Oleh: Hamdani S Rukiah, SH, MH *
DI TENGAH krisis iklim yang semakin nyata, aktivisme lingkungan menjadi suara penting dalam mendorong perubahan kebijakan dan kesadaran publik. Dari aksi demonstrasi hingga advokasi berbasis data, para aktivis berupaya memperjuangkan masa depan yang lebih hijau. Namun, tidak semua strategi aktivisme berhasil. Beberapa justru menuai kritik, bahkan dari sesama pegiat lingkungan.
Menurut data Global Climate Risk Index 2024 dari Germanwatch, Indonesia termasuk dalam 10 negara yang paling rentan terhadap perubahan iklim. Banjir, kekeringan, dan kebakaran hutan semakin sering terjadi, mempertegas urgensi aksi lingkungan yang efektif.
Aktivisme yang Efektif, Berbasis Data dan Solusi Konkret
Aktivisme yang paling berdampak adalah yang berbasis data dan solusi konkret. Misalnya, advokasi berbasis riset yang dilakukan oleh Walhi dan Greenpeace Indonesia dalam menekan perusahaan sawit dan tambang agar lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan.
Mengutip laporan World Resources Institute (WRI), kampanye lingkungan yang memanfaatkan data satelit untuk memantau deforestasi terbukti lebih efektif dalam mendorong perubahan kebijakan. Hal ini terlihat dalam kebijakan moratorium izin hutan yang diperpanjang pemerintah sejak 2011.
Baca juga: Regulasi Reklamasi, Ancaman Lingkungan atau Peluang Ekonomi?
Selain itu, kampanye yang memanfaatkan media sosial untuk meningkatkan kesadaran publik juga terbukti ampuh. Gerakan seperti #SaveAru dan #BersihkanIndonesia berhasil menarik perhatian publik dan menggerakkan opini masyarakat untuk menekan pengambil kebijakan.
Aktivisme yang Kurang Efektif, Tanpa Strategi Jelas
Sebaliknya, beberapa bentuk aktivisme cenderung kurang efektif, terutama yang bersifat reaktif tanpa strategi yang matang. Misalnya, aksi-aksi demonstrasi tanpa agenda jelas sering kali kehilangan momentum. Studi dari Harvard Kennedy School menyebutkan bahwa aksi protes yang tidak memiliki tuntutan spesifik dan solusi konkret lebih sulit mendapat perhatian dari pemangku kebijakan.

Selain itu, aktivisme yang terlalu agresif atau konfrontatif tanpa pendekatan diplomatis kerap mengalami resistensi. Di Indonesia, beberapa aksi blokade tambang atau pembakaran alat berat perusahaan sering berujung pada kriminalisasi aktivis, tanpa menghasilkan solusi jangka panjang.
Tantangan Aktivisme Lingkungan di Indonesia
Selain efektivitas strategi, aktivisme lingkungan di Indonesia juga menghadapi berbagai tantangan:
- Kriminalisasi Aktivis – Menurut laporan Amnesty International, sejak 2019 lebih dari 200 aktivis lingkungan di Indonesia mengalami kriminalisasi atau kekerasan.
- Minimnya Dukungan Kebijakan – Beberapa kebijakan masih lebih berpihak pada industri ekstraktif dibandingkan keberlanjutan lingkungan.
- Kurangnya Kesadaran Publik – Banyak masyarakat yang belum memahami dampak langsung krisis iklim, membuat dukungan terhadap gerakan lingkungan masih terbatas.
Baca juga: Insentif Plastik, Antara Keuntungan Industri dan Kerugian Lingkungan
Strategi Meningkatkan Efektivitas Aktivisme Lingkungan
Agar lebih efektif, aktivis lingkungan perlu menerapkan strategi berikut:
- Gunakan Data dan Fakta – Advokasi berbasis riset lebih sulit untuk diabaikan.
- Manfaatkan Media Sosial – Kampanye digital dapat menjangkau lebih banyak orang dan membangun kesadaran publik.
- Kolaborasi dengan Pembuat Kebijakan – Melobi dan berdialog dengan pemerintah lebih berpotensi menghasilkan perubahan kebijakan.
- Libatkan Masyarakat – Program berbasis komunitas, seperti ekowisata atau pertanian berkelanjutan, bisa menjadi solusi konkret yang lebih mudah diterima.
Aktivisme yang Relevan dan Berdaya Ubah
Aktivisme lingkungan tetap menjadi elemen penting dalam perjuangan melawan krisis iklim. Namun, agar benar-benar berdampak, gerakan ini harus berbasis data, memiliki strategi yang matang, dan mampu membangun dukungan luas. Dengan pendekatan yang tepat, aktivisme bukan hanya sekadar suara protes, tetapi juga motor penggerak perubahan nyata. ***
- Jurnalis, Pemerhati Hukum Lingkungan, dan Hukum Bisnis
- Foto: Ilustrasi/ Centre for Ageing Better/ Pexels.