Ketika dunia berpacu dengan waktu untuk menekan emisi karbon, pertanyaan besar muncul: bisakah kita tetap memenuhi hak dasar semua orang tanpa melampaui batas iklim? Studi baru menunjukkan jawabannya: bisa, jika kita bertindak cepat dan adil.
MEMENUHI kebutuhan dasar hidup miliaran orang tidak harus mengorbankan target iklim global. Itulah temuan penting dari penelitian tim ilmuwan di International Institute for Applied Systems Analysis (IIASA), Austria.
Studi yang dipimpin oleh peneliti energi dan iklim, Jarmo Kikstra, menunjukkan bahwa transisi energi bersih bukan hanya memungkinkan untuk dilakukan tanpa mengorbankan hak dasar manusia, tapi justru menjadi jalan terbaik untuk mewujudkannya.
Menjawab Dua Krisis Sekaligus
Dengan lebih dari tiga miliar orang masih kekurangan akses energi layak, dan krisis iklim yang makin memburuk, dunia menghadapi tantangan ganda. Namun menurut Kikstra, “Menghapus kemiskinan energi dan mengurangi emisi bukanlah dua misi terpisah, tapi dua sisi dari solusi yang sama.”
Menggunakan model baru bernama DESIRE (Decent Energy Services for Infrastructure and Resources), para peneliti menganalisis berbagai skenario energi global. Mereka membandingkan pendekatan “business as usual” dengan skenario yang memprioritaskan pembangunan berkelanjutan sesuai Perjanjian Paris dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Baca juga: Transisi Nol Emisi, Antara Optimisme dan Realitas Industri
Hasilnya mencengangkan: skenario berkelanjutan justru mengurangi konsumsi energi total, namun memperluas akses ke layanan esensial seperti pemanas, pendingin, memasak bersih, kesehatan, dan transportasi.
Energi untuk Siapa, dan Untuk Apa?
Salah satu temuan paling krusial adalah bahwa hanya sepertiga dari konsumsi energi global saat ini yang benar-benar dibutuhkan untuk memenuhi standar hidup layak. Dua pertiganya? Digunakan untuk kebutuhan yang tidak esensial.
Artinya, dunia bisa memangkas konsumsi energi secara signifikan—tanpa merugikan siapa pun, selama efisiensi dan pemerataan menjadi fokus.

Keadilan Energi dan Efisiensi
Peneliti senior Shonali Pachauri menekankan pentingnya efisiensi dan keadilan dalam distribusi energi. “Kita bukan hanya perlu menambah layanan di tempat yang membutuhkannya, tapi juga memperbaiki cara layanan itu disediakan dan memastikan energi tidak terbuang sia-sia,” ujarnya.
Baca juga: Rekor Energi Bersih Tercapai, tapi Emisi Listrik Dunia Justru Naik
Dengan perencanaan yang tepat, jumlah orang yang kekurangan energi dasar bisa turun lebih dari 90 persen dalam beberapa dekade ke depan. Namun tanpa kebijakan yang tegas, bahkan kebutuhan paling dasar pun bisa gagal terpenuhi.
Masa Depan yang Layak dan Netral Karbon
Studi ini membuka mata dunia bahwa masa depan dengan nol emisi tidak berarti hidup yang terbatas. Justru sebaliknya, jika energi digunakan secara bijak dan merata, semua orang bisa mendapatkan kehidupan yang layak—dengan dampak lingkungan yang jauh lebih kecil.
Baca juga: NASA Investasi 11,5 juta dolar AS untuk Penerbangan Nol Emisi
Penelitian berjudul “Closing the Decent Living Gap in Energy-Emission Scenarios: Introducing DESIRE” ini dipublikasikan di Environmental Research Letters. Ia menjadi landasan penting bagi para pengambil kebijakan dan pegiat keberlanjutan.
Satu kesimpulan mengemuka: dunia tak perlu memilih antara iklim atau kesejahteraan. Dengan keberanian dan kebijakan tepat, keduanya bisa dicapai bersama. ***
* Foto: Ilustrasi/ Kindel Media/ Pexels.