Jakarta Matikan Lampu Sejam, Hemat Energi dan Turunkan Emisi 54 Ton CO2

JAKARTA kembali menegaskan komitmennya dalam menghadapi krisis iklim. Melalui program Aksi Hemat Energi dan Pengurangan Emisi Karbon, ibu kota memadamkan lampu serentak selama satu jam. Hasilnya, sebanyak 54,21 ton emisi karbon dioksida ekuivalen (CO2e) berhasil ditekan hanya dalam waktu 60 menit.

Pemadaman serentak ini berlangsung pada Sabtu malam, 14 Juni 2025. Tepat pukul 20.30 hingga 21.30 WIB, beberapa ikon penting Jakarta bergelimang gelap. Mulai dari Monumen Nasional (Monas), Bundaran Hotel Indonesia, Patung Sudirman, hingga Balaikota DKI Jakarta.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta, Asep Kuswanto, menyatakan bahwa aksi ini bagian dari sosialisasi target pengurangan emisi 30% yang dicanangkan Jakarta hingga 2030.

“Kegiatan ini dijalankan sesuai Instruksi Gubernur Nomor 14 Tahun 2021,” ujar Asep.

Penghematan Energi, Penghematan Biaya

Tak hanya menurunkan emisi, pemadaman ini juga memberi dampak langsung pada konsumsi listrik. Berdasarkan data PLN Unit Induk Distribusi Jakarta Raya, penghematan mencapai 67,76 megawatt per hour (MWh). “Kalau diuangkan, jumlah penghematan biaya listriknya sekitar Rp 98 juta,” tambah Asep.

Baca juga: Jakarta di Tengah Polusi dan Misi Transportasi Hijau

Penghitungan sederhana ini memberikan gambaran konkret bagaimana pengurangan konsumsi energi bisa berkontribusi nyata, bukan hanya untuk lingkungan, tetapi juga secara finansial.

Gerakan Sederhana, Dampak Besar

Menurut Asep, aksi mematikan lampu ini hanyalah bagian kecil dari upaya besar Jakarta menuju kota berkelanjutan. Ia mendorong warga untuk mengadopsi langkah-langkah sederhana dalam keseharian.

Beberapa di antaranya:

  • Menggunakan lampu LED hemat energi.
  • Mencabut charger yang tidak digunakan.
  • Mengatur suhu AC secara efisien.
  • Mematikan alat elektronik saat tidak digunakan.

“Jika dilakukan secara konsisten, langkah kecil ini punya dampak kolektif yang signifikan,” tegas Asep.

Kemacetan lalu lintas di tengah pusat bisnis Jakarta saat malam hari, mencerminkan tingginya konsumsi energi dan emisi kendaraan yang menjadi tantangan utama pengurangan emisi karbon kota. Foto: El Jusuf/ Pexels.

Jakarta dan Ambisi Iklimnya

Jakarta bukan tanpa tantangan dalam menghadapi krisis iklim. Sebagai kota megapolitan dengan jutaan kendaraan dan konsumsi energi tinggi, kontribusi sektor energi menjadi salah satu penyumbang terbesar emisi karbon.

Menurut data DLH, sektor energi dan transportasi menjadi target penting dalam pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK). Program pemadaman lampu hanyalah salah satu dari banyak strategi yang diterapkan.

Baca juga: Jakarta Tambah 200 Bus Listrik untuk Udara Lebih Bersih

Langkah-langkah lainnya meliputi pengembangan transportasi publik ramah lingkungan, pengurangan ketergantungan kendaraan pribadi, optimalisasi bangunan hijau, hingga program pengelolaan limbah yang lebih terintegrasi.

Edukasi dan Partisipasi Publik

Kunci sukses dari gerakan pengurangan emisi ini adalah partisipasi publik. Jakarta menyadari, perubahan kebiasaan sehari-hari masyarakat menjadi fondasi penting.

DLH DKI Jakarta pun terus mendorong edukasi publik lewat berbagai kampanye, seperti Earth Hour versi lokal, penguatan komunitas pecinta lingkungan, serta pengembangan kurikulum pendidikan lingkungan di sekolah-sekolah.

“Setiap individu punya peran. Dari rumah tangga, perkantoran, hingga pemerintah daerah, semua bisa berkontribusi,” pungkas Asep.

Baca juga: Gedung Perkantoran Hijau di Jakarta, Tren ESG yang Kian Menguat

Program pemadaman lampu ini akan terus bergulir sepanjang 2025. Jakarta ingin membuktikan bahwa transformasi menuju kota rendah karbon tak harus selalu dimulai dengan proyek raksasa. Justru dari langkah-langkah kecil, perubahan besar bisa dimulai. ***

Foto: Instagram/ @dinaslhdkiPuncak Monumen Nasional (Monas) tetap menyala di tengah pemadaman lampu serentak Jakarta selama Aksi Hemat Energi dan Pengurangan Emisi Karbon.

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *