya membangun infrastruktur energi, tetapi juga masa depan yang berkelanjutan untuk generasi mendatang. ***

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *