INGGRIS kembali mencatat sejarah dalam transisi energi global. Pada tahun 2024, negara ini dinobatkan sebagai negara dengan energi listrik terbersih, berdasarkan analisis terbaru dari Carbon Brief. Prestasi ini didukung oleh keberhasilan memaksimalkan energi terbarukan, seperti angin dan surya, serta pengurangan besar-besaran penggunaan bahan bakar fosil.
Era Batu Bara Berakhir, Energi Terbarukan Berjaya
Pada September 2024, Inggris resmi menutup pembangkit listrik tenaga batu bara terakhir di Ratcliffe-on-Soar, Nottinghamshire. Langkah ini mengakhiri 142 tahun era pembakaran batu bara dan menjadikan Inggris negara G7 pertama yang sepenuhnya meninggalkan tenaga batu bara.
Sebagai gantinya, energi terbarukan kini menjadi tulang punggung sistem listrik Inggris. Tahun lalu, 45% kebutuhan listrik negara ini dipenuhi dari energi angin, surya, dan biomassa. Bahkan, total kontribusi sumber energi rendah karbon—termasuk nuklir—mencapai 58%.
Baca juga: Permintaan Batu Bara Melonjak di Tengah Ambisi Transisi Energi
Dampak dari perubahan ini terlihat nyata pada tingkat emisi karbon. Setiap unit listrik yang dihasilkan pada 2024 hanya menghasilkan rata-rata 124 gram karbon dioksida, jauh menurun dibandingkan 419 gram pada 2014. Dengan kata lain, Inggris telah memangkas intensitas karbon listriknya hingga hampir 70% dalam satu dekade terakhir.
Dukungan Infrastruktur dan Kebijakan
Keberhasilan ini tak lepas dari peran kebijakan pemerintah yang proaktif. Salah satunya adalah target ambisius untuk energi bersih pada 2030, yang diproyeksikan akan menurunkan intensitas karbon hingga dua pertiga dalam enam tahun mendatang.
Baca juga: Inggris Menuju Kemerdekaan Energi 2030 dengan EBT dan Nuklir
Selain itu, kemajuan teknologi pembangkit listrik tenaga angin juga memainkan peran besar. Saat ini, Inggris memimpin dunia dalam kapasitas pembangkit listrik tenaga angin lepas pantai. Jika tren ini terus berlanjut, tenaga angin diprediksi menjadi sumber listrik terbesar pada 2025.
Transportasi dan Pemanas Listrik yang Lebih Ramah Lingkungan
Dampak dari transisi energi ini meluas hingga sektor transportasi dan rumah tangga. Dengan emisi karbon dari listrik yang semakin rendah, kendaraan listrik kini menjadi solusi utama dalam mengurangi jejak karbon.
Menurut laporan Carbon Brief, mobil listrik di Inggris hanya menghasilkan rata-rata 245 kg karbon dioksida per tahun, turun drastis dari prediksi 830 kg pada 2014. Sebagai perbandingan, mobil berbahan bakar bensin menghasilkan 2,7 ton karbon dioksida setiap tahun.

Tak hanya itu, rumah tangga yang menggunakan pompa panas untuk pemanas juga merasakan manfaat serupa. Emisi karbon dari pemanas rumah kini hanya 0,4 ton, turun signifikan dari 1,4 ton pada 2014.
Permintaan Listrik Menurun, Efisiensi Meningkat
Salah satu faktor kunci lainnya adalah turunnya permintaan listrik selama hampir dua dekade terakhir. Hal ini didorong oleh penggunaan peralatan yang semakin efisien serta pergeseran ekonomi dari industri berat ke sektor yang lebih ringan.
Namun, meskipun permintaan menurun, Inggris terus meningkatkan kapasitas energi terbarukan. Hal ini memastikan pasokan listrik tetap memadai sekaligus ramah lingkungan.
Baca juga: Era Minyak Meredup, Energi Listrik Bersinar
Meskipun pencapaian ini patut diapresiasi, tantangan tetap ada. Bahan bakar fosil masih menjadi sumber listrik tunggal terbesar, menyumbang 29% kebutuhan listrik pada 2024. Bahkan, jika seluruh pembangkit berbasis gas dihitung, kontribusi gas mencapai 28%, sedikit di atas tenaga angin yang sebesar 26%.
Namun, dengan peningkatan kapasitas tenaga angin dan surya, Inggris memiliki peluang besar untuk mengurangi ketergantungan pada gas dan memperluas dominasi energi terbarukan.
Inspirasi untuk Indonesia
Bagi praktisi dan pemerhati keberlanjutan di Indonesia, pelajaran dari Inggris ini dapat menjadi inspirasi. Dengan sumber daya energi terbarukan yang melimpah, Indonesia memiliki potensi besar untuk mengikuti jejak Inggris dalam mempercepat transisi energi bersih.
Baca juga: Pasar Energi Bersih Dunia Tumbuh Pesat, Indonesia Siap?
Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat menjadi kunci keberhasilan. Kebijakan yang mendukung, investasi teknologi, serta peningkatan kesadaran publik akan pentingnya energi bersih dapat membawa Indonesia menuju masa depan yang lebih hijau. ***
- Foto: Peechie247/ Pexels – Claonaig, Scotland, Inggris.