DI TENGAH meningkatnya ancaman perubahan iklim, Green Climate Fund (GCF) mengambil langkah besar. Lembaga pendanaan iklim global ini baru saja menyetujui investasi senilai $686,8 juta, yang jika digabung dengan pembiayaan bersama mencapai total $1,5 miliar.
Dana ini akan menopang 11 proyek yang tersebar di 42 negara, berdampak pada lebih dari 115 juta orang, dan berkontribusi dalam pemangkasan 45,3 juta metrik ton emisi CO₂.
Misi Besar, Adaptasi dan Mitigasi untuk Masa Depan
Dunia menghadapi krisis iklim yang semakin mendesak. GCF merespons dengan mendanai berbagai proyek yang tidak hanya berfokus pada mitigasi, tetapi juga adaptasi. Di Serbia, investasi ini akan memperkuat ketahanan hutan terhadap dampak perubahan iklim. Sementara di Togo, dana dialokasikan untuk meningkatkan kesiapan masyarakat rentan dalam menghadapi bencana lingkungan.
Baca juga: COP30, Harapan Negara Berkembang untuk Pendanaan Iklim Lebih Adil
Menurut Direktur Eksekutif GCF, Mafalda Duarte, aksi iklim harus dimulai dari tingkat komunitas. “Jika perubahan iklim berdampak lokal, maka solusinya juga harus menjangkau akar rumput,” ujarnya seperti dikutip ESG News. Untuk itu, GCF akan membuka kantor regional guna mempercepat akses pendanaan bagi negara-negara berkembang.
Negara-negara Rentan Jadi Prioritas
GCF menargetkan bantuan ke negara-negara yang paling terdampak oleh perubahan iklim. Sebanyak 63% dana adaptasi dialokasikan ke Least Developed Countries (LDCs), Small Island Developing States (SIDS), dan negara-negara Afrika. Wilayah-wilayah ini berhadapan dengan risiko seperti kenaikan permukaan air laut, cuaca ekstrem, serta ancaman terhadap ketahanan pangan dan ekonomi.

Dalam distribusi dana secara global, Afrika menjadi penerima terbesar dengan porsi 38%, diikuti oleh Amerika Latin dan Karibia sebesar 32%, serta Asia Pasifik 27%. Dengan strategi ini, GCF memastikan bahwa pendanaan berjalan inklusif dan berkeadilan.
Kolaborasi dengan Sektor Swasta
Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri dalam mengatasi krisis iklim. GCF mendorong keterlibatan sektor swasta untuk memperkuat inovasi dan pembiayaan berkelanjutan. Contohnya, proyek di Senegal yang bermitra dengan La Banque Agricole bertujuan mendorong praktik pertanian yang ramah lingkungan. Di sisi lain, kerja sama dengan Mirova bertujuan menghentikan deforestasi melalui model pengelolaan lahan berkelanjutan.
Baca juga: Tahun Terpanas, Negosiasi Iklim 2024 Masih Belum Menunjukkan Harapan
Co-chair Dewan GCF, Leif Holmberg, menegaskan pentingnya kemitraan ini. “Investasi sektor swasta akan mempercepat transformasi hijau. Masa depan iklim bergantung pada aksi kolektif,” katanya.
Pendanaan Iklim, Menuju Aksi Nyata
Sejak berdiri, GCF telah mendanai 297 proyek di seluruh dunia dengan total komitmen $16,6 miliar, yang jika digabungkan dengan dana pembiayaan bersama mencapai $62,7 miliar. Ini menunjukkan bahwa aksi iklim bukan hanya sekadar wacana, tetapi telah berjalan secara nyata dengan skala yang terus berkembang.
Baca juga: Pendanaan Iklim Belum Temui Titik Terang di COP29
Ke depan, GCF menargetkan peningkatan akses pendanaan bagi negara berkembang dengan mendekatkan sistem pencairan dana ke tingkat lokal. Harapannya, proses pendanaan menjadi lebih cepat dan menjangkau lebih banyak komunitas yang membutuhkan.
Pendanaan iklim bukan hanya sekadar investasi, tetapi warisan bagi generasi mendatang. Dengan meningkatnya inisiatif hijau dan kolaborasi lintas sektor, masa depan yang lebih berkelanjutan kini semakin bisa dicapai.
- Foto: Ilustrasi/ Pixabay/ Pexels.