Emisi Karbon di Atmosfer Meningkat Pesat di 2024

TAHUN 2024 menjadi titik kritis bagi permasalahan perubahan iklim global. Layanan cuaca dan iklim Inggris, The Meteorological Office, melaporkan peningkatan emisi karbon dioksida (CO2) yang terjadi dengan kecepatan yang sangat mencengangkan. Kenaikan gas rumah kaca (GRK) ini bertentangan dengan upaya dunia untuk membatasi pemanasan suhu Bumi hingga 1,5 derajat Celsius, sebagaimana disepakati dalam Perjanjian Paris 2015.

Dari data pengukuran yang dilakukan di Mauna Loa, Hawaii, kadar karbon dioksida dalam atmosfer meningkat 3,58 parts per million (ppm), melampaui prediksi awal yang diperkirakan hanya 2,84 ppm.

Emisi Karbon yang Melampaui Batas

Untuk menjaga suhu Bumi tetap aman, pelepasan emisi karbon dioksida seharusnya tidak lebih dari 1,8 ppm per tahun. Namun, angka yang tercatat pada 2024 ini menunjukkan sebaliknya, dengan peningkatan emisi yang signifikan di hampir semua belahan dunia.

Baca juga: ExxonMobil Investasi Besar untuk Penyimpanan Karbon di Indonesia

Keadaan ini memicu kekhawatiran tentang pemanasan global yang semakin sulit dikendalikan. Profesor Richard Betts, dari The Meteorological Office, menegaskan bahwa tren pemanasan Bumi akan berlanjut dalam jangka panjang. “Karbon dioksida masih terus menumpuk di atmosfer, menyebabkan suhu Bumi meningkat,” ujarnya dalam siaran pers pada Januari 2025.

Faktor Penyebab Peningkatan Emisi CO2

Ada tiga faktor utama yang memengaruhi tingginya pelepasan emisi karbon dioksida sepanjang 2024. Pertama, konsumsi bahan bakar fosil yang masih sangat tinggi, meskipun upaya untuk beralih ke energi terbarukan terus dilakukan. Kedua, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi dalam skala besar, menyumbang peningkatan CO2 yang sangat besar. Ketiga, kerusakan ekosistem yang menyebabkan hutan dan alam tak lagi mampu menyerap emisi dengan efektif.

Baca juga: Bumi Makin Panas, Tanah Melepaskan Lebih Banyak Karbon

Selain itu, fenomena El Nino yang terjadi juga memperburuk kondisi ini, memperparah kebakaran yang melanda berbagai belahan dunia.

Tahun Terpanas dalam Sejarah Pencatatan

Tahun 2024 sendiri secara resmi dinyatakan sebagai tahun terpanas yang tercatat dalam sejarah, berdasarkan pemantauan dari Copernicus Climate Change Service (C3S), yang merupakan layanan pemantau perubahan iklim bentukan Uni Eropa.

Baca juga: 2024 Tahun Terpanas dalam Sejarah, Krisis Iklim Makin Nyata

Untuk pertama kalinya, suhu rata-rata 2024 tercatat lebih tinggi 1,5 derajat Celsius dibandingkan suhu pada masa pra-industri tahun 1850-an, angka yang telah menjadi ambang batas dalam Perjanjian Paris. Berdasarkan analisis data satelit C3S, suhu rata-rata global sepanjang tahun 2024 mencapai 15,10 derajat Celsius, lebih tinggi 0,72 derajat Celsius dibandingkan dengan rata-rata suhu periode 1991-2020.

Peningkatan emisi karbon dioksida sepanjang 2024 memperburuk pemanasan global, dengan dampak yang terasa di seluruh dunia. Foto: Ilustrasi/ Pixabay/ Pexels.

Dampak Perilaku Manusia pada Perubahan Iklim

Menurut Direktur C3S, Carlo Buontempo, perubahan iklim yang terjadi saat ini tak lepas dari aktivitas manusia itu sendiri. “Kenaikan suhu yang melampaui ambang batas tersebut adalah akibat dari ulah manusia,” ungkap Buontempo dalam siaran pers pada Januari 2025.

Baca juga: Pola Makan Nabati, Solusi Hijau untuk Masa Depan Bumi

Dalam menghadapi kenyataan ini, kesadaran akan pentingnya tindakan cepat menjadi hal yang tak bisa ditunda lagi. Meskipun demikian, Buontempo menekankan bahwa masih ada harapan untuk mengubah lintasan iklim masa depan jika tindakan tegas segera diambil.

Aksi Cepat Diperlukan untuk Menghindari Bencana Iklim

Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) juga mengonfirmasi bahwa 2024 adalah tahun terpanas yang tercatat dalam sejarah. Berdasarkan data dari enam lembaga internasional independen, rata-rata suhu permukaan global tercatat 1,55 derajat Celsius lebih tinggi dibandingkan dengan suhu pada masa pra-industri (1850-1900).

Baca juga: Kebijakan Emisi Karbon Nol Bakal Bebani Biaya Pangan di Asia Tenggara

Dengan meningkatnya suhu ini, dampak perubahan iklim semakin nyata dan mempengaruhi berbagai sektor kehidupan, mulai dari pertanian, kesehatan, hingga infrastruktur.

Indonesia dan Peranannya dalam Mengatasi Perubahan Iklim

Bagi Indonesia, yang juga menghadapi peningkatan suhu dan dampak perubahan iklim, langkah-langkah mitigasi menjadi sangat mendesak. Adopsi energi terbarukan, pengelolaan hutan yang lebih baik, dan pengurangan konsumsi bahan bakar fosil harus menjadi prioritas untuk mengurangi jejak karbon negara ini. Sementara dunia berupaya menurunkan emisi gas rumah kaca, negara-negara berkembang seperti Indonesia juga memiliki peran penting dalam keberlanjutan lingkungan global.

Baca juga: Bursa Karbon, Langkah Strategis Turunkan Emisi di Indonesia

Perubahan iklim adalah tantangan besar yang memerlukan kerjasama global. Seiring dengan peningkatan suhu dan emisi karbon dioksida yang terus meningkat, dunia harus segera mengambil langkah-langkah konkret untuk mengurangi jejak karbon. Ini bukan hanya soal menjaga bumi, tetapi juga masa depan generasi mendatang. ***

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *