Dampak Kebakaran Hutan: Krisis Asuransi dan Kerugian Ekonomi Besar di California

KEBAKARAN hutan yang melanda Los Angeles dan kawasan sekitarnya telah mencatatkan rekor kerugian luar biasa. Ribuan rumah, termasuk milik selebriti Hollywood, ludes dilalap api. Dampak kebakaran ini tidak hanya terasa pada kehilangan harta benda, tetapi juga menambah beban ekonomi yang menghancurkan, diperkirakan mencapai US$ 150 miliar atau sekitar Rp 2.428 triliun. Angka ini tiga kali lipat lebih besar dari perkiraan awal yang diprediksi oleh JP Morgan, yang hanya sebesar US$ 50 miliar.

Bencana ini memunculkan tantangan besar bagi masyarakat California, terutama dalam hal pemulihan rumah dan perlindungan asuransi. Banyak pemilik rumah yang berjuang untuk mendapatkan kembali perlindungan yang mereka butuhkan, bahkan beberapa di antaranya harus menghadapi pembatalan polis asuransi yang telah mereka miliki selama bertahun-tahun.

Kerugian Ekonomi yang Mencengangkan

Kebakaran hutan di California bukan hanya bencana alam, tetapi juga bencana ekonomi. Menurut laporan AccuWeather, kerugian yang ditimbulkan oleh kebakaran ini dapat mencapai US$ 135 hingga 150 miliar, memperlihatkan betapa besar dampak yang ditimbulkan dari bencana yang melanda negara bagian ini.

Tidak hanya rumah yang musnah, tetapi juga infrastruktur penting seperti jalan, jaringan listrik, dan fasilitas umum lainnya. Kehilangan properti pribadi dan komersial ini akan memerlukan waktu yang lama untuk pulih.

Baca juga: Krisis Iklim Picu Ledakan Bencana Cuaca Global

Lebih dari sekadar angka kerugian, kebakaran ini menciptakan ketidakpastian yang mendalam bagi warga yang terdampak. Seiring mereka berusaha pulih, banyak yang menghadapi kesulitan dalam mendapatkan asuransi baru, atau malah kehilangan perlindungan yang mereka miliki.

Asuransi yang Terhenti, Tantangan Pemulihan

Salah satu dampak yang tak terduga dari kebakaran hutan adalah krisis asuransi. Banyak perusahaan asuransi terpaksa membatalkan polis mereka di daerah yang paling parah terdampak kebakaran, termasuk di daerah pegunungan Santa Monica dan Pacific Palisades.

Bahkan pada musim panas lalu, 70% pelanggan State Farm, sekitar 1.600 pemilik rumah, kehilangan perlindungan mereka. Keputusan ini diambil setelah perusahaan asuransi menghitung kerugian besar yang timbul dari kebakaran sebelumnya, seperti yang terjadi pada 2017 dan 2018, yang menyebabkan kerugian mencapai US$ 23 miliar.

Baca juga: Ketika Dunia Memanas, Jejak Tragis Perubahan Iklim pada 2024 

Pemilik rumah yang terdampak harus mencari alternatif, dan banyak dari mereka akhirnya beralih ke program asuransi negara bagian, FAIR California, yang memberikan perlindungan terbatas. Meskipun demikian, program ini menghadapi tantangan besar dalam menangani kerugian yang diakibatkan oleh kebakaran hutan, mengingat cakupan yang terbatas pada nilai properti dan biaya yang tinggi.

Kebakaran hutan di California melanda ribuan rumah, memicu kerugian ekonomi hingga US$ 150 miliar dan krisis asuransi bagi penduduk setempat. Foto: Soly Moses/ Pexels.

Kebijakan Asuransi yang Berdampak pada Masyarakat

Kebijakan perusahaan asuransi untuk menghentikan penutupan polis di daerah rawan kebakaran telah memperburuk masalah ini. Salah seorang warga yang mengungsi akibat kebakaran menyatakan rasa frustasinya setelah menerima surat pemberitahuan dari State Farm yang mengabarkan bahwa polis asuransinya tidak akan diperbarui. Surat tersebut menjelaskan bahwa wilayah tempat tinggalnya sudah tidak memenuhi syarat untuk mendapat perlindungan asuransi kebakaran.

Baca juga: 2024 Tahun Terpanas dalam Sejarah, Krisis Iklim Makin Nyata

Dengan pembatalan polis ini, banyak pemilik rumah terpaksa menanggung risiko yang lebih besar atau mengandalkan program asuransi negara yang lebih terbatas. Ini memperburuk ketidakpastian bagi banyak orang yang harus memikirkan kembali cara melindungi rumah mereka dari ancaman kebakaran berikutnya.

Dampak Jangka Panjang untuk California dan Florida

Selain California, negara bagian seperti Florida juga menghadapi tantangan serupa terkait asuransi kebakaran. Di kedua negara bagian yang sering dilanda bencana alam ini, semakin banyak pemilik rumah yang kesulitan untuk mendapatkan perlindungan asuransi. Hal ini bisa berdampak pada perubahan demografis, di mana warga yang terkena dampak mungkin terpaksa pindah ke daerah yang lebih aman dan dengan perlindungan asuransi yang lebih baik.

Baca juga: PBB: Krisis Iklim Semakin Parah, Dunia Harus Bertindak Sekarang

Tantangan yang dihadapi oleh negara-negara bagian ini membuka pertanyaan besar tentang masa depan industri asuransi di Amerika Serikat. Perusahaan asuransi besar seperti Allstate bahkan memilih untuk menghentikan operasional di California pada tahun 2023, menunggu adanya perubahan regulasi yang lebih menguntungkan bagi mereka.

Mencari Solusi Keberlanjutan untuk Asuransi dan Perumahan

Situasi ini menyoroti pentingnya menciptakan kebijakan yang mendukung keberlanjutan bagi pemilik rumah, serta sektor asuransi yang lebih adaptif terhadap perubahan iklim dan bencana alam. Pemerintah dan perusahaan asuransi perlu bekerja sama untuk menemukan solusi jangka panjang yang tidak hanya melindungi ekonomi, tetapi juga memberikan perlindungan yang adil bagi masyarakat yang terdampak.

Program asuransi negara seperti FAIR California mungkin menjadi model untuk diadaptasi, tetapi keberlanjutan jangka panjang masih harus diperjuangkan.

Sebagai negara yang rawan bencana alam, AS perlu lebih banyak inovasi dalam kebijakan asuransi dan pemulihan pasca-bencana untuk memastikan perlindungan yang efektif dan adil bagi semua pihak. ***

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *