DI SEBUAH sudut Desa Waringin Jaya, Kecamatan Bojonggede, Kabupaten Bogor, sepasang suami istri mengubah bahan alami menjadi produk bernilai tinggi. Dhanu Trapsilo dan Yulianah, pendiri Jakarta Candle, tidak hanya menciptakan lilin hias estetis tetapi juga membawa misi keberlanjutan yang menarik perhatian pasar global.
Jakarta Candle memanfaatkan bahan-bahan organik seperti palm wax dari limbah industri kelapa sawit, coconut wax dari kelapa, dan beeswax dari sarang lebah. Penggunaan beeswax tidak hanya menciptakan produk berkualitas tinggi tetapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi pencari madu yang sebelumnya hanya mengandalkan produksi madu saja.
“Dulu, sarang lebah sering dibuang karena tidak ada yang tahu cara mengolahnya. Sekarang, kami membeli beeswax dalam bentuk persegi dari mereka,” ujar Yulianah.
Keunggulan beeswax terletak pada pembakaran yang lebih bersih dan tahan lama, menjadikannya pilihan utama untuk lilin meditasi dan aromaterapi.
Meraih Penghargaan Keberlanjutan
Keberhasilan Jakarta Candle dalam mengembangkan produk ramah lingkungan mendapat apresiasi melalui penghargaan sebagai Juara 2 Pemenang UMKM Empowerment dalam Indonesia Sustainable Procurement Expo (ISPE) 2025. Konsistensi dalam menggunakan bahan alami selama lebih dari satu dekade menjadi alasan utama penghargaan ini.
Baca juga: Plana, Inovasi Ramah Lingkungan dari Sampah Plastik dan Gabah Padi
Perjalanan menuju keberlanjutan tidak selalu mudah. Awalnya, Jakarta Candle menggunakan parafin yang berbasis minyak bumi. Namun, permintaan pasar yang semakin sadar lingkungan mendorong mereka untuk beralih ke bahan nabati yang lebih sehat dan minim emisi karbon.
“Konsumen kini lebih peduli terhadap lingkungan. Produk berbasis nabati lebih sehat dan lebih ramah ekosistem,” kata Yulianah.

Kolaborasi dengan UMKM Lokal
Selain berfokus pada bahan baku, Jakarta Candle menggandeng UMKM lain dalam pembuatan wadah lilin. Perajin kayu dari Bojonegoro, gerabah dari Purwakarta, dan pembuat candle holder di Citeureup turut ambil bagian dalam rantai produksi ini.
Baca juga: Keramba Cinta Sawai di Tengah Laut Seram
Di sisi pemberdayaan sosial, usaha ini juga membuka lapangan kerja bagi pemuda dan ibu rumah tangga di sekitar Bojonggede. Lima karyawan tetap dan puluhan tenaga tambahan dipekerjakan saat permintaan meningkat.
Menembus Pasar Global
Komitmen terhadap kualitas dan keberlanjutan membawa Jakarta Candle ke pasar internasional. Produk mereka kini dinikmati pelanggan di Malaysia, Singapura, dan Australia, terutama di sektor florist, dekorasi pernikahan, dan meditasi.
Omzet tahunan mereka pernah mencapai Rp700 juta, dengan produk premium seperti lilin dalam gerabah besar yang dihargai hingga Rp1 juta untuk pasar Eropa. Sementara itu, produk dengan harga terjangkau, seperti lilin dalam wadah kaca, dijual mulai Rp15.000.
“Pembeli dari luar negeri biasanya memberi kami referensi ekspedisi terbaik untuk pengiriman produk,” jelas Yulianah.
Dukungan Perbankan untuk UMKM Naik Kelas
Kesuksesan Jakarta Candle juga tidak lepas dari dukungan BRI, yang memberikan akses modal dan pelatihan bisnis. Jakarta Candle menjadi salah satu dari tiga UMKM unggulan binaan BRI di Kabupaten Bogor yang tampil di BRI UMKM EXPO(RT) 2025.
Baca juga: Repair Cafe, Tren Baru Gaya Hidup Berkelanjutan
Menurut Pimpinan Cabang BRI Cibinong, Ivam Abdul Latif, program pembinaan ini bertujuan untuk membantu UMKM menembus pasar global. “Kami ingin memberdayakan lebih banyak UMKM agar mampu naik kelas dan bersaing di kancah internasional,” katanya.
Dengan inovasi dan komitmen terhadap keberlanjutan, Jakarta Candle membuktikan bahwa UMKM lokal bisa berkembang dan menjadi pemain global. Produk ramah lingkungan kini bukan sekadar tren, tetapi juga peluang besar bagi industri kreatif Indonesia. ***
- Foto: Instagram/ @jakartacandle – Cinnamon Candle: Aroma hangat dari lilin organik yang ramah lingkungan produksi Jakarta Candle.