15 Proyek Baru SKK Migas untuk Energi Berkelanjutan

SATUAN Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) berupaya mengejar target ambisius dengan menghadirkan 15 proyek migas baru yang diharapkan beroperasi pada 2025. Dengan nilai belanja modal mencapai US$ 753,2 juta atau hampir Rp 12 triliun, proyek ini menjadi harapan besar untuk meningkatkan produksi minyak dan gas bumi (migas) Indonesia di tengah tantangan penurunan produksi alami.

Jika semua proyek ini berhasil onstream, produksi migas nasional diperkirakan akan bertambah hingga 191 ribu barel setara minyak per hari (boepd). Rinciannya, minyak bumi akan menyumbang 57 ribu barel per hari (bph), sementara gas bumi akan mencapai 750 juta standar kaki kubik per hari (mmscfd).

“Kami berharap 15 proyek ini dapat beroperasi sesuai jadwal pada tahun depan,” ujar Kepala SKK Migas, Djoko Siswanto, dalam rapat dengan Komisi XII DPR RI.

Djoko juga menekankan pentingnya proyek-proyek ini untuk mengimbangi penurunan produksi alami, khususnya di ladang minyak tua yang sudah melewati puncak produksinya.

Proyek-proyek Strategis

Sebanyak enam proyek fokus pada produksi minyak, sementara sembilan lainnya diarahkan untuk produksi gas bumi. Mayoritas proyek ini dikerjakan oleh PT Pertamina (Persero) melalui berbagai unit usaha, menandai peran sentral BUMN energi ini dalam menjaga ketahanan energi nasional.

Baca juga: Era Minyak Meredup, Energi Listrik Bersinar

Berikut beberapa proyek strategis:

  1. Terubuk (Medco EP Natuna): Target produksi minyak 6.654 bph dan gas 60 mmscfd.
  2. Balam GS Update (Pertamina Hulu Rokan): Proyek minyak dengan target produksi 31.921 bph.
  3. Sisi Nubi AOI 1,3,5 (Pertamina Hulu Mahakam): Fokus produksi gas dengan target 60 mmscfd.
  4. Senoro Selatan (JOB Pertamina-Medco): Proyek gas dengan target 110 mmscfd.
  5. Suban Future Facility Optimization (Medco EP Grissik): Target produksi 4878 bph minyak dan 400 mmscfd gas.
SKK Migas optimistis 15 proyek migas baru siap beroperasi pada 2025, berkontribusi pada ketahanan energi nasional dan produksi hingga 191 ribu boepd. Foto: Ilustrasi/ Aron Razif/ Pexels.
Menahan Penurunan Produksi Alami

SKK Migas menghadapi tantangan besar dalam memastikan seluruh proyek ini dapat beroperasi tepat waktu. Salah satu tantangan utama adalah menahan penurunan produksi alami yang menjadi kendala di hampir semua lapangan migas tua di Indonesia.

Djoko menambahkan, meskipun produksi alami cenderung menurun, investasi pada teknologi dan pengembangan lapangan baru dapat menjadi solusi untuk menjaga stabilitas produksi migas. Sebagai contoh, metode injeksi kimia yang diterapkan pada proyek CEOR Minas diharapkan dapat meningkatkan hasil minyak dari lapangan yang sudah menua.

Baca juga: Kolaborasi Indonesia-AS untuk Transisi Energi Bersih

Di sisi lain, proyek-proyek gas seperti di Senoro Selatan dan Suban menawarkan peluang besar untuk memperkuat pasokan gas domestik, mengurangi ketergantungan impor, dan mendukung transisi energi nasional ke arah yang lebih bersih.

Dorongan untuk Keberlanjutan Energi

Upaya SKK Migas mempercepat proyek-proyek ini juga sejalan dengan kebutuhan Indonesia untuk memastikan ketahanan energi yang berkelanjutan. Produksi migas yang stabil tidak hanya penting bagi kebutuhan domestik, tetapi juga untuk menopang pertumbuhan ekonomi nasional.

Baca juga: Indonesia Menuju Reaktor Nuklir, Energi Bersih Masa Depan

Selain itu, SKK Migas berkomitmen untuk mendorong penerapan praktik berkelanjutan dalam setiap tahapan pengembangan proyek, mulai dari eksplorasi hingga produksi. Hal ini penting untuk memastikan bahwa kegiatan hulu migas tidak hanya memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga menjaga lingkungan hidup dan mendukung transisi energi yang lebih hijau.

Optimisme Menuju 2025

Dengan dukungan pemerintah, investasi yang signifikan, dan strategi yang jelas, SKK Migas optimistis target onstream 15 proyek ini dapat tercapai. Jika berhasil, tambahan produksi migas ini akan menjadi kontribusi besar bagi kebutuhan energi nasional dan menjadi langkah penting dalam perjalanan menuju ketahanan energi yang berkelanjutan.

Baca juga: Indonesia Dorong Investasi Geothermal di COP 29

Bagi Indonesia, tantangan ini adalah peluang untuk memperkuat posisi di sektor energi global. Dengan kolaborasi yang baik antara pemerintah, BUMN, dan sektor swasta, target ambisius ini bukanlah mimpi, melainkan langkah konkret menuju masa depan energi yang lebih cerah. ***

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *