LAPORAN Risiko Global yang dirilis World Economic Forum (WEF) pada Januari 2025 kembali menyoroti masa depan yang penuh tantangan. Dari perubahan iklim hingga dampak kecerdasan buatan (AI), risiko yang teridentifikasi tidak hanya mencerminkan krisis lingkungan. Tetapi, juga menggambarkan ketegangan geopolitik dan sosial yang semakin rumit.
Dalam survei yang melibatkan lebih dari 900 pakar risiko, pembuat kebijakan, dan pemimpin industri global, ditemukan bahwa peristiwa cuaca ekstrem menempati posisi teratas sebagai ancaman terbesar untuk jangka pendek, menengah, hingga panjang. Polusi, yang menyentuh berbagai sektor seperti udara, air, dan tanah, juga menjadi perhatian utama karena dampaknya terhadap kesehatan dan ekosistem.
Managing Director WEF Mirek Dusek menyatakan bahwa tingkat keparahan polusi kini lebih disadari. “Dampak polutan terhadap kesehatan dan ekosistem kian terasa serius,” ujarnya. Namun, ini bukanlah satu-satunya ancaman. Risiko teknologi seperti disinformasi, misinformasi, dan potensi negatif dari kecerdasan buatan menjadi kekhawatiran lain yang terus meningkat.
Tantangan Lingkungan di Garis Depan
Dalam jangka pendek, tantangan lingkungan tetap mendominasi. Fenomena seperti kekurangan sumber daya alam, kerusakan ekosistem, dan hilangnya keanekaragaman hayati semakin mengkhawatirkan. Ini diperparah oleh perubahan besar pada sistem bumi yang memengaruhi stabilitas iklim global.
“Ketegangan geopolitik yang meningkat dan krisis iklim membawa dampak besar yang belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Dusek. Krisis ini menciptakan situasi genting yang membutuhkan solusi kolektif dari para pemimpin dunia.
Baca juga: PBB: Krisis Iklim Semakin Parah, Dunia Harus Bertindak Sekarang
Namun, laporan tersebut mencatat pesimisme yang mendalam. Hampir dua pertiga responden memperkirakan dunia akan menghadapi gejolak yang berkelanjutan hingga 2035. Ketegangan ini, dipicu oleh tantangan lingkungan, sosial, dan teknologi, mencerminkan retaknya kerja sama internasional yang semakin meluas.

Ketidakstabilan Sosial dan Ekonomi
Risiko sosial juga tidak kalah mengkhawatirkan. Ketidaksetaraan yang semakin tajam, polarisasi masyarakat, dan tekanan terhadap sistem sosial menjadi sorotan utama. Di sisi ekonomi, aktivitas ilegal, beban utang yang terus meningkat, dan dominasi sumber daya strategis memperburuk situasi.
Baca juga: 2024 Tahun Terpanas dalam Sejarah, Krisis Iklim Makin Nyata
Menurut laporan tersebut, masalah-masalah ini berpotensi melemahkan kepercayaan publik terhadap pemerintah, menciptakan ketidakstabilan dalam negeri, dan menghambat upaya untuk mengatasi tantangan global.
Multilateralisme di Persimpangan
Krisis global ini memperlihatkan pentingnya kerja sama internasional yang efektif. Sayangnya, 64% pakar memprediksi tatanan global akan semakin terpecah akibat persaingan antar negara besar dan menengah. Multilateralisme pun menghadapi tantangan berat, sementara fokus pada kepentingan domestik saja dianggap bukan solusi yang berkelanjutan.
Head of the Global Risks Initiative WEF, Mark Elsner, menegaskan bahwa dunia menghadapi tantangan saling terkait yang membutuhkan pendekatan kolektif. “Upaya baru untuk membangun kembali kepercayaan dan mendorong kerja sama sangat dibutuhkan. Konsekuensi dari ketidakberhasilan tindakan dapat dirasakan oleh generasi mendatang,” katanya.
Baca juga: Krisis Iklim Picu Ledakan Bencana Cuaca Global
Elsner juga mengingatkan bahwa generasi masa depan akan menjadi pihak yang paling terdampak jika tidak ada langkah serius untuk mengelola risiko global.
Memanfaatkan Momentum untuk Perubahan
Laporan WEF ini menggarisbawahi bahwa dekade mendatang akan menjadi penentu masa depan dunia. Dalam menghadapi risiko yang semakin kompleks, para pemimpin global perlu memprioritaskan dialog, memperkuat hubungan internasional, dan menciptakan kolaborasi baru untuk mencegah ketidakstabilan lebih lanjut.
Baca juga: Ketika Dunia Memanas, Jejak Tragis Perubahan Iklim pada 2024
Namun, perubahan tidak dapat terjadi tanpa dukungan kolektif. Dalam dunia yang semakin saling terhubung, tanggung jawab tidak hanya berada di tangan pemerintah, tetapi juga pada perusahaan, organisasi, dan masyarakat sipil.
Tantangan besar yang tercermin dalam laporan ini adalah pengingat akan pentingnya ketahanan dan adaptasi. Dengan meningkatnya risiko yang bersifat multidimensi, dunia membutuhkan pendekatan baru yang lebih inklusif dan berorientasi pada solusi jangka panjang. ***
- Foto: Dokumen/ MulaMula – Polusi udara Jakarta, Jumat (10/5/2024).