SEBANYAK 15 investor tekstil asal Taiwan menyatakan minatnya untuk memindahkan pabrik mereka ke Indonesia, namun ada syarat utama yang harus dipenuhi: ketersediaan energi hijau.
Di tengah meningkatnya tuntutan global akan praktik bisnis berkelanjutan, para investor ini hanya akan berinvestasi jika Indonesia mampu menyediakan sumber energi ramah lingkungan. Energi hijau yang dapat mendukung operasional industri tekstil premium mereka.
Tuntutan Energi Hijau dalam Industri Tekstil Modern
Dalam pertemuan terbaru dengan para pemangku kepentingan di Jakarta, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan, “Kami mengerti bahwa kebutuhan energi hijau adalah salah satu syarat utama bagi para investor. Mereka sangat peduli dengan isu keberlanjutan dalam industri mereka.”
Industri tekstil global kini semakin terpacu untuk mengikuti standar keberlanjutan, terutama dengan meningkatnya perhatian terhadap isu ESG (Environmental, Social, and Governance). Para investor ingin memastikan bahwa sumber energi yang mereka gunakan di Indonesia akan mencerminkan komitmen terhadap keberlanjutan lingkungan.
Indonesia memiliki potensi untuk memenuhi tuntutan ini dengan sumber energi ramah lingkungan seperti gas, tenaga air, dan solar floating, terutama di wilayah Jawa Barat.
Baca juga: EBT Kunci Investasi di Indonesia
Airlangga menambahkan, “Ketersediaan energi terbarukan tidak hanya akan mendukung agenda hijau nasional. Tetapi, juga menarik investasi strategis dari perusahaan yang berorientasi keberlanjutan.”
Tantangan Kemudahan Akses Lahan
Selain tuntutan energi hijau, kemudahan akses lahan menjadi perhatian lain bagi calon investor. Proses perizinan lahan di luar kawasan industri kerap memerlukan waktu yang panjang, dari pematangan lahan hingga persetujuan Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL).
Menko Perekonomian menyatakan, “Kami mendorong investor untuk mempertimbangkan kawasan industri yang telah dilengkapi dengan infrastruktur dasar dan perizinan yang lebih sederhana. Ini akan mempercepat realisasi relokasi pabrik-pabrik tekstil.”
Harga Gas dan Kebutuhan Biaya Operasional yang Kompetitif
Sebagai salah satu bahan bakar utama dalam operasional industri, harga gas yang bersaing menjadi bagian penting dari pertimbangan investasi. Para pengusaha asal Taiwan mengutarakan harapan agar harga gas di Indonesia lebih kompetitif dibandingkan negara-negara pesaing.
Baca juga: Teknologi Dunia Menuntut Listrik Hijau dari Indonesia
Airlangga mengonfirmasi, “Kami sedang berupaya untuk memastikan harga gas tetap kompetitif. Tingginya biaya gas dapat mempengaruhi margin keuntungan mereka, sehingga diperlukan peninjauan lebih lanjut oleh pemerintah.”
Keuntungan Pasar Melalui Perjanjian Dagang Internasional
Poin terakhir yang diungkapkan adalah keinginan untuk mempercepat penyelesaian perjanjian dagang seperti IUE-CEPA dan CPTPP. Vietnam, sebagai salah satu pesaing utama Indonesia, telah mendapatkan keuntungan dari perjanjian dagang dengan Uni Eropa dan negara-negara Pasifik, yang memberikan akses pasar lebih luas dan tarif preferensial.
Baca juga: Jalan Panjang Indonesia Menuju Energi Hijau
Airlangga menambahkan, “Jika Indonesia dapat mengamankan perjanjian serupa, itu akan semakin memperkuat daya saing kami dalam menarik investor global, terutama dari sektor tekstil.”

Energi Hijau sebagai Kunci Pintu Masuk Investasi Tekstil
Investasi tekstil Taiwan ini dapat menjadi peluang penting bagi perekonomian Indonesia. Namun, komitmen terhadap penyediaan energi hijau dan peningkatan daya saing perlu dipastikan agar Indonesia bisa menjadi tujuan utama relokasi industri tekstil di Asia.
Baca juga: Indonesia, Raksasa Panas Bumi Dunia yang Belum Terbangun
Keberhasilan dalam menarik investasi hijau ini akan memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat manufaktur tekstil berkelanjutan di kawasan. Sekaligus mengukuhkan komitmennya dalam memenuhi standar keberlanjutan global yang kini semakin tidak bisa diabaikan. ***
- Foto: Ilustrasi/ Rajesh Kumar Verma/ Pexels – 15 Investor Tekstil Taiwan siap relokasi pabrik ke Indonesia dengan syarat energi hijau tersedia.