INDONESIA, dengan luas hutan tropis terbesar ketiga di dunia, menghadapi tantangan besar dalam pemulihan kawasan hutan yang rusak. Namun, di tengah tantangan tersebut, pemerintah Indonesia mengumumkan sebuah inisiatif ambisius yang bertujuan untuk merevitalisasi 12,7 juta hektar hutan rusak.
Program penghijauan ini, yang diumumkan di tengah acara COP29 di Baku, Azerbaijan, mengundang perhatian global, termasuk dari salah satu tokoh paling terkenal di dunia bisnis, Jeff Bezos.
Membangun Kembali Hutan Indonesia
Hashim Djojohadikusumo, Utusan Khusus Presiden untuk Isu Perubahan Iklim, menyatakan bahwa pemulihan 12,7 juta hektar hutan rusak di Indonesia bukanlah tugas yang mudah. Namun, sangat penting untuk keberlanjutan lingkungan hidup dan kehidupan masyarakat.
Lahan-lahan ini, yang sebagian besar rusak akibat kebakaran hutan besar pada tahun 1992, 1997, dan 2016, kini terbentang luas sebagai tanah tandus yang ditumbuhi semak belukar atau rumput liar.
Baca juga: ADB Genjot Pinjaman Iklim Demi Masa Depan Asia
Pemerintah Indonesia, melalui program reforestasi yang diluncurkan dalam konferensi perubahan iklim internasional ini, berencana mengubah lahan-lahan tersebut menjadi wilayah hijau yang subur dengan tutupan tanaman keras dan buah-buahan.
Hashim menjelaskan bahwa meskipun program ini membutuhkan waktu bertahun-tahun, hasilnya akan menciptakan ekosistem yang lebih seimbang dan mendukung keberagaman hayati.
Samboja Lestari, Bukti Keberhasilan Reforestasi
Untuk membuktikan bahwa reforestasi dalam skala besar mungkin dilakukan, Indonesia sudah memiliki contoh konkret melalui Samboja Lestari, sebuah inisiatif yang berhasil mengubah 1.000 hektar lahan dari padang rumput menjadi hutan yang kaya akan tanaman keras dan buah-buahan.
Samboja Lestari, yang terletak sekitar satu jam perjalanan di utara Balikpapan, Kalimantan Timur, telah menjadi tempat rehabilitasi bagi orangutan yang terancam punah.
Baca juga: Negara-negara Penjaga Oksigen Bumi
Proyek ini, yang dimiliki oleh Borneo Orangutan Survival (BOS) Foundation, berhasil menggabungkan kebutuhan ekologi dengan prinsip bisnis yang berkelanjutan. Melalui pendekatan ini, selain memulihkan hutan, program tersebut juga memberikan dampak sosial dan ekonomi yang positif, menciptakan lapangan pekerjaan dan memajukan ekowisata.
Menarik Investasi Global: Kolaborasi dengan Jeff Bezos
Tidak bisa dipungkiri bahwa upaya besar ini membutuhkan dukungan dana yang sangat besar. Hashim Djojohadikusumo mengakui bahwa meskipun pemerintah Indonesia memiliki komitmen yang kuat, dana yang tersedia saat ini tidak mencukupi untuk merealisasikan program tersebut dalam waktu dekat. Oleh karena itu, kolaborasi dengan sektor swasta dan organisasi internasional menjadi kunci keberhasilan inisiatif ini.
Baca juga: Mempercepat Ekonomi Karbon, Langkah Strategis Keberlanjutan Indonesia
Salah satu pihak yang menunjukkan minat besar adalah Bezos Family Foundation, yang dipimpin oleh pendiri Amazon, Jeff Bezos. Meski Hashim tidak menyebutkan jumlah dana yang akan terlibat, ia mengungkapkan bahwa pihaknya telah mengundang berbagai organisasi, termasuk LSM dan yayasan yang berfokus pada isu lingkungan, untuk berkolaborasi dalam mendanai reforestasi ini.
Bezos, yang dikenal aktif dalam berbagai inisiatif keberlanjutan, menjadi salah satu tokoh yang dipercaya dapat membawa dampak besar melalui dukungannya.

Tantangan dan Kritik terhadap Kebijakan Reforestasi
Namun, meskipun konsep reforestasi ini sudah terbukti berhasil di Samboja Lestari, program penghijauan Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan dan kritik. Salah satu kritik utama adalah perizinan yang dianggap longgar terhadap usaha pembukaan lahan untuk perkebunan besar, terutama kelapa sawit.
Indonesia sendiri tercatat sebagai negara dengan tingkat kehilangan hutan alam primer tertinggi di dunia untuk wilayah tropis, dengan laporan yang menyebutkan bahwa antara 2001 hingga 2016, deforestasi di Indonesia mencapai angka yang mengkhawatirkan.
Baca juga: Menggugat Dana Perusak Alam di COP29
Penyebab utama deforestasi ini adalah konversi lahan untuk perkebunan kelapa sawit, penebangan hutan untuk tanaman monokultur seperti kertas dan pulp, serta ekspansi pertambangan dan pertanian. Kritik terhadap kebijakan reforestasi ini menyoroti perlunya regulasi yang lebih ketat, pengawasan yang lebih baik, dan kebijakan yang mendukung keberlanjutan jangka panjang tanpa merusak ekosistem.
Keberlanjutan dan Kolaborasi Global
Program penghijauan 12,7 juta hektar yang digagas oleh pemerintah Indonesia menjadi salah satu langkah penting menuju pemulihan ekosistem hutan yang rusak. Namun, untuk mencapai tujuan ini, kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, masyarakat, dan organisasi internasional sangatlah penting.
Baca juga: Misi Indonesia di COP29: Perdagangan Karbon & Pengurangan Emisi
Indonesia tidak hanya membutuhkan dukungan finansial tetapi juga kebijakan yang berpihak pada kelestarian alam dan keberlanjutan ekosistem.
Dengan adanya dukungan dari tokoh-tokoh dunia seperti Jeff Bezos dan berbagai yayasan lingkungan, harapan besar terbangun bahwa Indonesia dapat mengatasi tantangan perubahan iklim dan memulihkan kawasan hutan rusak. Namun, keberhasilan program ini tergantung pada sinergi antara kebijakan yang kuat, pendanaan yang cukup, dan pelibatan seluruh elemen masyarakat dalam menjaga dan memelihara hasil-hasilnya di masa depan. ***
- Foto: Ilustrasi/ Mad Skillz/ Pexels.